Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fakta Mencengangkan Guillotine, Alat Eksekusi Mati Legendaris

Di banyak negara, hukuman mati masih dipraktikkan hingga sekarang untuk kasus-kasus kejahatan yang amat berat semisal pembunuhan. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menjalankan eksekusi mati. Mulai dari suntik mati, hukuman gantung, ditembak di bagian jantung, dan sebagainya. Kalau pada masa lampau, metode eksekusi mati juga dilakukan memakai guillotine.

Guillotine

Guillotine adalah sebutan untuk alat pemenggal leher yang berasal dari Perancis. Alat ini pada dasarnya adalah sebuah pisau raksasa yang terhubung dengan kabel dan tiang kayu. Saat seorang terpidana dihukum mati memakai alat ini, pisau tadi diposisikan di atas korban dan kemudian dijatuhkan ke bawah sehingga kepala korban kemudian terpisah dari badannya.

Keunikan guillotine bukan sebatas pada metode eksekusinya yang cepat namun mematikan. Sejak penciptaannya, alat ini tidak pernah sepi dari kontroversi. Berikut ini adalah fakta-fakta menarik mengenai guillotine:

Nama Guillotine Diambil dari Nama Tokoh Penentang Hukuman Mati

Joseph Ignace Guillotin

Guillotine merupakan buah karya dari seorang pakar kesehatan Perancis yang bernama Joseph Ignace Guillotin. Cukup menarik untuk mengetahui bahwa meskipun Guillotin terkenal sebagai tokoh di balik terciptanya alat pencabut nyawa yang melegenda, ia justru diketahui sebagai sosok yang menentang hukuman mati. 

Karena ia gagal meyakinkan otoritas Perancis untuk melarang praktik hukuman mati, Guillotin pun lantas menciptakan guillotine sebagai cara agar orang yang dijatuhi hukuman mati tidak merasakan siksaan berkepanjangan di akhir hidupnya. Sahabat anehdidunia.com tahun 1791, Dewan Perancis menetapkan kalau guillotine adalah satu-satunya alat yang boleh digunakan untuk eksekusi mati resmi. Sebelumnya, eksekusi mati dilakukan memakai pedang atau kapak.

Upaya Guillotin untuk menciptakan alat ini pada awalnya tidak berjalan mulus. Pasalnya saat ia mencari tukang kayu untuk membantunya membuat alat ini, mereka beramai-ramai menolak karena mereka tidak mau nama mereka kelak diidentikkan sebagai pencipta alat pencabut nyawa manusia. 

Adalah pengrajin Jerman yang bernama Tobias Schmidt yang akhirnya bersedia membantu Guillotin untuk membuatkan guillotine selama namanya tidak disangkut pautkan dengan benda tersebut. Sebagai gantinya, nama Guillotin pun kemudian digunakan untuk menamai alat eksekusi mati ini.

Guillotine meninggal pada tahun 1814 dalam usia 75 tahun. Karena nama belakangnya sudah terlanjur identik dengan alat yang sudah merenggut begitu banyak nyawa manusia, keluarga Guillotin merasa begitu malu sehingga mereka melobi pemerintah Perancis agar nama alat tersebut diganti. Permintaan mereka ditolak sehingga mereka kemudian beramai-ramai mengganti nama mereka sendiri supaya mereka tidak disangkut pautkan lagi dengan alat ini.

Eksekusi Memakai Guillotine Jadi Tontonan Orang Banyak

 Guillotin tontonan masyarakat

Tahun 1790-an merupakan periode yang mencekam dalam sejarah Perancis. Pasalnya ada begitu banyak orang yang dijatuhi hukuman mati pada periode ini atas tuduhan mengganggu ketertiban dan menentang pemerintah. Saking banyaknya orang yang dieksekusi pada periode ini, periode yang sama lantas dikenal dengan istilah Pemerintahan Teror (Reign of Terror). Dan pada periode ini pulalah, guillotine menjadi pusat perhatian orang banyak.

Nicolas-Jacques Pelletier adalah orang pertama yang menjadi korban guillotine. Ia dihukum mati pada tanggal 25 April 1792 atas tuduhan perampokan dan pembunuhan. Untuk memberikan efek jera kepada orang-orang lain agar tidak mengikuti perbuatannya, eksekusi mati Pelletier dilakukan di tengah-tengah keramaian.

Saat hari eksekusi Pelletier tiba, orang-orang berkerumun di sekitar lapangan untuk menyaksikan pelaksanaan eksekusi mati. Pelletier akhirnya menemui ajalnya setelah pisau guillotine dijatuhkan ke atas tubuhnya. Kepalanya menggelinding masuk ke dalam keranjang yang sudah ditempatkan di depan panggung eksekusi, sementara badannya kini menjadi sesosok mayat tanpa kepala.

Alih-alih merasa takut dengan pemandangan ini, para penonton yang menyaksikan eksekusi Pelletier justru beramai-ramai mengekspresikan kekecewaannya. Pasalnya menurut mereka, peristiwa pemenggalan Pelletier berlangsung terlalu cepat dan kurang bersimbah darah. Meskipun begitu, upaya eksekusi mati dengan guillotine tetap dilakukan hingga kemudian meluas ke seantero Perancis.
Sahabat anehdidunia.com selain untuk mengurangi penderitaan dari terpidana hukuman mati, alasan lain mengapa guillotine banyak digunakan sebagai alat hukuman mati adalah karena alat ini membantu algojo hukuman mati menjalankan tugasnya dengan cepat dan efisien. Dengan memakai guillotine, seorang algojo bisa membunuh 12 orang sekaligus hanya dalam kurun waktu 13 menit.

Guillotine Pernah Digunakan oleh Nazi dan Vietnam

Guillotine Pernah Digunakan oleh Nazi dan Vietnam

Popularitas guillotine sebagai alat eksekusi mati yang efisien pada gilirannya membuat alat ini turut dilirik oleh mereka yang bermukim di luar Perancis. Saat Adolf Hitler menjabat sebagai pemimpin Jerman, ia memerintahkan supaya negaranya memproduksi guillotine sebanyak mungkin. Total, ada lebih dari 16.000 orang yang tewas dieksekusi memakai guillotine antara tahun 1933 hingga 1945 di Jerman.

Kebijakan Hitler terkait guillotine pada gilirannya membawa berkah tersendiri bagi algojo guillotine. Mereka dilaporkan menerima gaji tahunan sebesar 3.000 reichsmark beserta bonus 65 reichsmark untuk setiap orang yang sudah mereka bunuh. Salah satu algojo guillotine Jerman di era Hitler yang paling terkenal adalah Johann Reichhart. Dengan gaji yang didapatnya, Reichhart dilaporkan bisa membeli sebuah villa mewah di kawasan elit kota Muenchen.

Jerman di era Hitler bukanlah satu-satunya negara di era modern yang menggunakan guillotine sebagai alat hukuman mati. Sahabat anehdidunia.com saat Ngo Dinh Diem masih menjabat sebagai presiden Vietnam Selatan, ia memerintahkan supaya militer negaranya berpatroli ke desa-desa sambil mengangkut guillotine. Dengan cara ini, militer negaranya bisa melenyapkan orang-orang yang diduga sebagai simpatisan komunis sembari menanamkan rasa takut kepada rakyat Vietnam Selatan.

Di Perancis sendiri, guillotine ternyata masih tetap digunakan di era modern. Hamida Djandoubi menjadi orang terakhir yang meregang nyawa di bawah hujaman pisau guillotine setelah ia dijatuhi hukuman mati pada tahun 1977 atas tuduhan pembunuhan. Empat tahun kemudian, Perancis akhirnya benar-benar menghapuskan hukuman mati sekaligus mewujudkan impian Guillotin yang sudah tertunda sekian lama.

Guillotine Jadi Alat untuk Mempelajari Cara Kerja Tubuh Manusia

Guillotine Jadi Alat untuk Mempelajari Cara Kerja Tubuh Manusia

Guillotine bukan hanya berguna sebagai pencabut nyawa. Alat ini juga dimanfaatkan oleh kalangan ilmuwan untuk mempelajari mekanisme tubuh manusia sesaat sesudah meninggal. Pada tahun 1793, saat dokter menepuk kepala korban guillotine yang sudah terpisah dari badannya, penonton mengaku kalau mereka melihat ekspresi wajah korban sempat berubah.

Peristiwa yang terjadi tersebut hanyalah satu dari sekian banyak mengenai misteri terkait kepala para korban guillotine. Sahabat anehdidunia.com sejumlah figur publik yang menjadi korban guillotine seperti Raja Charles I, Anne Boleyn, hingga pembunuh terkenal Henri Languille dilaporkan sempat berkomunikasi dengan orang-orang di dekatnya tepat sesudah kepala mereka terpisah dari badannya.

Jika hal-hal tadi menurut anda masih belum seberapa, dokter Dassy de Lignieres bahkan nekat bertindak lebih jauh untuk mencari tahu apakah ia bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Untuk keperluan tersebut, ia membawa pulang kepala seorang korban guillotine dan memompanya dengan darah supaya kepala tersebut bisa hidup dan berbicara kembali.

Penelitian yang menggunakan kepala korban guillotine masih terus berlangsung sebelum kemudian ditinggalkan pada abad ke-20. Sekarang, orang memahami bahwa manusia akan mengalami kematian jika jantung dan otaknya berhenti bekerja sepenuhnya. Dalam percobaan yang dilakukan pada tikus, ilmuwan menemukan kalau otak tikus akan tetap hidup hingga 4 detik sesudah terpisah dari badannya.

referensi: 
https://listverse.com/2017/03/03/top-10-bizarre-and-riveting-facts-about-the-guillotine/
https://www.history.com/news/8-things-you-may-not-know-about-the-guillotine