Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

5 Kelainan Tidur Paling Aneh yang Bisa Menimpa Manusia

Tidur merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Dengan tidur secara teratur, maka orang tersebut bisa beraktivitas dengan lebih bugar keesokan harinya. Namun bagi orang-orang tertentu, tidur justru menjadi hal yang menyebalkan karena orang-orang tersebut memiliki kelainan tertentu yang menganggu aktivitas tidurnya. Berikut ini adalah 5 contoh kelainan tidur paling aneh yang sudah diketahui oleh kalangan medis.

1. Rapid Eye Disorder (RED)
Rapid Eye Disorder (RED)
Rapid Eye Disorder (RED) via anehdidunia.com
Bagi banyak orang, bermimpi hanya melibatkan aspek mental seseorang. Dengan kata lain, mimpi hanya terjadi dalam pikiran seseorang, sementara tubuhnya sendiri berada dalam kondisi beristirahat.
Namun hal tersebut bagi penderita RED atau gangguan mata cepat. Pasalnya saat mereka bermimpi, tubuhnya juga ikut bergerak-gerak mengikuti apa yang muncul dalam mimpi mereka. Mulai dari berbicara, berteriak, menendang, memukul, atau bahkan melompat dari kasurnya.

Untuk memahami apa itu RED, maka mula-mula kita harus memahami siklus tidur itu sendiri. Tidur bisa dibagi ke dalam 3 fase berbeda: fase sadar, fase menggerakkan mata dengan cepat (REM, dan fase terlelap tanpa menggerakkan mata (N-REM). 

Saat seseorang bermimpi, maka berarti orang tersebut sedang berada dalam fase REM. Gelombang otaknya juga bakal menunjukkan tanda-tanda aktivitas layaknya orang yang sedang beraktivitas dalam kondisi tersadar.

RED sepintas nampak tidak ada bedanya dengan fenomena mengigau yang kerap dialami oleh banyak orang. Namun jika mengigau biasanya tidak akan sampai membahayakan orang (kecuali sebatas menimbulkan polusi suara bagi orang yang tidur di dekatnya), pengidap RED bisa melukai orang-orang di dekatnya secara tidak sengaja. 

Tidak jarang pengidap RED ataupun teman sekamarnya sampai mengalami cedera saat seseorang menunjukkan tanda-tanda RED. Namun untungnya, pengidap RED bisa sembuh jika mengkonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya clonazepam. Pengidap RED juga disarankan untuk tidur di kamar tanpa perabotan yang mudah pecah untuk mengurangi resiko cedera.

2. Bruksisme
Bruksisme
Bruksisme via himedik.com
Bruksisme atau bruxism adalah suatu fenomena di mana seseorang menggesek-gesekkan giginya sendiri saat sedang tidak mengunyah. Tidak jarang seseorang merasa tidak sadar ketika sedang melakukan bruksisme. 

Bruksisme bisa terjadi saat seseorang sedang tersadar ataupun ketika sedang tidur, namun bruksisme yang muncul saat seseoran sedang tidur memiliki dampak negatif yang lebih tinggi karena lebih sulit dikendalikan.

Akibat bruksisme, seseorang bisa mengalami sakit otot rahang, sakit kepala, hingga radang sendi pada bagian rahang. Bruksisme juga bisa menyebabkan gigi seseorang melemah karena lapisan keras giginya kerap bergesekan satu sama lain. Bruksisme paling sering terjadi pada anak-anak dan sangat jarang terjadi pada usia 60 tahun ke atas.

Bagi orang lain yang kebetulan tidur sekamar dengan pengidap bruksisme, bruksisme juga bisa membuat orang yang bersangkutan mengalami sulit tidur. Dalam jangka panjang, bruksisme juga bisa menyebab memburuknya hubungan antara pengidap bruksisme dengan orang-orang dekatnya.

Penyebab bruksisme sendiri masih belum diketahui oleh para dokter hingga sekarang. Namun bruksisme diyakini ada hubungannya dengan faktor mental karena seseorang biasanya mengalami bruksisme saat sedang mengalami stress, marah, atau tekanan batin lainnya. 

Obat-obatan tertentu semisal antidepresan juga diketahui bisa menumbulkan bruksisme sebagai efek sampingnya. Untuk golongan anak-anak, bruksisme bisa disebabkan oleh ukuran gigi mereka yang masih tidak seragam.

3. Somniloquy
Somniloquy
Somniloquy via indozone.id
Pernahkah anda berbicara sendiri atau mengigau ketika sedang tidur? Pasti anda pernah mengalaminya, setidaknya sekali dalam hidup anda. Kalaupun anda mengaku tidak pernah mengigau seumur hidup anda, bisa saja anda sebenarnya pernah melakukannya, namun anda tidak bis mengingatnya karena anda tidur sendiri sehingga tidak ada yang melihat anda ketika sedang mengigau.

Dalam dunia ilmiah, ternyata ada istilah khusus untuk menyebut fenomena berbicara sendiri dalam tidur. Somniloquy adalah nama dari fenomena tersebut. Yang menarik adalah somniloquy ternyata bukan hanya bisa muncul saat seseorang sedang bermimpi. Orang yang sedang tidur dalam kondisi tidak sedang bermimpi juga bisa menggumam sendiri tanpa sadar.

Somniloquy biasanya hanya berlangsung selama satu hingga dua detik setiap kali muncul. Tidak diketahui seberapa sering seseorang mengalami somniloquy, namun fenomena ini diketahui paling sering terjadi pada anak-anak. Saat usia seseorang semakin bertambah, somniloquy juga bakal semakin jarang muncul.  

Berbicara dalam tidur dianggap sebagai fenomena biasa yang dapat terjadi pada siapapun. Namun jika seseorang yang sudah berusia dewasa ternyata mengalami somniloquy dalam intensitas yang sering, maka somniloquy yang dialami oleh orang tersebut tergolong sebagai semacam kelainan.

Dalam kasus yang jarang, seseorang bisa mengucapkan ribuan kata sekaligus dalam kondisi sedang terlelap. Sejumlah kalangan awam meyakini bahwa seseorang berbicara panjang lebar saat sedang tidur, maka itu berarti orang tersebut sedang mengakui sesuatu yang selama ini disimpannya rapat-rapat.

Namun kalangan ahli ternyata tidak sependapat dengan pola pikir tersebut. Sebabnya adalah karena kata-kata yang muncul dalam tidur dikeluarkan secara spontan dalam kondisi tidak sadar. Oleh karena itulah, ucapan dari orang yang sedang mengigau tidak dianggap sebagai bukti yang kuat dalam ranah hukum.

4. Narkolepsi
Narkolepsi
Narkolepsi via health.detik.com
Narkolepsi adalah suatu gangguan syaraf di mana seseorang tidak bisa menahan dirinya untuk tidur. Berbeda dengan kasus ketiduran biasa, seorang pengidap narkolepsi bisa tertidur secara spontan dalam kondisi sedang makan atau berbicara sekalipun. Oleh karena itulah, pengidap narkolepsi sangat rentan mengalami kecelakaan ketika sedang berkendara. 

Narkolepsi bisa muncul kapan saja, namun seseorang cenderung lebih mudah mengalami narkolepsi ketika sedang menjalani aktivitas rutin yang membosankan. Narkolepsi terjadi ketika bagian otak yang mengatur masalah tidur dan sadar bekerja tidak sebagaimana mestinya.

Kasus serangan tidur dalam narkolepsi bisa berlangsung mulai dari beberapa detik hingga setengah jam. Gejala narkolepsi biasanya mulai timbul pada usia antara 15 hingga 30 tahun. Gejala-gejala tersebut di antaranya adalah mudah tertidur pada siang hari, otot mendadak terasa lemah, tubuh mendadak tidak bisa digerakkan sejenak, serta mengalami semacam halusinasi ketika sedang mengantuk.

Karena gejala-gejala narkolepsi nampak tidak berbeda jauh dari seseorang yang mudah mengantuk akibat kesulitan tidur, seseorang biasanya baru akan dinyatakan menderita narkolepsi sekitar beberapa tahun setelah gejalanya pertama kali muncul. Meskipun narkolepsi masih belum dapat disembuhkan, gejala-gejalanya bisa ditekan melalui terapi khusus dan mengkonsumsi obat-obatan khusus.

5. Seksomnia
Seksomnia
Seksomnia via zdrowie.radiozet.pl
Seksomnia adalah suatu fenomena aneh di mana seseorang berhubungan badan dalam kondisi sedang terlelap. Fenomena ini tergolong sebagai fenomena yang cukup baru dalam dunia kedokteran karena kasus pertama baru dilaporkan muncul pada tahun 1986. Seksomnia juga tergolong sebagai fenomena yang amat langka karena hingga tahun 2015, baru ada 94 kasus seksomnia di seluruh dunia yang dilaporkan muncul.

Saat seseorang mengalami seksomnia, orang tersebut akan mendesah sambil meraba-raba dirinya sendiri atau orang lain yang kebetulan tidur di sebelahnya. Dalam kasus tertentu, pengidap seksomnia bahkan mencoba berhubungan badan dengan orang lain dalam kondisi masih memejamkan mata.

Tidak diketahui apa penyebab pasti dari seksomnia. Namun kombinasi dari hal-hal seperti kurang tidur, stress, trauma, hingga konsumsi alkohol atau obat-obatan berlebihan diperkirakan menjadi penyebab munculnya seksomnia. 

Karena penyebab pasti dari seksomnia masih belum diketahui, metode pengobatan yang manjur untuk gangguan ini juga masih belum ditemukan. Namun gejala-gejala yang dimiliki oleh pengidap seksomnia diketahui bisa berkurang atau menghilang dengan sendirinya saat orang tersebut tidur tanpa gangguan secara lebih teratur.

Sumber :
https://listverse.com/2008/07/19/top-10-bizarre-sleep-disorders/
https://www.sleepfoundation.org/articles/rem-sleep-behavior-disorder
https://www.medicalnewstoday.com/articles/190180
https://brainfoundation.org.au/disorders/narcolepsy/
https://www.livescience.com/33794-people-talk-sleep.html
https://www.medicalnewstoday.com/articles/320448