Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Membunuh Jutaan Jiwa Inilah Virus Paling Berbahaya Bagi Manusia

Apa itu virus? pertanyaan kecil namun sangat komplex untuk dijelaskan. Pada dasarnya virus merupakan mahluk hidup yang sangat kecil dan dikenal memiliki materik genetik DNA yang dibungkus oleh protein, lipid dan glikoprotein. Tidak hanya terkenal baru baru ini karena wabah virus corona, wabah dan infeksi virus sudah ada sejak lebih dari belasan ribu tahun yang lalu dan berevolusi mengikuti perkembangan zaman. Semenjak kemajuan ilmu kedokteran di dunia meningkat, beberapa virus sudah ditemukan penangkalnya namun tetap saja ada beberapa virus yang masih exis walaupun telah ditemukan puluhan juta tahun yang lalu dan menjadi momok yang mengerikan bagi penderitanya. Berikut adalah virus paling berbahaya di dunia yang menyebabkan kematian manusia dengan penderitaan yang sangat mengerikan versi anehdidunia.com

Spanish Flu H1N1

Spanish Flu H1N1 1918

Sahabat anehdidunia.com sudah satu abad silam, Flu Spanyol mengguncang dunia. Tidak ada negara yang luput dari serangannya. Pandemi influenza itu membunuh jutaan orang. Flu Spanyol membunuh sekitar dua sampai 20 persen penderita yang terinfeksi. Persentase tersebut jauh lebih besar dibandingkan influenza biasa yang hanya mampu membunuh 0,1 persen dari total penderita. Dahsyatnya serangan wabah ini membuat virologis Amerika Serikat Jeffery Taubenberger menyebut Flu Spanyol sebagai "The Mother of All Pandemics."

Asal-muasal virus ini masih menjadi perdebatan. Menurut Frank Macfarlane Burnet, virologis Australia yang mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari influenza, pandemi 1918 bermula di Camp Funston dan Haskell County (Kansas) Amerika Serikat. Sementara menurut North China Daily News, seperti dikutip harian Pewarta Soerabaia, pandemi bermula di Swedia atau Rusia lalu menyebar ke Tiongkok, Jepang, dan Asia Tenggara.

Beberapa epidemiologis Amerika menyimpulkan, virus flu dibawa oleh buruh Tiongkok dan Vietnam yang dipekerjakan militer Inggris dan Perancis selama Perang Dunia I (PD I). Alasan utamanya, mereka terbiasa hidup berdekatan dengan burung dan babi. Namun argumen tersebut dibantah Dr. Edwin Jordan, editor dari Journal of Infectious Disease, dengan menyebut bahwa wabah flu di Tiongkok tidak menyebar dan berbahaya. Jordan juga tidak sepakat dengan teori yang menyebutkan India atau Perancis sebagai asal dari virus mengingat virus flu di kedua negara tersebut hanya bersifat endemik.

Namun, tidak satu pun teori menyebutkan Spanyol sebagai tempat asal virus penyebab pandemi yang terjadi berbarengan dengan PD I itu. Penamaan pandemi dengan Flu Spanyol, menurut Gina Kolata dalam bukunya, Flu: The Story of the Great Influenza Pandemic of 1918 and the Search for the Virus that Caused It, berasal dari pemberitaan media-media Spanyol yang saat itu sirkulasinya cukup terbuka akibat netralitas negeri itu dalam PD I. Pemberitaan tersebut segera menyebar ke luar Spanyol sehingga membuat wabah tersebut dikenal dengan nama “Flu Spanyol” meski orang-orang Spanyol menyebut pandemi itu dengan “Flu Perancis”.

Cepatnya penularan disebabkan karena virus ditularkan melalui udara. Cepatnya penularan dan luasnya jangkauan pandemi membuat jumlah korban amat tinggi. Satu miliar orang (60 persen dari total populasi dunia) diperkirakan terkontaminasi virus tersebut.

Jumlah korban tewas diperkirakan mencapai 21 juta jiwa (John Barry) hingga 50-100 juta jiwa (Nial Johnson dan Juergen Mueller), di mana kematian terbesar terjadi pada balita, orang berumur 20-40 tahun, dan orang berumur 70-74 tahun. Itu berarti, dalam kurun waktu Maret 1918-September 1919, Flu Spanyol merenggut sekitar dua persen populasi dunia yang saat itu berkisar 1,7 miliar orang. Angka tersebut jauh melebihi jumlah korban PD I yang berkisar 9,2 juta-15,9 juta jiwa. Para epidemiologis menyimpulkan, Flu Spanyol merupakan penyakit menular paling mematikan dalam sejarah umat manusia, jauh lebih berbahaya dari cacar, pes, dan kolera.

Lujo

Virus Lujo

Beberapa tahun lalu para ilmuwan telah mengidentifikasi sebuah virus baru yang mematikan di Afrika. Virus ini menyebabkan pendarahan seperti virus mematikan lainnya, Ebola. Virus baru yang dinamai "Lujo" ini telah menginfeksi lima orang di Zambia dan Afrika Selatan beberapa bulan lalu. Empat orang di antara mereka tewas! Namun seorang lagi berhasil selamat, kemungkinan berkat pengobatan yang direkomendasikan para ilmuwan.

Belum jelas bagaimana pasien pertama terjangkit virus ini. Namun penyakit ini berasal dari keluarga virus yang ditemukan pada hewan pengerat. Demikian disampaikan Dr. Ian Lipkin, ahli epidemi di Universitas Columbia, New York, AS yang terlibat dalam penemuan virus ini.

Wabah virus yang terkenal agresif ini dimulai tahun 2009 lalu. Saat itu seorang wanita yang menjadi agen biro perjalanan jatuh sakit karena demam. Kondisi wanita yang tinggal di pinggiran Lusaka itu dengan cepat memburuk. Dia pun diterbangkan ke Johannesburg, Afrika Selatan dan meninggal di sana.

Seorang paramedis di Lusaka yang merawat wanita itu juga jatuh sakit. Dia pun diangkut ke Johannesburg dan meninggal. Tiga orang lainnya yang terkena penyakit ini adalah pekerja medis di Johannesburg.

Para ilmuwan yakin virus ini menyebar dari orang ke orang melalui kontak dengan cairan tubuh penderita yang terinfeksi virus tersebut.

Nama "Lujo" berasal dari Lusaka dan Johannesburg, dua kota tempat virus ini ditemukan pertama kali. Para pakar di Afrika semula mengira virus ini adalah Ebola. Sebab sejumlah pasein mengalami pendarahan di gusi dan sekitar lokasi suntikan jarum. Gejala-gejala lainnya termasuk demam, shock, koma dan kegagalan organ.

Hasil tes menunjukkan bahwa virus ini masih ada kaitan dengan demam Lassa, penyakit lainnya yang ditemukan di Afrika. Obat ribavirin yang diberikan untuk penderita Lassa, juga telah diberikan ke pasien kelima virus Lujo, seorang perawat. Wanita itu menjadi satu-satunya pasien yang selamat. Tidak jelas apakah obat itu penyebabnya atau apakah dia terkena kasus penyakit yang lebih ringan. Namun yang jelas dia saat ini telah sembuh total.

Marburg

Ilustrasi Korban Virus Marburg

Virus Marburg adalah spesies virus yang berada pada famili Filoviridae yang menyebabkan penyakit Marburg pada manusia dan hewan. Penyakit ini bersifat zoonotik yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia begitu juga sebaliknya.

Marburg adalah sebuah kota di Jerman, yang untuk pertama kali (1967) ditemukan penyakit yang menyerang dokter hewan dan teknisi laboratorium yang sedang menyiapkan biakan sel dari kera hijau Afrika (Cercopithecus aethiops). Biakan sel itu akan dipakai sebagai media untuk memproduksi vaksin polio manusia. Kera hijau itu diperoleh dari hutan di Uganda, Afrika.

Setelah sampai di Jerman, beberapa di antara kera hijau tersebut menunjukkan gejala sakit demam berdarah, kemudian mati. Selang beberapa hari, sebanyak 25 orang yang bekerja di laboratorium tersebut menderita sakit dengan gejala demam berdarah. Dalam tempo hampir bersamaan, di Belgrado, Yugoslavia, terjadi penyakit yang sama pada 6 orang yang bekerja di laboratorium serupa. Tujuh dari 31 orang (di Jerman dan Yugoslavia) yang terserang demam berdarah marburg akhirnya meninggal dunia.

Sesudah temuan di Jerman dan Yugoslavia, penyakit marburg baru ditemukan di Afrika, yakni di Johanesburg (1975) pada 3 orang, Uganda (1980), dan Kongo (1999) pada 76 orang, 56 di antaranya meninggal dunia.

Di bawah mikroskop, elektron virus marburg terlihat sebagai benang pendek, kadang-kadang melengkung pada salah satu ujungnya sehingga membentuk angka 6 atau 9. Virus yang berbentuk seperti benang, dimasukkan dalam famili Filoviridae (filo = filamen/benang).

HIV

Korban HIV

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem imun tubuh manusia, khususnya sel CD4 atau biasa dikenal sebagai sel T (T cell). Virus ini bekerja secara agresif terhadap sistem imun tubuh. Padahal, kekuatan dan ketahanan tubuh sangat bergantung pada sistem imun tubuh. Jika sistem imun tubuh terganggu, kekebalan tubuh terhadap bermacam penyakit akan melemah. Hasilnya, tubuh akan mudah diserang infeksi virus, bakteri jahat, dan sumber penyakit lainnya. Pada akhirnya, muncullah penyakit yang disebut AIDS.

Sejarah kemunculan pandemik ini berkilas balik pada tahun 1920. Pada tahun tersebut, diyakini bahwa penyebaran HIV muncul pertama kalinya di Kinshasa, sebuah pusat dan kota terbesar Republik Demokratik Kongo. Sebenarnya, virus HIV mulanya terdapat pada hewan. Identifikasi awal yang ditemukan identik dengan HIV adalah sebuah rangkaian virus yang dimiliki simpanse. Virus ini disebut sebagai SIV atau Simian Immunodeficiency Virus. Virus itu menyebar dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya melalui perburuan dan hubungan seksual antar hewan.

Selanjutnya, virus SIV menyebar ke manusia ketika perburuan terjadi di Afrika. Simpanse yang memiliki virus mematikan ini dimakan oleh pemburu atau cipratan darah/carian dari tubuh simpanse masuk ke tubuh pemburu melalui luka. Lalu mulailah terjadinya transmisi virus SIV pertama antara hewan dan manusia. Setelah menghinggapi tubuh manusia, virus SIV berevolusi menjadi HIV. Penyebarannya terjadi melalui para imigran dan perdagangan manusia (sex trade).

Pada tahun 1960-an, virus HIV menyebar dari Afrika ke Haiti dan orang-orang Kepulauan Karibia. Penyebaran berikutnya terjadi satu dekade setelahnya. Virus HIV berpindah dari Kepulauan Karibia ke New York City pada sekitar 1970, lalu ke San Francisco.

Akhirnya, virus HIV pun menyebar ke dunia dari Amerika Serikat lewat penerbangan internasional. Meskipun demikian, mulanya penyakit HIV ini tidak dikenali masyarakat dan tenaga medis. Memang, virus HIV telah menyebar di Amerika Serikat pada tahun 1970-an, namun virus ini baru mulai disadari pada awal 1980-an. Soalnya, virus ini menyerang sistem imun. Sehingga bermacam penyakit yang muncul diperkirakan sebagai akar masalahnya. Apalagi, belum ada konsep penyakit AIDS kala itu.

Kasus pertama yang tercatat pada tahun 1981 oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) berpusat pada kondisi kesehatan buruk yang dialami para pria homoseksual. Para pria tersebut mengalami penurunan imunitas secara drastis dan terkena pneumonia. Setelah itu, muncullah istilah penyakit gangguan sistem imun yang diasosiasikan dengan GRID (gay-related immune deficiency) dan gay plague. Penyakit ini erat kaitannya dengan kaum homoseksual karena kebanyakan penderitanya adalah homoseksual pada saat itu.

Pada September 1982, barulah CDC menggunakan istilah AIDS untuk pertama kalinya sebagai pendeskripsian penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. Sementara itu, dilaporkan bahwa sejumlah kasus serupa AIDS terjadi di negara-negara Eropa pada akhir tahun 1982.

Ebola

Korban Ebola

Ebola merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus. Virus ebola menyerang sistem imun dan organ lainnya, terutama sel pembeku darah. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 1.600 orang di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone telah terinfeksi virus ebola. Ini merupakan wabah terbesar sepanjang sejarah. Lebih dari setengahnya telah meninggal.  Wabah penyakit Ebola pertama kali menyebar di desa-desa terpencil Afrika Tengah yang letaknya dekat dengan hutan tropis. Tahun 1976 menjadi momen pertama kali penyakit Ebola mewabah di 2 tempat secara simultan.

Satu di Nzara, Sudan Selatan, dan satu lainnya di Yambuku, Republik Demokratik Kongo. Titik kedua ini tidak jauh dari Sungai Ebola, tempat asal mula nama penyakit ini. Sejak saat itu, wabah Ebola di tahun 2014-2016 adalah yang terbesar dan paling kompleks sejak pertama kali muncul empat dekade silam. Lebih jauh lagi, wabah Ebola menyebar semakin jauh menyeberangi perbatasan hingga ke Sierra Leone dan Liberia.

Bagaimana penularannya virus Ebola ini? Ebola adalah salah satu penyakit yang sangat menular dan mematikan. Terlebih jika sudah mewabah di lingkungan yang belum terlindungi. Penularan Ebola datang dari kelelawar buah sebagai pembawa virus Ebola alami. Ebola menular ke manusia lewat kontak langsung dengan darah, sekresi, organ, atau cairan tubuh lainnya di hewan yang sudah terinfeksi. Selain kelelawar buah, gorila, simpanse, monyet, antelop, hingga landak porcupine.

Ketika seorang manusia sudah terkena Ebola, maka penularannya juga sama: lewat kontak langsung dengan cairan tubuh, darah, dan lainnya. Benda yang sudah terkontaminasi seperti pakaian, handuk, atau sprei juga bisa menjadi media penularan. Bahkan, ketika seseorang berada di puncak penyakitnya sekitar lima hari pascainfeksi 1/5 sendok teh darahnya saja bisa membawa 10 miliar partikel Ebola. Di Afrika, penularan juga kerap terjadi pada petugas medis yang menangani pasien Ebola. Selain itu, prosesi pemakaman orang yang tewas akibat Ebola juga berkontribusi terhadap penularan Ebola.

Selain beberapa contoh di atas, hubungan seksual juga bisa menjadi penyebab penularan Ebola. Selama virus Ebola masih ada dalam darah, masih ada kemungkinan menularkan penyakit ke orang lain. Bagi pria yang telah sembuh dari Ebola, perlu dilakukan tes air mani selama tiga bulan hingga hasilnya negatif. Sebelum dinyatakan negatif, sebaiknya hubungan seksual dihindari. Pada periode transisi setelah sembuh hingga dinyatakan negatif Ebola, survivor penyakit mematikan ini harus menjalani hidup sehat dengan selalu mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.

Gejala awal Ebola serupa dengan malaria, yaitu demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, dan radang tenggorokan. Pada kasus-kasus tertentu, bisa terjadi pendarahan internal dan eksternal. Bagi yang sudah sembuh sekalipun, virus Ebola masih mengendap di dalam mata, sistem saraf pusat, testis, plasenta bagi ibu hamil, hingga ASI bagi ibu menyusui.

Lalu, mengapa Ebola begitu mematikan? Sebenarnya yang mematikan bukan virusnya, melainkan sistem kekebalan tubuh manusia. Saat terinfeksi virus Ebola, imun tubuh bereaksi destruktif terhadap tubuh. Pembuluh darah menjadi lemah dan rentan bocor. Namun jauh sebelum itu, virus Ebola telah menggerogoti kekebalan tubuh manusia. Itulah mengapa Ebola bisa jadi begitu mematikan.

Virus ini menyerang interferon yang bertugas memberi sinyal bagi tubuh ketika ada ‘penyusup’ dalam tubuh. Ebola membajak proses pelaporan interferon ini dengan menempelkan protein sehingga messenger tak bisa masuk ke sel. Akibatnya, imun tubuh tidak menyadari ada ancaman Ebola, dan virus bebas berkeliaran menghancurkan tubuh. Kemudian, darah akan menekan keluar lewat pori-pori dan lubang lainnya di tubuh. Sungguh mengerikan

Rabies

Virus Rabies

Rabies merupakan satu penyakit infeksi virus yang merusak susunan saraf. Rabies, yang di Indonesia dikenal sebagai Anjing Gila, adalah infeksi viral dan akut pada susunan saraf yang klinis ditandai dengan kelumpuhan yang progresif dan berakhir dengan kematian. Penyakit ini tak hanya menjangkiti manusia, tapi semua hewan berdarah panas dapat terinfeksi dan menularkan penyakit ini. Karena itu rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang menular dari hewan ke manusia.

Rabies disebabkan oleh virus yang termasuk dalam keluarga Rhabdoviridae dan genus Lyssavirus. Rhabdovirus merupakan golongan virus yang bentuknya menyerupai peluru, dengan panjang sekitar 180 nm dan garis tengahnya 75 nm.

Rabies pada manusia biasanya terjadi setelah kontak dengan hewan. Hewan penular virus ini disebut vektor. Tiap negara yang mengenal rabies mempunyai vektor-vektor tersendiri. Di Amerika Selatan dan Tengah yang beriklim tropis, anjing, kucing, kelelawar penghisap darah (vampire) dan kelelawar pemakan serangga berperan sebagai vektor rabies. Di seluruh negara di Afrika yang memegang peranan sebagai vektor rabies ialah anjing, kucing, jakal dan monggus. Di Timur Tengah, hewan perantara rabies terutama pada lembu, anjing dan anjing hutan. Sedangkan di Asia yang berperan penting sebagai penyebar rabies adalah anjing dan kucing.

Setelah manusia tergigit hewan yang terinfeksi virus rabies, virus masuk ke dalam ujung saraf yang ada pada otot di tempat gigitan dan masuk ke ujung saraf tepi sampai mencapai sistem saraf pusat yang biasanya pada sumsum tulang belakang selanjutnya menyerang otak.Masa inkubasi virus ini biasanya antara 14-90 hari tetapi bisa sampai tujuh tahun. 95% masa inkubasi rabies 3-4 bulan, dan hanya 1% kasus dengan inkubasi 7 hari sampai 7 tahun. Penyakit ini sendiri di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena hampir selalu menyebabkan kematian (always almost fatal) setelah timbul gejala klinis dengan tingkat kematian sampai 100%.

Adapun gambaran klinis rabies umumnya terdiri dari tiga fase. Fase pertama menunjukkan gejala sakit kepala, mata berkunang-kunang, dan rasa panas atau dingin pada luka dan sepanjang saraf yang diserang. gangguan rangsang ringan dan peka, mengeluarkan air liur, air mata, keringat, sukar tidur, dan depresi. Fase kedua, gangguan rangsang bertambah sering dan timbul cemas serta ketakutan, leher beku dan kejang-kejang ringan, ditambah kerutan pada tenggorokan yang disertai rasa nyeri dan kesukaran menelan dengan rasa tercekik setiap kali penderita ingin menelan makanan, atau minum bahkan jika melihat air sekalipun (hidrofobi). Jika terjadi kejang dan kesukaran bernafas, maka pada fase ini sudah bisa timbul kematian. Suhu biasanya meningkat tinggi dan dalam jangka satu atau dua hari, penderita sudah memasuki tahap terakhir, yakni kelumpuhan berat, kejang-kejang hilang, dan koma, lalu meninggal dalam jangka waktu satu atau dua hari.

Sahabat anehdidunia.com virus virus baru bermunculan dan berbahaya bagi manusia, sudah saatnya kita semua menyadari bahwa kesehatan sangatlah penting, jagalah kebersihan dimanapun juga dan mari berdoa agar kita semua terjauh dari segala macam penyakit.

referensi
https://www.tokopedia.com/blog/sejarah-hiv-aids-hlt/
https://news.detik.com/berita/d-1139208/awas-ada-virus-baru-yang-mematikan
https://historia.id/sains/articles/seabad-flu-spanyol-DBKbm
https://id.wikipedia.org/wiki/Virus_Marburg
https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/mirip-malaria-ini-bahayanya-penyakit-ebola-44
https://www.kompasiana.com/ryakair/5516f040813311e260bc61ab/sejarah-penanganan-penyakit-rabies-sejak-kolonial-orba