Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Assikalaibineng, Kitab Kamasutra Masyarakat Bugis Yang Memperlakukan Wanita Dengan Arif

Meskipun berisikan hal-hal yang tabu untuk dibicarakan, namun rasanya hampir seluruh orang di dunia ini tahu dan mengenal apa itu kitab Kamasutra. Kitab asal negri Hindustan ini dianggap sebagai buku manual paling wahid dalam urusan memuaskan pasangan di ranjang. Namun selain membahas hal yang berhubungan dengan urusan kepuasan dalam hubungan rumah tangga, buku ini juga di si dengan beragam nilai-nilai filosofi tentang dibalik ritual suci pasangan suami istri ini. Faktor inilah yang membuat kamasutra menjadi sangat populer, kareta tak hanya berisikan hal yang bersifat tabu. Dan berhubung tiap tempat punya aturanya sendiri dalam hal kepuasan di ranjang ini, kitab-kitab yang serupa dengan kamasutra nyaris dimiliki oleh tiap kultur masyarakat yang ada didunia ini. Salah satunya tentu di Indonesia, meski banyak yang tak tahu namun negri kita tercinta ini juga punya kamasutra versinya sendiri. Nama kitab tersebut adalah Assikalaibineng yang merupakan kitab panduan hubungan suami istri milik orang Bugis yang kurang lebih isnya nyaris serupa dengan kamasutra. Hanya saja dalam Assikalaibeneng tertanam kearifan lokal yang erat hubunganya dengan tuntunan agama. Kitab milik orang bugis ini cenderung lebih arif dalam memposisikan wanita di dalam hubungan suami-istri. Sisi unik inilah yang ingin anehdidunia.com bagikan dalam artikel Assikalaibineng, Kitab Kamasutra Masyarakat Bugis Yang Memperlakukan Wanita Dengan Arif, berikut ulasanya,


Kitab Yang Mengupas Habis Seluk Beluk Wanita



Bagi masyarakat Bugis, terutama bagi kaum prianya, pada zaman dahulu Assikalaibeneng merupakan kitab panduan wajib yang harus dimiliki untuk dapat membahagiakan Istri mereka. Di dalam kitab ini terdapat pembahasan yang sangat rinci tentang seluk beluk wanita dan bagaimana cara untuk membahagiakan mereka. Dan salah satu cara untuk membahagiakan seorang istri tentu adalah kepuasan yang diperoleh di ranjang. Karena itu dalam kitab Assikalaibeneng, dijelaskan dengan detai bagian-bagian tubuh mana dari seorang wanita yang bisa meningkatkan kepuasan saat berhubungan suami istri. Tujuan dari detailnya pembahasan tentang wanita dalam Assikalaibeneng sendiri merupakan upaya agar kaum proa lebih terlatih dan mempraktekanya dalam kehidupan nyata dengan sempurna.

Dan salah satu bagian sensitif dari wanita yang dibahas dengan cukup mendetail dalam Assikalaibeneng, adalah bagian kelentit (clitorsis). Hal ini cukup menarik karena bahkan dalam kamasutra bagian ini tak banyak di jelaskan. Namun dalam Assikalaibeneng bagian paling sensitif dari area pubish wanita ini mendapatkan pembajasan yang cukup mendalam. Terkesan vulgar memang, namun dalam hubungan rumah tangga terutama bagi mereka yang telah menikah. Hal ini memang sangat penting untuk di ketahui, terutama untuk membahagiakan Istri.


Larangan Bertolak Punggung Saat Diranjang



Berbeda dengan kebanyakan kitab yang membahas soal hubungan Suami-Istri, dalam Assikalaibeneng adab atau nilai sopan santun merupakan pembahasan yang paling ditekankan. Hal ini tentu erat hubunganya dengan kultur masyarakat timur yang masih dipegang erat oleh orang Bugis. Salah satu penerapan adab yang ditekankan dalam Assikalaibeneng, misalnya adalah larangan untuk saling bertolak punggung terhadap pasangan sesusai melakukan hubungan suami-istri. Aturan ini terutama ditujukan pada kaum pria agar sang istri tak merasa hanya digunakan sebagai sebuah media penyaluran hasrat saja. Dan tak hanya memunggungi, dalam Assikalaibeneng para suami sangat dilarang untuk berpindah kamar usai berhubungan suami-istri. Dalam kitab ini pasangan yang baru saja berhubungan diwajibkan untuk tetap satu ranjang dan saling berpelukan. Sikap seperti inilah yang menurut Assikalaibeneng, dianggap beradap dan merupakan wujud penghargaan kita terhadap pasangan.


Dilarang Memaksakan Hasrat Pada Istri



Setelah berstatus sebagai Suami, seorang pria memang memiliki hak untuk meminta jatah untuk menghabiskan waktu yang khusus dengan Istrinya. Namun bukan berarti Ia berhak meminta hak tersebut kapan saja, karena ada masanya di mana wanita sedang tidak dalam mood  baik untuk melakukan aktivitas ini. Dan sebagai seorang pria sudah selayaknya kita memahami kondisi tersebut, dan tak memaksakan kehendak kita pada Istri. Hal inilah yang juga menjadi pembahasan yang sangat ditekankan dalam kitab Assikalaibeneng. Dalam kitab ini dilarang keras untuk meminta jatah pada Istri saat kondisi mereka sedang lelah. Jangankan untuk meminta hal pribadi ini, dalam kitab Assikalaibeneng, membangunakan seorang Istri yang sedang tertidur lelap untuk diajak berhungan pun merupakan tindakan yang tabu dan tak seharusnya dilakukan. Dalam kitab ini juga dijelaskan, jika pria yang melakukan hal seperti itu sama saja menganggap istri mereka sebagai seorang budak.


Tabu Bagi Pria Untuk Mengakhiri Pertarungan



Dalam kebanyakan hubungan suami-istri biasanya pihak laki-laki lah yang mengakhiri ritual memadu kasih ini. Namun ternyata hal tersebut merupakan sesuatu yang tabu dalam kitab Assikalaibeneng. Dalam kitab ini dijelaskan jika dalam hubungan suami-istri tak hanya menu utama yang penting tapi juga menu pembuka atau biasa disebut foreplay. Layaknya sedang berolah raga, saat hendak berhubungan suami-istri pemanasan merupakan tindakan yang penting untuk dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar baik wanita maupun pria, sudah benar-benar siap untuk berhubungan. Hal ini juga di jelaskan dengan cukup detail dalam kitab Assikalaibeneng. Dan tak hanya soal teknis dalam kita ini kita juga akan mendapatkan penjelasan secara filosofis. Dan salah satunya adalah larangan bagi pria untuk mengakhiri hubungan suami-istri saat pihak wanita belum mencapai titik kepuasan mereka. Karena itulah teknik foreplay sangat ditekankan agar dapat meraih kepuasan bersama. Dalam kitab ini juga dijelaskan jika pria gagal memuaskan istrinya, maka hubungan imtim mereka bisa dianggap sebagai sebuah kegagalan. Dan hal ini berusaha di hindari sebisa mungkin dengan penggunaan teknik foreplay yang baik.


Adab Sebelum Berhubungan Yang Erat Kaitanya Dengan Tuntunan Agama



Ini mungkin adalah fakta paling menarik sekaligus hal yang membuat Assikalaibeneng, berbeda dengan kitab lain yang mengulas urusan percintaan. Dalam kitab Assikalaibeneng, terdapat beberapa poin yang memiliki korelasi dengan tuntunan agama. Meski terdengar aneh namun dalam Assikalaibeneng, terdapat berbagai macam Syariat yang dimasukan sebagai aturan wajib saat maupun sebelum berhubungan suami-istri. Salah satunya adalah anjuran untuk berwudhu bagi kaum pria sebelum menyentuh Istri mereka. Terdapat pula anjuran untuk melaksanakan sholat Isya' terlebih dahulu sebelum memulai hubungan suami-Istri. Hal ini dimaksudkan agar seorang muslim lebih mendahulukan kewajibanya terlebih dulu dan agar tak melewatkannya karena kelelahan seusai berduaan dengan Istrinya. Hal inilah yang berusaha untuk di tekankan dalam kitab Assikalaibeneng, bahwa hubungan suami-istri tak hanya melulu soal urusan syahwat melainkan juga pentingnya adad dan syariat agar hubungan suami-istri jadi lebih berkesan.

Sahabat anedidunia.com dengan beberapa fakta di atas tentu tak salah jka bnyak orang menganggap Assikalaibeneng, merupakan kitab percintaan yang lain dari pada yang lain dan bahkan masuk dalam kategori sempurnya. Kitab ini tak hanya mengajarkan teknik bercinta namun juga adab yang baik serta memperlakukan pihak wanita secara lebih arif.

Referensi:

boombastis.com/mengenal-assikalaibineng/75931