Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perubahan Iklim Penyebab musnahnya Peradaban kuno Ini

Saat ini isu tentang perubahan iklim merupakan salah satu perbingcangan hangat di kalangan ilmuan dunia. Perubahan yang terjadi pada siklus cuaca serta atmosfer Bumi ini dianggap sebagai salah satu ancaman paling besar bagi peradaban dan kelangsungan hidup umat manusia. Sahabat anehdidunia pasti merasa kalau musim kemarau berjalan sangat lama ataupun musim penghujan yang kian hari kian mundur jadwal datangnya, nah inilah salah satu dampak perubahan iklim yang sedang terjadi di Bumi saat ini. Namun perlu diingat bahwa perubahan iklim yang mengancam sebuah peradaban seperti ini bukan yang pertama kalinya terjadi. Di masa lampau, terdapat beberapa peradaban yang harus musnah akibat tak mampu bertahan dari gempuran perubahan iklim yang begitu ekstrim, dan berikut ini adalah Peradaban Kuno Yang Musnah karena Perubahan Iklim, versi anehdidunia.com


Peradaban Suku Maya, Meksiko



Sahabat anehdidunia pasti sudah pernah mendengar nama Suku Maya bukan? Suku ini adalah penyebab kehebohan beberapa tahun yang lalu, yang bermuara pada ramalam kiamat pada tahun 2012 yang ada pada penanggalan dari kalender dari Suku yang mendiami wilayah Meksiko ini. Suku yang konon merupakan salah satu paling modern pada masanya ini, ternyata juga tak mampu menahan gempuran dari perubahan Iklim yang dahsyat hingga akhirnya musnah pada abad ke-8 dan 9. Meskipun tak bisa di bilang 'musnah' secara teknis tapi, selama bertahun-tahun para peneliti terus terus berusaha mencari tahu bagaimana peradaban Suku Maya yang bisa terbilang modern pada masanya tak mampu bertahan dari perubahan iklim. Hingga kini peninggalan Suku Maya seperti piramida besar, istana dan bahkan observatorium masih diselungi oleh berbagai misteri.

Terdapat banyak teori lain tentang penyebab keruntuhan ini, mulai dari wabah penyakit hingga invasi bangsa lain. Namun sebuah teori yang paling populer adalah bahwa terjadi sebuah perubahan iklim yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan . Kekeringan ekstrim ini diperkirakan berlangsung hingga 200 tahun. Hal ini secara perlahan membunuh peradaban Bangsa Maya yang sebagian besar kota-kotanya terletak diantara gurun-gurun musiman. Karena letak geografis ini Suku Maya bergantung penuh pada sebuah sistem penyimpanan air hujan yang sangat kompleks. Konsekuensi dari fluktuasi hujan tahunan yang kian tak menentu ini menyebabkan warga dari kota-kota yang mengalami kekeringan selama berabad-abad akhirnya mulai menyebar dan terfragmentasi.


Peradaban Pueblo, Amerika



Leluhur Puebo, atau yang dijuluki Anasazi oleh Suku Navajo, merupakan peradaban manusia yang dulunya mendominasi sebagian besar dataran tinggi yang ada Colorado tepatnya di wilayah seperti Chaco Canyon dan Mesa Verde. Bangsa yang cukup mendominasi pada masanya ini juga merupakan salah satu peradaban yang musnah akibat perubahan Iklim. Sekitar abad ke 12 hingga 13 bangsa Puebo secara misterius mulai meninggalkan rumah khas mereka. Pada sisa-sisa reruntuhan dari peradaban Puebo terdapat bukti-bukti sisa dari peperangan , pengorbanan manusia, serta kanibalisme. Tetapi tak yakin bahwa semua itu merupakan penyebab dari runtuhnya peradaban Puebo. Mereka berspekulasi bahwa yang sebenarnya membuat bangsa Puebo meninggalkan rumah mereka adalah karena lingkungan tempat tinggal mereka yang telah rusak akibat perubahan perubahan Iklim yang ekstrim.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari NOAA bidang Paleoklimatologi yang menyebutkan kalau penurunan populasi dari suku bangsa Puebo di wilayah Mesa Verde Dan Chaco Canyon bertepatan dengan musim kemarau berkepanjangan yang melanda San Juan Basin antara tahun 1130 hingga 1180. Kurangnya curah hujan pada masa itu yang dikombinasikan dengan rusaknya lingkungan akibat eksploitasi yang berlebihan telah mengakibatkan terjadinya kekurangan pangan. Masalah kekeringan berkepanjangan ini bahkan tak mampu diatasi dengan metode irigasi yang di miliki oleh masyarakat Chaco saat itu. Tekanan darikaum Chaco serta mulai berdatanganya para pendatang baru lambat laun menyebabkan disintregasi sosial yang secara perlahan mendorong peradaban Puebo menuju kemusnahan.


Pemukim Viking, Greenland



Dulu kita mungkin sering mendengar bahwa Christoper Colombus adalah orang Eropa pertama yang menginjakan kakinya di Amerika Utara. Namun sekarang telah ditemukan fakta yang telah tersebar luas bahwa bangsa Viking dari Skandinavia, telah lebih dulu menginjakan kakinya di Amerika Utara lebih dari 500 tahu sebelum kedatangan Colombus. Peradaban Bangsa Viking yang berasal dari ujung selatan Greenland merupakan terus berkembang dan mendiami wilayah ini selama bertahun-tahun sampai akhirnya peradaban mereka mulai mengalami penurunan pada abad ke - 14.

Para Ilmuan dan Sejarawan, memiliki beberapa teori tentang kemungkinan yang menyebabkan kemerosotan peradaban dari bangsa Viking. Salah satunya adalah dampak dari perubahan Iklim. Awal kedatangan bangsa Viking di Greenland pada era 800-1200 masehi, bertepatan dengan periode pertengahan yang hangat. Selama masa ini, Iklim di Greenland yang biasanya amat dingin menjadi relatif lebih hangat. sehingga bangsa Viking kala itu bisa hidup dengan bercocok tanam. Namun ketika Iklim Greenland kembali menjadi dingin sepeti semula dan kembali menjadi 'Zaman Es Kecil', peradaban bangsa Viking yang mendiami Greeland secara perlahan mengalami kemunduran. Sampai akhirnya pada pertengahan tahun 1500, semua pemukim Viking pergi dan meninggalkan Greenland untuk mencari tempat baru yang lebih hangat.


Peradaban Lembah Indus, Pakistan



Dikenal juga sebagai peradaban Harappa, masyarakat perunggu yang mendiami Lembah Indus ini pernah mencapai puncak populasi hingga mencapai 5 Juta Jiwa dan terkenal karena memiliki perencanaan tata kota dan sistem perairan yang sangat terperinci. Dan dua kota yang berasal dari peradaban ini yaitu Mohenjo-daro dan Harappa pertama kali di temukan dan di gali pada abad ke-19. Tapi kenapa bangsa yang memiliki perencanaan tata kota dan sistem perairan seperti ini peradabanya bisa musnah? Jawabanya lagi-lagi adalah perubahan Iklim, Para Ilmuan sampai pada kesimpulan bahwa masyarakat Lembah Indus mengalami kekeringan berkepanjangan hingga mencapai dua abad, setelah mempelajari lapisan-lapisan sedimen danau kuno yang dikenal sebagai Kotla Dahar.

Dikutip dari Scientific American, Kotla dahar merupakan sebuah cekungan sebuah tertutup yang hanya di isi oleh air yang di hasilkan dari curah hujan tanpa adanya saluran keluar. Dengan kondisi yang demikian maka hanya curah hujan serta penguapan yang menentukan volume air di danau ini. Selama masa kekeringan isotp Oksigen-16 yang sifatnya lebih ringan akan menguap lebih cepat dibandingkan dengan Oksigen-18. Hal ini menyebabkan air yang tersisa di danau menjadi kaya akan Oksigen-18. Dari hasil rekonstruksi inilah ditemukan fakta bahwa lonjakan Oksigen-18 terjadi sekitar 4.200 hingga 4.000 tahun yang lalu. Hal ini sekaligus menunjukan kalau curah hujan pada Lembah Indus menurun secara drasti pada periode tersebut. Selain itu data dari tim ini juga menunjukan bahwa musim hujan reguler di Lembah Indus telah terhenti selama hampir 200 tahun. Penurunan peradaban Harappa ini juga bertepatan dengan kekeringan serupa yang dialami oleh peradaban Mesir dan Yunani pada periode waktu yang sama.


Kekaisaran Khmer, Kamboja



Didirikan pada abad ke-9, Angkor Wat merupakan salah satu pusat pra-industri terbesar yang pernah ada di dunia. Selain itu Angkor wat juga merupakan kebanggaan sekaligus lambang supremasi dari kekuasaan Kekaisaran Khmer. Pada masa jayanya ota ini dikenal memiliki kekayaanya yang melimpah, juga warisan seni serta arsitektur yang mewah dan di tunjang dengan jaringan saluran air yang canggih dengan waduk yang di optimalkan sebagai tempat penyimpanan cadangan air hujan yang akan di gunakan saat musim kemarau.

Namun pada abad ke-15, kota yang awalnya menakjubkan ini mulai dipenuhi oleh limbah akibat eksploitasi lingkungan yang berlebihan serta krisis air berkepanjangan yang disebabkan oleh fluktuasi Iklim. Seperti yang di kutip dari pernyataan ilmuan Mary Beth Day kepada Live Science, "Angkot Wat dapat menjadi contoh bahwa teknologi tak selalu cukup untuk mencegah keruntuhan peradaban selama masa-masa yang tak stabil." Angkor Wat yang memiliki infrastruktur pengelolaan air yang sangat canggih pada masanya, tetap tak mampu kondisi lingkungan yang ekstrim. Keberadaan teknologi canggih mereka pada akhirnya tunduk pada kekuatan perubahan iklim yang tak pandang bulu.

Referensi :
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/05/5-peradaban-kuno-yang-runtuh-akibat-perubahan-iklim/5