Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fakta Luar Biasa Kecoa Binatang Menjijikan

Bagi manusia, kecoa atau lipas dipandang sebagai serangga yang menyebalkan. Pasalnya serangga ini kerap berkeliaran di dalam rumah dan mengotori apapun yang disentuhnya. Jadi bukan hal yang mengherankan jika manusia kemudian bakal langsung mencoba membunuh kecoa setiap kali serangga bertubuh gepeng ini menampakkan diri.

Akibat reputasinya sebagai hewan yang kotor, manusia pun kerap memandang kecoa secara sinis. Namun tahukah anda kalau di balik penampilannya yang terkesan menjijikan, kecoa ternyata memiliki banyak hal yang mengagumkan. Berikut ini adalah 5 kehebatan yang dimiliki oleh kecoa.

Kecoa Bisa Hidup Tanpa Kepala

Kecoa Bisa hidup Tanpa Kepala

Kecoa bisa dianggap sebagai hewan yang tahan menderita. Bagaimana tidak, serangga ini tetap bisa hidup hingga beberapa minggu kemudian meskipun kepalanya dipotong. Dan saat kecoa pada akhirnya mati dalam kondisi tanpa kepala, hewan tersebut bukan akibat kehilangan kepalanya, tetapi akibat tidak bisa lagi menggunakan mulutnya untuk makan.

Alasan kenapa kecoa bisa hidup tanpa kepala adalah karena kecoa memiliki cara kerja tubuh yang berbeda dari manusia. Saat manusia dipenggal, manusia bakal langsung meninggal tak lama kemudian akibat kehilangan terlalu banyak darah dan tekanan darah. 

Kecoa di lain pihak tetap bisa hidup tanpa kepala karena kecoa tidak memiliki tekanan darah setinggi manusia. Jadi ketika kecoa kehilangan kepalanya, luka di leher kecoa akan menutup dan kecoa sesudah bisa tetap hidup seolah-olah tidak terjadi apa-apa. 

Kalaupun manusia bisa menemukan cara untuk menghentikan pendarahan di lehernya usai kehilangan kepala, manusia bakal tetap meninggal karena tubuh manusia harus tetap terhubung dengan otak supaya bisa berfungsi. Manusia juga memerlukan hidung untuk tetap bernapas.

Kecoa di lain pihak tetap bisa hidup tanpa kepala karena kecoa hanya memiliki otak berukuran kecil dan tubuhnya bisa bergerak secara mandiri. Dan tidak seperti manusia, kecoa bernapas melalui spirakel atau lubang-lubang kecil yang ada di sisi badannya. Yang lebih uniknya lagi, saat kepala kecoa terpisah dari badannya, kepala tersebut akan tetap hidup hingga beberapa jam kemudian dengan melihat antenanya yang masih bergerak.

Kecoa Tertarik Pada Telinga Manusia



Kecoa pada dasarnya menganggap manusia sebagai ancaman dan bakal langsung pergi bersembunyi begitu mengetahui ada manusia di dekatnya. Namun lain halnya jika manusia tersebut sedang tidur. Justru kecoalah yang bakal mendatangi manusia dan memasuki rongga telinga. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu, kecoa juga bertelur di dalam rongga telinga manusia.

Kecoa sendiri memasuki rongga telinga manusia lebih karena faktor “kecelakaan”. Pasalnya jika kecoa sampai memasuki rongga telinga manusia, maka kecoa yang bersangkutan bisa terjepit di dalam rongga telinga dan akhirnya mati. Lantas, apa penyebab kecoa berani memasuki rongga telinga manusia jika taruhannya adalah nyawa kecoa sendiri?

Jawabannya ternyata ada pada asam lemak khusus yang terdapat dalam rongga telinga manusia. Asam lemak yang sama juga dapat ditemukan dalam roti dan keju. Karena kecoa mengira kalau asam lemak yang ada dalam rongga telinga manusia adalah makanan, kecoa pun tertarik untuk masuk ke dalamnya.

Kecoa yang terjepit dalam telinga manusia tidak bisa dianggap remeh karena kecoa tersebut bisa tanpa sengaja melukai dinding dalam saluran telinga saat menggerak-gerakkan kakinya untuk melepaskan diri. Jika tubuh kecoa tersebut sampai remuk di dalam rongga telinga, maka sang pemilik telinga bisa terkena infeksi karena tubuh kecoa mengandung bakteri-bakteri berbahaya.

Kecoa Adalah Hewan yang Cepat Belajar

Kecoak Cepat Belajar

Alasan kenapa kecoa gampang ditemukan di pemukiman manusia adalah karena serangga ini sangat cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Ketika ada bahaya misalnya, kecoa bisa dengan cepat mempelajari penyebab munculnya bahaya tersebut dan menemukan penangkalnya. Kecoa bahkan bisa langsung tahu ketika manusia menaruh racun pada makanannya.

Contoh dari kasus tersebut bisa dilihat pada tahun 1980-an di AS. Pada awalnya, manusia menemukan kalau kecoa tertarik akan makanan manis. Maka, manusia pun kemudian membuat jebakan pembunuh kecoa dengan cara menaruh umpan makanan berbahan glukosa (sejenis gula) yang sudah dicampur dengan racun.

Sesuai dengan rencana, kecoa-kecoa yang memakan umpan tersebut akhirnya mati. Namun setelah beberapa lama, kecoa tidak lagi tertarik untuk tidak menyentuh makanan berbahan glukosa karena mereka tahu kalau makanan berbahan glukosa mungkin mengandung racun. Pakar pembasmi serangga kemudian mengganti umpan glukosa dengan fruktosa. Namun seperti halnya glukosa, kecoa perlahan-lahan tidak mau lagi menyentuh makanan berbahan fruktosa.

Kecoa juga memiliki kemampuan sosial yang mengagumkan. Dalam percobaan yang dilakukan oleh ilmuwan Jose Halloy dari Universitas Brussels, ia menempatkan 50 ekor kecoa dalam sebuah piringan yang terbagi dalam 3 sarang. 

Setelah awalnya mondar mandir dan saling menyentuhkan antenanya, kecoa-kecoa tersebut kemudian membagi dirinya menjadi 2 kelompok yang masing-masingnya berjumlah sama dan menempat 2 sarang berbeda. Ketika Halloy memindahkan mereka dalam wadah yang kapasitas masing-masing sarangnya mencapai 50 ekor, kecoa-kecoa tersebut semuanya memilih untuk hidup dalam sarang yang sama.

Kecoa Kelak Bakal Menjadi Bahan Obat Manusia

Kecoa menjadi obat

Kecoa selama ini dianggap sebagai hewan pembawa penyakit. Namun jika penelitian yang satu ini berakhir dengan keberhasilan, stigma negatif tersebut nampaknya bakal mulai berubah. Pasalnya otak kecoa diketahui mengandung senyawa yang bisa membunuh bakteri E. coli dan S. aureus, 2 bakteri berbahaya yang sulit dibasmi dengan antibiotik biasa.

Seperti yang kita tahu, kecoa selama ini kerap menempati tempat-tempat kotor semisal di timbunan sampah dan gorong-gorong. Ilmuwan pun penasaran dan ingin mencari tahu kenapa kecoa bisa hidup di lingkungan macam itu tanpa terserang penyakit. Berdasarkan pengamatan mendalam, barulah diketahui kalau otak dan sistem saraf kecoa mengandung zat kimia yang membunuh bakteri-bakteri berbahaya.

Ilmuwan sendiri masih belum mengetahui secara pasti komponen kimia mana yang berperan dalam mencegah infeksi bakteri. Jika komponen kimia yang dimaksud berhasil ditemukan, ilmuwan berharap bisa mengolahnya menjadi obat yang bisa dikonsumsi oleh manusia.

Biarpun Jorok, Kecoa Sangatlah Penting Bagi Lingkungan

Kecoa penting untuk lingkungan

Jika manusia diperbolehkan memusnahkan jenis binatang tertentu hingga tak ada lagi yang tersisa, maka kecoa bakal menjadi nama yang bakal sering disebut. Kebiasaan kecoa untuk hidup di tempat-tempat kotor dan memasuki rumah manusia hanyalah sebagian di antara penyebab utamanya. Sejumlah orang juga kerap merasa histeris saat ada kecoa yang terbang di dekatnya.

Jika anda termasuk dalam orang yang ingin supaya kecoa punah seutuhnya, maka anda sebaiknya memikirkan ulang keinginan tersebut. Pasalnya kecoa ternyata memiliki peran yang penting bagi keseimbangan lingkungan. 

Dalam konteks rantai makanan contohnya, hilangnya kecoa bakal membuat sejumlah burung dan tikus mengalami penurunan populasi akibat kehilangan salah satu makanan utamanya. Menurunnya populasi hewan-hewan pemakan kecoa tadi pada gilirannya bakal ikut berdampak pada menurnnya populasi hewan-hewan karnivora semisal ular, kucing, burung pemangsa, dan masih banyak lagi. 

Di lingkungan yang masih belum dihuni oleh manusia, kecoa berperan sebagai hewan pengurai yang memakan sampah organik semisal bangkai hewan. Jika kecoa benar-benar punah, maka dapat dipastikan jumlah sampah organik di alam liar bakal semakin menumpuk. 

Kecoa juga membantu meningkatkan kesuburan tanah karena tinja kecoa mengandung senyawa nitrogen yang bermanfaat bagi tanaman. Dengan melihat hal-hal tadi, maka tidak ada salahnya kita membiarkan kecoa tetap hidup selama mereka tidak memasuki rumah kita. Toh kecoa sendiri umumnya tidak akan memasuki rumah manusia jika rumah tersebut selalu terjaga kebersihannya.

Sumber :
https://listverse.com/2019/07/30/10-disgusting-facts-about-cockroaches/