Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

5 Hal Perbudakan Kulit Hitam di Amerika Serikat yang Jarang Diketahui

Perbudakan kulit hitam merupakan topik yang memiliki peran besar dalam perjalanan sejarah AS. Pasalnya akibat perbedaan pendapat mengenai perbudakan, AS sempat dilanda perang saudara antara wilayah utara yang menentang perbudakan melawan wilayah selatan yang mendukung perbudakan. Namun hal menonjol dari perbudakan kulit hitam di AS bukan hanya terbatas pada perang saudara. Berikut ini adalah 5 hal mengenai perbudakan kulit hitam di AS yang jarang diketahui oleh orang banyak.

1. Tidak Semua Penduduk AS Selatan Memiliki Budak
Tidak Semua Penduduk AS Selatan Memiliki Budak
Tidak Semua Penduduk AS Selatan Memiliki Budak via listverse.com
Jika bicara soal AS di masa perbudakan, maka bakal banyak dari kita yang membayangkan suatu kawasan di mana orang-orang kulit putih setempat memiliki budak kulit hitamnya masing-masing. Faktanya adalah, ternyata tidak semua penduduk AS selatan memiliki budak kulit hitamnya sendiri.

Jumlah pasti orang yang memiliki budak di masing-masing negara bagian selatan berbeda satu sama lain. Kalau berdasarkan sensus yang diadakan di Mississippi dan Carolina Selatan pada tahun 1860, jumlah penduduk setempat yang memiliki budak secara berturut-turut hanyalah 49% dan 46%. Di Texas pada tahun 1865, jumlah orang yang memiliki budak kulit hitam hanya sekitar 27%.

Dengan melihat statistik tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk AS selatan yang memiliki budak sebenarnya tergolong sebagai minoritas. Budak sendiri pada masa itu lazimnya diberdayakan sebagai pekerja di perkebunan kapasdan pelayan pribadi.

Oleh karena itulah, mereka yang memiliki budak hanyalah golongan menengah ke atas. Bisa dikatakan bahwa kepemilikan budak menjadi semacam standar kemakmuran di AS selatan pada masa itu. Memiliki budak kulit hitam pada masa itu dianggap tidak ada bedanya dengan memiliki mobil atau tas mewah di masa kini.

2. Negara Amerika yang Memiliki Budak Kulit Hitam Bukan Cuma AS
Negara Amerika yang Memiliki Budak Kulit Hitam Bukan Cuma AS
Negara Amerika yang Memiliki Budak Kulit Hitam Bukan Cuma AS listverse.com
AS bukanlah satu-satunya negara di Benua Amerika yang menggunakan jasa budak kulit hitam. Kenyataannya adalah jika dibandingkan dengan negara-negara lain, jumlah budak kulit hitam yang ada di AS sebenarnya masih tergolong rendah.

Sejak abad ke-17 hingga abad ke-19, diperkirakan sebanyak lebih dari 10 juta orang Afrika dipindahkan secara paksa ke Benua Amerika dengan memakai kapal yang dioperasikan oleh pedagang budak.

Dari sekian banyak jumlah tersebut, hanya sekitar 388 ribu di antaranya yang kemudian mendarat di AS. Jumlah tersebut kurang tidak sampai 4% dari total budak-budak asal Afrika yang diimpor ke Benua Amerika.

Sebagai perbandingan, jumlah budak kulit hitam yang dijual ke Brazil adalah sekitar 4,8 juta orang. Budak-budak tersebut kemudian dimanfaatkan untuk bekerja di perkebunan tebu dan pertambangan. Banyaknya budak kulit hitam yang diimpor ke Brazil lantas menjadi alasan mengapa di masa kini, banyak penduduk Brazil yang penampilannya nampak serupa dengan orang kulit hitam Afrika.

Selain didatangkan langsung dari Afrika, sebanyak 70 ribu budak yang bekerja di AS didatangkan dari Kepulauan Karibia. Sekarang, ada sekitar 42 juta penduduk kulit hitam yang sudah tinggal secara turun-menurun di AS dan mereka sekarang lebih dikenal sebagai African-American.

3. Negara Bagian Utara Juga Mempraktikkan Perbudakan
negara-negara bagian amerka serikat
negara-negara bagian amerka serikat via ilmupengetahuanumum.com
Saat AS pertama kali merdeka di tahun 1776, wilayah AS masih belum sebesar sekarang karena wilayah AS pada waktu itu baru mencakup 13 negara bagian yang terletak di bagian timur Amerika Utara.

Saat negara AS baru berdiri, semua negara bagian AS masih mengakui perbudakan, termasuk negara-negara bagian yang terletak di sebelah utara. Di kota-kota seperti Boston dan New York, lelang budak diadakan setiap minggunya. Para budak di negara bagian utara biasanya bekerja di pelabuhan, rumah, dan ladang.

Seiring berjalannya waktu, negara-negara bagian di sebelah utara mulai meninggalkan perbudakan dan mengeluarkan peraturan yang melarang perbudakan. Terhitung sejak tahun 1804, semua negara bagian utara sudah melarang perbudakan kulit hitam.

Meskipun secara resmi perbudakan kulit hitam sudah tidak berlaku di negara-negara bagian utara, dalam praktiknya perbudakan masih tetap berlangsung. Di New Jersey misalnya, negara bagian tersebut sudah melarang perbudakan sejak tahun 1804, namun masih memiliki belasan budak kulit hitam di tahun 1860.

Alasan mengapa budak kulit hitam masih dapat ditemukan sesudah dikeluarkannya larangan mengenai perbudakan adalah karena saat peraturan tadi dibuat, masih ada budak-budak kulit hitam yang berusia terlalu muda dan terlalu beresiko jika langsung dilepas untuk hidup mandiri. 

Oleh karena itulah, budak-budak muda tersebut dalam praktiknya tetap berstatus sebagai budak, namun mereka secara resmi disebut sebagai pekerja yang terikat kontrak seumur hidup.

4. Budak Kulit Hitam Bisa Mencari Uang Sendiri
Budak Kulit Hitam Bisa Mencari Uang Sendiri
Budak Kulit Hitam Bisa Mencari Uang Sendiri via listverse.com
Budak dianggap tidak ada bedanya dengan hewan ternak. Jadi selain diberi makanan dan tempat tinggal gratis oleh majikannya, mereka normalnya tidak menerima bayaran apa-apa dari majikannya.
Meskipun begitu, sejumlah majikan budak diketahui mempraktikkan pemberian upah kepada budaknya. Upah ini biasanya baru boleh diterima oleh budak jika budak tersebut bersedia melakukan pekerjaan tambahan di luar tugas pokoknya sebagai budak.

Tugas tambahan ini biasanya diberikan kepada budak yang memiliki keterampilan di bidang tertentu, misalnya membuat perkakas logam. Dalam kasus lain, para budak diperbolehkan menggunakan lahan yang tidak terpakai untuk ditanami tanaman tertentu supaya hasilnya bisa mereka nikmati.

Jika jumlah tanaman yang dipanen dari lahan tersebut berlebih, budak yang mengelola lahan bakal menjual kelebihan hasil panennya ke pasar sehingga ia mendapatkan pemasukan. Bagi budak yang memiliki keterampilan di bidang kerajinan tangan, mereka akan membuat kerajinan kayu dan kemudian menjualnya ke pasar.

Dengan upah yang mereka dapat dari hasil kerja keras mereka sendiri, budak-budak tersebut selanjutnya bisa membeli makanan, pakaian, dan bahkan minuman keras untuk diri mereka sendiri. 

Bagi majikan budak, ada 2 manfaat yang bisa didapat dari memberikan kebebasan bagi budaknya untuk mencari uang sendiri. Selain membantu meringankan beban sang majikan, memberikan sedikit kebebasan kepada para budak juga membantu mencegah budak tersebut merasa tertekan sehingga mereka jadi lebih enggan untuk memberontak.

5. Budak Juga Menerima Hari Libur dan Pendidikan
Budak Juga Menerima Hari Libur dan Pendidikan
Budak Juga Menerima Hari Libur dan Pendidikan via tirto.id
Di negara-negara bagian tertentu semisal Carolina Utara dan Georgia, masing-masing budak diharuskan bekerja di ladang setiap harinya. Jika tugas mereka di hari itu sudah selesai, maka selebihnya adalah waktu istirahat dan waktu bebas bagi para budak. Mereka dipersilakan menghabiskan sisa harinya dengan cara apapun selama tidak melanggar batasan-batasan yang sudah ditetapkan oleh majikannya.

Saat hari libur semisal Natal dan Tahun Baru tiba, para budak akan ikut serta dalam perayaan dan pesta yang dilangsungkan di hari tersebut. Sejumlah budak bahkan memanfaatkan hari libur untuk melangsungkan pernikahannya. Saat hari pernikahan antar budak berlangsung, majikannya akan turut memberikan hadiah semisal pakaian atau uang.

Sejumlah majikan budak juga mengizinkan budaknya untuk menerima pendidikan supaya bisa membaca dan menulis. Tindakan para majikan tersebut sebenarnya tergolong ilegal karena dengan dalihmencegah timbulnya pemberontakan, banyak negara bagian di selatan yang melarang budak kulit hitam menerima pendidikan.

Namun sejumlah majikan budak menolak mematuhi larangan tersebut. Mereka beralasan bahwa jika budak bisa membaca dan menulis, mereka bisa memanfaatkan budaknya untuk membantu menuliskan surat dan dokumen. Gereja-gereja setempat juga menolak larangan dari pemerintah karena jika budak tidak bisa membaca, maka mereka tidak akan bisa memahami isi kitab suci.  

Sumber :
https://listverse.com/2020/01/29/top-10-misconceptions-about-american-slavery/