Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hewan Ini Justru Mendapat Keuntungan dari Perubahan Iklim

Perubahan iklim lazimnya dipandang sebagai fenomena yang negatif. Pasalnya fenomena yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan Bumi ini menyebabkan banyak hewan terancam mengalami penurunan populasi dan bahkan kepunahan. Hewan-hewan yang tinggal di kutub adalah contoh hewan yang paling dirugikan dari fenomena perubahan iklim karena mereka memerlukan suhu dingin untuk beraktivitas.

Namun ternyata perubahan iklim tidak selalu membawa dampak negatif. Ada beberapa hewan liar yang justru mendapatkan keuntungan seandainya fenomena alam kenaikan suhu akibat perubahan iklim masih tetap berlangsung. Berikut ini adalah contoh hewan-hewan tersebut.

Nyamuk Arktik

Nyamuk Arktik

Dalam rentang waktu seabad terakhir, suhu rata-rata di kawasan Arktik mengalami peningkatan secara dramatis. Sebagai akibatnya, lapisan es yang berada di Kutub Utara pun secara berangsur-angsur ukurannya kian mengecil.

Bagi hewan-hewan yang tinggal di Kutub Utara dan sekitarnya, fenomena ini normalnya bakal membawa dampak negatif karena mereka sudah terlanjur terbiasa untuk hidup di lingkungan yang bersuhu amat dingin. Namun hal demikian tidak berlalu untuk nyamuk Arktik.

Menurut ilmuwan dari Universitas Darmouth, jika suhu rata-rata di Arktik masih terus meningkat seperti sekarang, maka populasi nyamuk Arktik akan mengalami peningkatan tajam. Pertambahan populasi tersebut bisa terjadi karena nyamuk bakal mengalami pertumbuhan lebih cepat dan keluar lebih dini dari kepompongnya.

Menurut perkiraan mereka, setiap pertambahan suhu sebanyak 1 derajat Celcius di kawasan Arktik akan menyebabkan bertambahnya laju pertumbuhan nyamuk dari fase larva hingga dewasa sebanyak 10 persen. Sahabat anehdidunia.com suhu perairan yang lebih hangat menyebabkan larva nyamuk lebih cepat mengalami pertumbuhan untuk menuju ke fase metamorfosis berikutnya.

Jika nyamuk keluar lebih dini dari kepompongnya, maka peluang bertahan hidup yang dimiliki oleh nyamuk tersebut menjadi lebih tinggi karena hewan-hewan air yang selama ini memakan larva atau jentik nyamuk memiliki kesempatan yang lebih rendah untuk berpapasan dengan jentik.  

Jika populasi nyamuk Arktik sampai bertambah hingga terlalu banyak, maka karibou atau rusa kutub bakal menjadi hewan yang paling merasakan dampaknya. Pasalnya nyamuk Arktik kerap hinggap pada karibou untuk menghisap darahnya.

Jika jumlah nyamuk yang menghisap darah karibou terlalu banyak, maka karibou tersebut akan lebih mudah terserang anemia dan penyakit-penyakit tertentu yang mungkin disebarkan oleh nyamuk. Sebagai akibatnya, karibou tersebut menjadi lebih lambat dan lebih mudah diincar oleh hewan predator alamiahnya.

Bintang Laut

Bintang Laut

Menurut hasil penelitian yang dimuat di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, bintang laut bakal menjadi hewan yang diuntungkan jika suhu dan kadar karbon dioksida yang ada dalam laut sampai bertambah. Pasalnya dalam suhu perairan yang lebih hangat, bintang laut cenderung lebih aktif mencari makan sehingga laju pertumbuhannya menjadi lebih tinggi.

Hal tersebut dikatakan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Rebecca Gooding dan para koleganya dari Universitas British Columbia. Dalam melakukan percobaan ini, Rebecca dan rekan-rekannya menempatkan bintang laut dalam tangki yang suhu dan kadar karbon dioksidanya seusai dengan suhu lautan hasil prediksi panel perubahan iklim.

Tim ilmuwan tersebut menemukan kalau bintang laut yang ditempatkan dalam tangki dengan kadar kabon dioksida tinggi mengalami pertambahan ukuran yang mencolok. Sahabat anehdidunia.com dibandingkan dengan bintang laut yang hidup dalam tangki dengan kadar karbon dioksida lebih rendah, bintang laut yang terpapar karbon dioksida tinggi memiliki ukuran 67 persen lebih besar.

Rebecca menduga kalau pertambahan ukuran tersebut ada kaitannya dengan fisik yang dimiliki oleh bintang laut itu sendiri. Karena bintang laut tidak memiliki cangkang yang keras layaknya tiram, bintang laut bisa beradaptasi dengan lebih mudah pada suhu lautan yang lebih hangat.

Ular Tikus

Ular Tikus

Sebagai hewan yang terkenal sebagai hewan berdarah dingin, ular justru menjadi salah satu yang paling diuntungkan jika suhu permukaan Bumi terus bertambah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Patrick Weatherhead dari Universitas Illinois, ular bisa beradaptasi dengan perubahan iklim dan bahkan mendapat manfaat dari terjadinya perubahan iklim.

Weatherhead membuat kesimpulan demikian setelah ia melakukan percobaan pada ular tikus (sejenis ular pelilit berukuran sedang) yang mendiami habitat-habitat berbeda di Amerika Utara. Weatherhead menemukan bahwa saat suhu rata-rata permukaan Bumi meningkat, ular tikus menjadi lebih aktif pada malam hari.

Karena suhu tubuh ular bergantung pada suhu lingkungan, ular hanya bisa beraktivitas jika suhu lingkungannya cukup hangat. Jika suhu pada malam hari menjadi lebih hangat dibandingkan biasanya, ular tikus memiliki waktu lebih banyak untuk beraktivitas dan mencari makan.

Manfaat lain dari meningkatnya suhu pada malam hari adalah ular tikus jadi lebih mudah mencari makan sambil menyembunyikan keberadaannya sendiri dari predator. Burung pemangsa ular semisal elang hanya berburu pada siang hari karena ia mengandalkan indra penglihatannya untuk menemukan mangsa.

Jika ular tikus bisa keluar beraktivitas saat elang tengah beristirahat, maka secara otomatis peluangnya untuk beraktivitas tanpa dimakan oleh hewan pemangsanya menjadi lebih tinggi. Dampaknya, populasi ular menjadi lebih mudah bertambah.

Babi Hutan

Babi Hutan

Ada fenomena aneh yang terjadi di Eropa selama beberapa tahun terakhir. Jumlah babi hutan liar yang hidup di benua tersebut cenderung lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Di Jerman saja, pada tahun 2009 jumlah populasi babi liar meningkat hingga 2 juta ekor. Fenomena serupa juga dijumpai di sejumlah wilayah di Benua Amerika dan Asia.

Ada 2 alasan mengapa populasi babi liar bertambah akibat perubahan iklim. Pertama, meningkatnya suhu menyebabkan musim dingin terasa lebih hangat dibandingkan sebelumnya sehingga peluang babi liar untuk bertahan hidup selama musim dingin berlangsung menjadi lebih tinggi.

Alasan kedua adalah karena meningkatnya suhu dan karbon dioksida menyebabkan tanaman menjadi lebih produktif dalam menghasilkan buah dan kacang-kacangan. Bagi babi hutan, fenomena tersebut berarti mereka jadi lebih mudah mendapatkan makanan sehingga mereka kemudian jadi lebih mudah berkembang biak dan mengalami pertambahan populasi.

Kucing

Kucing Berkembiak Pesat

Dampak positif dari perubahan iklim bukan hanya dirasakan oleh hewan-hewan yang hidup di alam liar. Kucing yang notabene terkenal sebagai hewan peliharaan dan penghuni pemukiman manusia juga bakal mendapatkan keuntungan dari fenomena perubahan iklim. Selama beberapa tahun terakhir, populasi kucing di seluruh dunia diketahui mengalami peningkatan tajam.

Kucing yang tinggal di wilayah 4 musim biasanya berkembang biak pada musim semi dan panas karena pada kedua musim tersebut, suhunya menjadi lebih hangat dan lebih bersahabat untuk mengasuh anak. Namun akibat perubahan iklim, musim gugur dan dingin yang normalnya terlalu dingin bagi kucing sekarang terasa lebih hangat.

Karena kedua musim tadi terasa lebih hangat bagi kucing, sekarang kucing bisa melakukan perkawinan dan berkembang biak kapan saja sepanjang tahun. Dampaknya, populasi kucing pun mengalami pertambahan pesat.

Walaupun kabar ini terdengar sebagai kabar gembira, ada dampak negatif lain yang timbul dari meledaknya populasi kucing. Sahabat anehdidunia.com karena tidak semua orang memiliki cukup waktu dan biaya untuk memelihara kucing, tidak sedikit dari kucing-kucing hasil peranakan tersebut yang kemudian hidup terlantar dan menggelandang sebagai kucing liar.

Bagi manusia, dampak negatif yang bakal timbul jika populasi kucing liar terlalu banyak adalah meningkatnya peluang penyebaran penyakit-penyakit tertentu semisal toksoplasma. Oleh karena itulah, mereka yang memiliki hobi memelihara kucing disarankan untuk memandulkan kucingnya supaya kucing tersebut tidak malah menjadi beban bagi majikannya.

referensi: 
https://listverse.com/2016/06/09/10-animals-that-surprisingly-benefit-from-climate-change/