Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Benda Mati yang Ternyata Pernah Dimakan Oleh Manusia

Manusia adalah pemakan segala. Namun tetap saja ada benda-benda yang normalnya tidak akan dikonsumsi oleh manusia. Meskipun begitu, fakta di lapangan menunjukkan kalau di suatu tempat di Bumi, tetap ada manusia yang memakan serta meminum benda-benda mati yang nornalnya tidak akan dikonsumsi oleh manusia. Berikut ini adalah contoh-contoh benda mati yang pernah dikonsumsi oleh manusia.

Tanah Liat

tanah liat bisa diolah menjadi ampo
tanah liat bisa diolah menjadi ampo via jeda.id

Tanah liat bukan hanya bisa diolah menjadi perabotan, tetapi juga bisa dijadikan makanan. Di kota Tuban dan Cirebon, ada makanan tradisional bernama ampo yang terbuat dari tanah liat. Namun tidak sembarang tanah liat bisa diolah menjadi ampo. 

Tanah yang menjadi bahan baku ampo haruslah yang sudah bersih dan bebas dari kotoran maupun hewan. Tanah yang hendak dijadikan ampo juga harus bertekstur lembut dan tidak mengandung kerikil, pasir, serta batu.

Ampo memiliki bentuk menyerupai gulungan cokelat. Jika ampo yang berasal dari Tuban bentuknya lebih panjang dan ramping, ampo yang berasal dari Cirebon bentuknya lebih pendek dan besar. Penduduk setempat gemar mengkonsumsi ampo karena makanan tersebut diyakini bisa menguatkan sistem pencernaan dan mendinginkan perut.

Untuk membuat ampo, mula-mula pembuatnya harus menyiapkan tanah liat yang sudah bersih dan bebas dari serpihan benda-benda kecil. Tanah liat tersebut kemudian ditambahi air dan dibentuk hingga tidak lagi terasa lengket di tangan. Jika ampo ingin dibuat dalam bentuk kotak, tanah liatnya akan ditambahi air sedikit demi sedikit sambil ditumpuk memakai palu kayu.

Adonan ampo yang sudah berbentuk kotak selanjutnya akan diserut memakai potongan bambu tajam. Hasil serutan tersebut selanjutnya dipanggang dengan cara dimasukkan ke dalam periuk yang ditaruh di atas tungku api. Sesudah kurang lebih satu jam, ampo sudah matang dan sudah siap untuk dimakan.

Menurut sejarahnya, ampo pada awalnya dimakan oleh orang-orang Trowulan di Jawa Timur pada masa penjajahan Belanda. Karena harga bahan-bahan pokok pada masa itu sulit dijangkau oleh rakyat kecil, mereka pun beralih mengkonsumsi tanah liat supaya tidak kelaparan. Ampo sesudah itu menyebar ke wilayah lain dan menjadi makanan khas di sejumlah tempat di Pulau Jawa.

Makanan berbahan tanah liat sendiri ternyata bukan hanya dikonsumsi oleh penduduk di Pulau Jawa. Di negara Haiti yang terletak di dekat Benua Amerika, penduduk setempat juga mengenal makanan yang berbahan tanah liat.

Cite setoil adalah makanan khas Haiti yang terbuat dari tanah liat. Makanan ini memiliki bentuk menyerupai biskuit. Itulah sebabnya makanan ini kadang-kadang juga dikenal sebagai cookie lumpur. 

Tidak seperti ampo yang lebih sering dikonsumsi sebagai cemilan, cite setoil justru banyak dikonsumsi sebagai makanan pokok satu keluarga. Khususnya oleh mereka yang berasal dari golongan ekonomi lemah. Kebetulan Haiti memang tergolong sebagai salah satu negara termiskin di dunia.

Untuk membuat cite setoil, pembuatnya akan mencetak adonan tanah liat menjadi kepingan-kepingan berbentuk bundar. Supaya terasa lebih enak, adonan tadi juga dicampur dengan garam dan margarin. Kepingan tersebut kemudian akan dijemur di bawah sinar matahari hingga mengeras. Cite setoil sesudah itu siap dikonsumsi. Walaupun rasanya tidak begitu enak, cite setoil merupakan makanan yang cocok untuk menghilangkan lapar.

Serbuk Kayu

Serbuk kayu diolah menjadi roti
ilustrasi Serbuk kayu diolah menjadi roti via my-best.id

Timbunan serbuk kayu merupakan pemandangan yang jamak dijumpai di tempat-tempat penggergajian atau pengolahan kayu. Karena serbuk kayu dianggap sebagai sampah, maka biasanya serbuk kayu akan dibuang begitu saja. Namun tahukah anda kalau di masa lampau, serbuk kayu pernah dikonsumsi sebagai makanan oleh orang-orang Eropa?

Seperti halnya di masa sekarang, roti juga menjadi makanan pokok orang-orang Eropa di abad ke-18. Roti pada masa itu biasanya hanya menggunakan 4 macam bahan baku, yaitu tepung terigu, ragi, air, dan garam.

Akibat adanya hasrat untuk meraih lebih banyak pemasukan, oknum penjual tepung terigu di masa itu lantas memutar otak untuk mencari jalan keluarnya. Sejak itulah mereka mulai menjual terigu yang sudah dicampur dengan serbuk kayu. 

Oknum pembuat roti di masa itu turut mengambil kesempatan dengan membuat roti yang sudah dicampur dengan serbuk kayu. Hasilnya, mereka berhasil menjual roti sambil memangkas biaya pengeluaran sehingga keuntungan yang mereka peroleh menjadi lebih besar.

Praktik tersebut di lain pihak menyebabkan kian meningkatnya keluhan konsumen terhadap kualitas roti yang mereka konsumsi. Pada masa itulah, perusahaan-perusahaan seperti Nabisco dan Quaker Oats mempromosikan diri mereka sebagai perusahaan yang hanya menjual tepung tanpa campuran apa pun.

Manuver mereka terbukti jitu. Saat lembaga pemerintah memperketat standar dan inspeksinya terhadap tepung-tepung terigu di pasaran, perusahaan mereka bisa bertahan lama. Meskipun begitu, penggunaan serbuk gergaji dalam makanan berbahan terigu dan keju tidak benar-benar ditinggalkan karena praktik macam itu membantu menekan biaya pengeluaran. Serbuk kayu dalam makanan juga dianggap tidak berbahaya bagi kesehatan kosumen.

Minyak Tanah

Minyak Tanah
minyak tanah via industry.co.id

Minyak tanah normalnya bukanlah cairan yang oleh diminum karena bisa membuat orang yang meminumnya keracunan. Namun lain halnya bagi Laura. Anak balita asal Pemalang, Jawa Tengah tersebut sehari-harinya justru kerap meminum minyak tanah.

Menurut laporan Antara pada tahun 2011, Laura pada awalnya tertarik untuk meminum minyak tanah pada usia 1,5 tahun setelah ia bermain-main dengan botol berisi minyak tanah di dapur.

Sejak itu, Laura pun jadi ketagihan menghirup dan meminum minyak tanah. Setiap harinya, Laura bisa meminum setengah gelas minyak tanah. Pihak keluarga mengaku tidak bisa melarang Laura berhenti meminum minyak tanah karena Laura jadi menangis dan bahkan mengalami demam jika sampai tidak diperbolehkan meminum minyak tanah.

Meskipun Laura memiliki kebiasaan yang tergolong berbahaya, Laura tidak menunjukkan gejala-gejala sakit. Orang tua Laura sebenarnya ingin memeriksakan anaknya ke dokter. Namun karena ayah Laura hanya bekerja sebagai petugas SPBU, mereka pun belum jadi membawa anaknya ke dokter karena tidak memiliki biaya.

Batu Bata

Batu Bata
batu bata via siplah.uerekabookhouse.co.id

Bagi orang normal, batu bata adalah bahan untuk membuat bangunan. Namun bagi Pakkirappa Hunagundi, batu bata justru ibarat makanan lezat baginya. Pria berusia 30 tahun asal Karnataka, India tersebut sehari-harinya gemar memakan batu bata. Setiap harinya, Hunagundi bisa melahap habis 3 kilogram batu bata, kerikil, serta lumpur.

Hunagundi mulai menunjukkan kecenderungan untuk memakan serpihan bangunan pada usia 10 tahun. Karena merasa ketagihan dan merasa tidak mengalami efek samping apa-apa, Hunagundi pun melanjutkan kebiasaan tidak lazimnya tersebut. Ia kerap berkeliaran di jalanan untuk memungut remah-remah bangunan dan memakannya.

“Saya sudah memakan bata dan batu selama sekitar 20 tahun sekarang. Saya suka memakannya. Kebiasaan makan ini sudah menjadi bagian dari kehidupan saya,” kata Hunagundi seperti yang dikutip oleh Indian Times. 

“Saya tidak mengalami efek samping apa-apa. Gigi saya baik-baik saja. Saya bahkan bisa menggigit bagian keras dari batu tanpa mengalami masalah,” sambungnya.

Pihak keluarga sendiri sudah berulang kali membujuk Hunagundi untuk menghentikan kebiasaan makannya. Ibu Hunagundi sampai membuatkan ayam goreng untuk anaknya tersebut. Namun Hunagundi menolak memakannya dan lebih suka memakan bata dan lumpur.

Perilaku makan aneh yang dimiliki oleh Hunagundi tak pelak membuat warga desa tempatnya tinggal merasa terheran-heran. Saat kabar mengenai perilaku makan anehnya tersebar, banyak orang yang sengaja datang jauh-jauh ke desa tempat Hunagundi tinggal hanya untuk melihatnya mengunyah batu.


Sumber :

https://www.merdeka.com/jatim/mengenal-ampo-camilan-tradisional-asal-tuban-yang-terbuat-dari-tanah-liat.html?page=all

https://www.theguardian.com/world/2008/jul/29/food.internationalaidanddevelopment

https://www.cornucopia.org/2017/11/brief-history-wood-pulp-food/

https://www.antaranews.com/berita/264402/balita-suka-minum-dan-hirup-minyak-tanah

https://www.indiatimes.com/news/india/this-30-year-old-man-from-karnataka-only-eats-mud-rocks-and-bricks-instead-of-food-272323.html