Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kasus Di Mana Pakaian Membunuh Pemakainya Berhati Hatilah

Sandang atau pakaian merupakan bagian dari kebutuhan pokok manusia. Dengan adanya pakaian, manusia bisa melindungi dirinya dari gangguan serangga dan lingkungan yang kurang bersahabat. Di luar fungsinya sebagai pelindung diri, pakaian juga menjadi cara bagi seseorang untuk menunjukkan status sosialnya.

Kendati pakaian dimaksudkan untuk melindungi pemakainya, dalam kasus tertentu pakaian justru bisa menjadi sumber bencana bagi pemakainya. Berikut ini adalah 5 contoh kasus di mana orang-orang meninggal akibat pakaian yang dikenakannya.

Baju Mandi

Evelyn Rogoff dan Murray

Suatu hari di bulan Februari 2008, Evelyn Rogoff hendak mengawali pagi dengan meminum teh hijau. Namun ia tidak pernah menduga kalau ia tidak akan memiliki untuk menikmati tehnya di hari tersebut. Saat ia sedang berada di dekat kompor yang sedang menyala, mantel mandi yang sedang dikenakannya tanpa sengaja mengenai api kompor.

Karena mantel mandi yang dipakainya terbuat dari bahan yang mudah terbakar, api yang membakar mantel tersebut dengan cepat membesar. Suami Evelyn yang bernama Murray langsung bergegas mencoba memadamkan api. Namun naas, sekarang pakaiannya sendiri juga ikut terbakar.

Saat putri Evelyn dan Murray memasuki dapur, ia begitu terkejut saat melihat orang tuanya berada dalam kondisi terbakar. Ia pun kemudian langsung menyiram mereka berdua hingga apinya padam sebelum kemudian membawa orang tuanya ke rumah sakit.

Akibat kebakaran tadi, sebanyak 30 persen tubuh Evelyn mengalami luka bakar tingkat 3. Karena Evelyn sudah berusia sangat tua (81 tahun), ia pada akhirnya meninggal akibat luka bakar yang dideritanya setelah menjalani rawat inap selama 6 minggu.

Nasib yang tak kalah tragis juga dialami oleh Murray yang meninggal beberapa bulan kemudian akibat terkena serangan jantung. Pasca insiden kebakaran ini, Blair Corporation selaku produsen mantel mandi yang dikenakan oleh Evelyn mendapat sorotan publik karena mantel yang dibuatnya terlalu mudah terbakar dan mengandung resiko tinggi bagi pemakainya.

Gaun Pernikahan

Maria Pantzapolous

Sudah banyak cerita di mana seseorang mengalami musibah hanya karena ingin mengikuti hal yang sedang tren di internet. Hal itulah yang sayangnya dialami oleh Maria Pantzapolous, seorang wanita asal Kanada yang harus kehilangan nyawanya pada bulan Agustus 2012.

Dengan maksud ingin mengikuti tren membasahi gaun pengantin yang sedang populer di internet pada masa itu, Maria berendam di sebuah sungai yang terhubung dengan Air Terjun Rawdon sambil mengenakan gaun pernikahannya. 

Tanpa disadari oleh Maria, gaun tersebut menjadi berat akibat menyerap air. Sebagai akibatnya, ketika Maria sedang berenang di sungai untuk mendapatkan pose foto terbaik, ia terbawa oleh arus sungai dan tidak bisa berenang menyelamatkan diri karena gaunnya sudah terlampau berat.

Fotografer yang bertugas mengambil foto Maria mencoba menolong Maria yang terseret arus. Namun usahanya sia-sia. Arus sungai terus menyeret Maria hingga kemudian wanita malang tersebut terjatuh ke bawah air terjun. Tubuh Maria baru ditemukan 2 jam kemudian dalam kondisi sudah tidak bernyawa.

Selendang

Isadora Duncan

Isadora Duncan adalah nama dari seorang penari sekaligus seniman yang kerap disebut-sebut sebagai pionir tarian aliran modern di abad ke-20. Selain terkenal lewat tariannya, Isadora juga terkenal karena kehidupan pribadinya yang dianggap tidak lazim untuk masyarakat Eropa pada masa itu.

Isadora memiliki cara pandang yang mengagung-agungkan kebebasan dan diketahui pernah memiliki anak di luar nikah. Ia juga secara terang-terangan mengakui kalau dirinya adalah seorang ateis, memiliki orientasi biseksual, dan tidak segan-segan meminum alkohol. 

Jika Isadora senantiasa menarik perhatian publik saat masih hidup, maka akhir hidupnya juga tidak kalah menyita perhatian publik. Saat Isadora sedang menaiki mobil bersama dengan sahabatnya di tahun 1927, ia mengenakan syal atau selendang di lehernya.

Tanpa diketahui oleh Isadora, selendang panjang yang ia kenakan di lehernya menjuntai hingga ke bagian kolong mobil. Saat mobil tengah melaju, selendang tersebut terlilit pada bagian roda mobil dan mencekik Isadora hingga tewas. Peristiwa kematiannya yang tidak lazim seolah menjadi klimaks dari perjalanan hidupnya yang penuh dengan kontroversi pada masanya.

Di masa sekarang, peristiwa tewasnya Isadora kerap dijadikan contoh mengenai orang-orang yang tewas akibat busananya sendiri. Sampai-sampai ada istilah “sindrom Isadora Duncan” atau “sindrom selendang panjang” untuk mereka yang mengalami cedera akibat selendangnya sendiri.

Bra

Christina Bond

AS dikenal sebagai satu dari sedikit negara yang mengizinkan warga sipilnya memiliki senjata api. Oleh karena itulah, banyak benda dan aksesoris di negara tersebut yang secara sengaja dirancang sedemikian rupa supaya bisa digunakan bersama-sama dengan senjata api. Contoh dari benda macam itu adalah bra.

Selama beberapa tahun terakhir, bra yang dilengkapi dengan saku pistol di bagian tengahnya banyak dicari oleh wanita pemilik senjata api. Pasalnya bra macam itu membantu sang pemakai bra dalam menyimpan senjata apinya. Sayangnya dalam kasus yang terjadi pada tahun 2015 ini, bra yang dimaksudkan untuk memudakan seseorang dalam membela diri justru malah menjadi sumber bencana bagi pemiliknya.

Christina Bond adalah seorang wanita berusia 55 tahun yang mengenakan bra dengan saku pistol. Saat ia sedang membetulkan bra yang dikenakannya, tanpa sengaja pistol yang diselipkan di bra tersebut menembakkan peluru yang mengenai bagian matanya.

Christina kemudian langsung dilarikan ke rumah sakit Kalamazoo, namun nyawanya gagal tertolong setelah ia meninggal keesokan harinya. Pengamat menduga kalau peristiwa ini terjadi karena saat sedang membetulkan bra yang dipakainya, tangannya tanpa sengaja menekan picu pistol. 

Timbunan Pakaian dan Topi

Draco

Draco adalah nama dari seorang tokoh parlemen Yunani Kuno. Salah satu kontribusi terpenting Draco semasa hidupnya adalah menciptakan undang-undang tertulis untuk menggantikan peraturan lama yang bersifat lisan, di mana peraturan lama tersebut menggunakan jalur pertarungan sampai mati untuk menyelesaikan persengketaan.

Draco juga diingat dengan cara pandangnya yang tegas dalam merumuskan peraturan. Pasalnya ia tidak segan-segan menerapkan hukuman mati untuk pelaku kejahatan ringan. Saking terkenalnya sikap keras Draco ini, namanya kemudian diserap dalam kosakata bahasa Inggris dan menjadi asal-usul kata “draconian”, suatu istilah untuk menyebut peraturan yang sifatnya terlalu keras.

Selain kontribusinya di bidang huku, Draco juga dikenang karena peristiwa kematiannya yang tidak lazim. Semuanya bermula ketika Draco berkunjung ke Pulau Aegina dan menghadiri pertunjukan di teater yang sengaja diadakan untuk menyanjung kontribusi Draco di Athena.

Untuk menunjukkan rasa hormat mereka kepada Draco, orang-orang yang menghadiri terater beramai-ramai melemparkan topi dan kain kepada Draco. Pada masa itu, tindakan macam itu lazim dilakukan untuk menunjukkan rasa hormat kepada seseorang.

Namun untuk kasus Draco, peristiwa tersebut justru malah menjadi petaka baginya. Karena jumlah kain dan topi yang dilemparkan orang-orang terlalu banyak, Draco tidak bisa bergerak di bawah timbunan kain tersebut. Sebagai akibatnya, Draco tidak bisa bernapas dan akhirnya meninggal di tempat. 

referensi :
https://www.sandiegouniontribune.com/sdut-flammable-bathrobe-leads-wrongful-death-lawsuit-2009oct29-story.html
https://listverse.com/2017/05/09/top-10-times-people-have-been-killed-by-clothing/