Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makanan Rahasia Ninja Saat Diet Dan Keadaan Darurat

Bagi anda yang gemar mengkonsumsi anime atau game bertema Jepang,  maka anda pastinya tidak akan asing dengan kata “ninja”. Benar, itu adalah nama dari prajurit tradisional Jepang yang terkenal karena kerap mengenakan pakaian serba tertutup. Di Jepang sendiri, ninja juga dikenal dengan nama shinobi.

Ninja juga terkenal karena kelincahannya dalam bertarung, serta keahliannya untuk datang dan pergi dengan cepat bak hantu. Sahabat anehdidunia.com berkat kemampuannya tersebut, ninja pun dalam sejarahnya kerap dipercaya untuk menjalankan tugas-tugas yang berbahaya seperti memata-matai musuh dan melakukan misi pembunuhan.

Walaupun ninja merupakan tokoh yang sangat terkenal di budaya pop Jepang berkat banyaknya karya-karya hiburan yang menampilkan ninja, informasi sejarah mengenai ninja di dunia nyata ternyata begitu terbatas. Pasalnya sumber-sumber sejarah mengenai ninja kerap kali mendeskripsikan ninja secara berlebihan, sehingga ninja nampak seperti sosok gaib yang keberadaannya sulit diterima oleh akal sehat.

Para sejarawan sendiri memperkirakan kalau asal-usul ninja ada kaitannya dengan periode penuh konflik yang menimpa kawasan Jepang pada abad ke-15 hingga abad ke-17. Selama periode tersebut, konflik antar panglima adalah hal yang sering terjadi.

Ninja

Supaya bisa memenangkan pertempuran, masing-masing panglima pun mencoba mengupayakan segala cara. Misalnya dengan cara menyewa pembunuh bayaran untuk menyingkirkan tokoh-tokoh dari pihak lawan. Dan sosok pembunuh tersebut tidak lain adalah ninja, yang pada periode tersebut dipercaya menjadikan kawasan pegunungan di Provinsi Iga sebagai markasnya.

Supaya bisa menjalankan tugasnya dengan baik, sudah barang tentu ninja harus memiliki keahlian fisik yang mendukung. Oleh karena itulah, ninja pun memiliki pola makan yang amat ketat layaknya atlet profesional di masa kini. Mereka membatasi jumlah makanan yang dikonsumsinya supaya tubuhnya tidak terlampau berat.

Menurut ilmuwan Makato Hisamatsu dari Universitas Mie, ninja tidak boleh memiliki berat melebihi satu karung beras (sekitar 60 kg). Ninja juga sangat memperhatikan kondisi lingkar pinggangnya untuk memastikan kalau bobotnya tidak melampaui batas.

Tujuannya jelas, supaya ninja bisa menjalankan tugas-tugas penyusupan dan pengintaian dengan optimal. Pasalnya tidak jarang ninja diharuskan memanjat dinding dan bahkan merayap di langit-langit bangunan tanpa ketahuan. Jika tubuhnya terlalu berat, sudah barang tentu ninja tidak bisa menjalankan hal-hal tadi dengan baik.

Berkirim Pesan Lewat Makanan

Makanan Ninja

Anggota ninja juga cenderung menghindari makanan yang bisa menimbulkan bau menyengat pada badan supaya keberadaan mereka tidak terendus saat sedang mengendap-endap ke dalam bangunan tempat tinggal sasaran pembunuhannya. Namun ninja bukan hanya bisa menggunakan makanan untuk mengisi perut semata. Ninja juga bisa menggunakan makanan untuk mengirimkan pesan rahasia kepada anggotanya yang lain.

Hal tersebut diungkapkan dalam tulisan Chikamatsu Shigenori yang dibuat pada abad ke-18. Jika ninja hendak melakukan pengkhianatan, ia akan mengirimkan ikan asin. Lalu jika ninja hendak melakukan pembakaran, ia akan mengirimkan ikan kering. Saat ninja memerlukan bala bantuan, ia akan mengirimkan kue manis. Sahabat anehdidunia.com ninja juga mengirimkan ikan yang jumlah dan ukurannya beragam untuk menyimbolkan tanggal peristiwa tertentu.

Lantas, menu macam apakah yang dikonsumsi oleh ninja? Kalau menurut perkiraan Stephen Turnbull – sejarawan yang banyak menerbitkan buku-buku mengenai Jepang di era feodal – makanan ninja mungkin aslinya tidak berbeda jauh dengan makanan yang banyak dikonsumsi oleh kaum kelas bawah Jepang di masa itu. Pasalnya banyak ninja yang aslinya berasal dari golongan masyarakat kelas bawah.

Pendapat Turnbull tersebut didukung oleh catatan sejarah yang menyatakan kalau anggota ninja banyak yang aslinya berprofesi sebagai petani saat sedang tidak menjalankan tugasnya sebagai ninja. Dan karena golongan kelas bawah cenderung harus bekerja lebih keras supaya bisa bertahan hidup,  ninja pun memiliki cara kerja yang pragmatis dan oportunis.

Tidak seperti kasta samurai yang berasal dari golongan kelas atas dan memegang teguh prinsip kehormatan, ninja tidak ragu-ragu menghalalkan segala cara selama tujuannya bisa tercapai. Jika samurai dikenal sangat setia pada tuannya, maka ninja tidak memiliki majikan yang tetap dan bekerja untuk siapapun yang bersedia menyewa jasa mereka.

Jika samurai bertarung dengan cara saling berhadapan di tempat terbuka, ninja lebih menyukai taktik mengendap-endap untuk membunuh musuhnya saat sedang lengah. Saat sedang menjalankan tugasnya, ninja bisa membaur dan bersembunyi hingga berhari-hari lamanya sebelum kemudian menyerang sasarannya ketika waktunya sudah tepat. Dengan taktik yang sama, ninja kerap disewa untuk menjadi mata-mata dan mengumpulkan informasi penting di wilayah musuh.

Kembali ke soal makanan ninja. Menurut penjelasan Hisamatsu, menu sehari-hari petani Jepang pada masa itu biasanya terdiri dari nasi gabah, millet (sejenis tanaman berbiji), serta sayuran dan umbi-umbian liar. Karena ninja berasal dari golongan petani, menu sehari-hari ninja pun diperkirakan tidak berbeda jauh.

Selain mengkonsumsi menu berbahan tanaman, ninja diketahui juga mengkonsumsi belalang, katak, dan bahkan ular. Kendati terkesan menjijikan, Makato menjelaskan kalau makanan tersebut sebenarnya lebih berimbang dari segi gizi. Hewan-hewan tadi juga bisa didapat dengan mudah di alam liar. Dengan memiliki menu harian yang kandungan gizinya seimbang, ninja pun bisa melatih fisiknya secara optimal.

Ninja juga memiliki pantangan dalam hal makanan. Menurut tulisan yang dibuat pada abad ke-17 dan 18, ninja menghindari makanan yang mengandung bahan bawang karena makanan macam itu membuat aroma badan mereka menjadi lebih menyengat. Ninja juga menghindari makanan berbahan daging merah atas alasan kepercayaan karena dalam pandangan agama Shinto dan Buddha, membunuh hewan ternak dan mamakn dagingnya adalah hal yang tabu.

Menu Darurat untuk Segala Situasi

Makanan Ninja Bola Bola

Bagaimana jika kebetulan ninja sedang berada di tempat di mana mereka tidak bisa mengkonsumsi menu hariannya? Untuk yang satu ini, ninja juga sudah punya solusinya. Sahabat anehdidunia.com menurut buku Banseshukai yang berasal dari tahun 1676 dan berisikan panduan hidup bagi para ninja, ninja memiliki makanan khusus yang bisa membantu mereka melakukan perjalanan jauh tanpa merasa kelaparan. Makanan tersebut dibuat dari campuran ubi, kayu manis, nasi, dan biji teratai.

Jika kebetulan ninja sedang berada di perjalanan dan memerlukan menu darurat, ninja juga bisa membuat serbuk yang terbuat dari kulit pohon cemara, ginseng, dan nasi putih. Sesudah itu, serbuk tersebut kemudian dibentuk menjadi bola dan kemudian dikukus. Konon makanan ini bisa membuat orang yang memakannya tetap merasa kenyang hingga 3 hari ke depan, sepertinya bisa untuk diet.

Kalau menurut kajian gizi pada masa kini, klaim mengenai khasiat mengenai makanan darurat tersebut dianggap sudah dilebih-lebihkan karena aslinya makanan yang bersnagkutan tidak memiliki kandungan kalori yang cukup. Namun makanan yang sama diketahui memang bisa memberikan pasokan energi yang cukup jika orang yang memakannya sedang melakukan perjalanan jauh.

Itu tadi soal makanan darurat. Lantas, bagaimana dengan minumannya? Menurut Antony Cummins dalam bukunya yang berjudul “Samurai and Ninjas: The Real Story Behind the Japanese Warrior Myth”, ninja bisa membuat campuran makanan yang terbuat dari tumbukan ubi, jamur hitam, dan gula untuk mencukupi kebutuhan cairannya. Karena makanan ini mengandung kadar elektrolit tinggi, ninja yang memakannya bisa tetap bugar meskipun tidak meminum air hingga berjam-jam lamanya.

Credit referensi:
https://www.atlasobscura.com/articles/what-did-ninjas-eat