Fakta Unik Mengenai Penggunaan Pesawat Dalam Perang Dunia I
Jika dibandingkan dengan Perang Dunia II, Perang Dunia I memang bisa dikatakan kalah pamor. Namun perang ini tetap tidak bisa dipandang sebelah mata akibat tingginya korban jiwa dan beragamnya taktik militer yang digunakan. Dalam perang ini pulalah, pesawat mulai banyak digunakan. Berikut ini adalah 5 fakta menarik seputar penggunaan pesawat dalam Perang Dunia I.
Pesawat Prang Dunia I Memiliki Sayap Berjumlah Lebih dari Dua
biplane via flyngmag.com |
Di masa kini, pesawat umumnya hanya memiliki sepasang sayap. Namun situasi berbeda dapat kita lihat semasa Perang Dunia I. Karena teknologi penerbangan pada masa itu belum semaju sekarang, pesawat yang digunakan untuk perang memiliki jumlah sayap yang lebih beragam.
Pesawat yang paling lazim digunakan pada masa itu adalah pesawat bersayap 4 atau biplane. Karena memiliki sayap berjumlah banyak, pesawat yang bersangkutan bisa melayang cukup lama di udara kendati hanya menggunakan satu mesin baling-baling sebagai tenaga penggerak utamanya.
Dalam perkembangannya, pesawat bersayap 2 atau 6 juga turut digunakan di medan perang. Salah satu tokoh paling terkenal yang menerbangkan pesawat bersayap 6 adalah pilot Jerman yang bernama Manfred von Richthofen atau biasa dikenal sebagai Red Baron.
Seolah masih belum puas, pesawat bersayap 8 atau quadruplane kelak juga bakal digunakan. Karena jumlah sayap yang lebih banyak membantu pesawat tersebut melayang lebih lambat di udara, pesawat bersayap 8 pun diciptakan untuk menyerang kapal laut dan zeppelin milik musuh.
Zeppelin atau kapal udara adalah kendaraan terbang berbentuk menyerupai peluru raksasa yang aslinya adalah balon terbang. Kendati zeppelin hanya bisa bergerak lambat, zeppelin bisa mengangkut banyak bom dan terbang lebih tinggi dibandingkan pesawat-pesawat pada masa itu.
Baik Inggris maupun Jerman sama-sama bereksperimen dengan pesawat bersayap 8. Namun karena pesawat bersayap 8 dianggap lebih banyak memiliki sisi negatif dibandingkan positif, pesawat yang bersangkutan pada akhirnya tidak pernah benar-benar diterjunkan di medan perang.
Bahan Baku Utama Pesawat Adalah Kayu
Junkers J1 via hugojunkers.bplaced.ne |
Selama ribuan tahun, manusia sudah memendam keinginan untuk bisa terbang. Namun baru pada abad ke-19, manusia akhirnya bisa menciptakan pesawat bertenaga mesin. Saat Perang Dunia I meletus, pesawat juga turut ambil bagian berkat kemampuannya melintasi segala macam medan.
Pesawat pada masa itu kebanyakan masih menggunakan kayu sebagai bahan baku utamanya karena tidak ada bahan lain yang cukup kuat namun cukup ringan untuk dibawa terbang. Sebagai akibatnya, pesawat pada masa itu menjadi kendaraan perang yang serba guna namun rapuh.
Hal tersebut coba diubah oleh militer Jerman. Pada tahun 1915, Jerman menciptakan pesawat Junkers J1. Pesawat ini tergolong sebagai pesawat yang inovatif pada masanya karena menggunakan logam sebagai bahan baku utamanya. Junkers J1 sekaligus menjadi pesawat pertama yang menggunakan bahan logam seutuhnya.
Junkers J1 juga berbeda dari kebanyakan pesawat pada masa itu karena hanya dilengkapi dengan sepasang sayap. Meskipun begitu, pesawat ini pada akhirnya tidak pernah diproduksi secara massal dan hanya pernah digunakan untuk penerbangan uji coba.
Senapan Berburu Pernah Digunakan Sebagai Senjata Pesawat
ilustrasi Senapan Berburu senjata pesawat via bestglitz.com |
Kelebihan pesawat jika dibandingkan dengan kendaraan jenis lain adalah pesawat bisa melintasi segala macam medan yang normalnya tidak bisa dilintasi oleh kendaraan darat maupun laut. Oleh karena itulah, pesawat kerap digunakan untuk misi pengintaian.
Dalam perkembangannya, pesawat juga dilengkapi dengan senjata supaya bisa menyerang sasaran di bawahnya ataupun menjatuhkan pesawat lain. Yang mengejutkan adalah senapan berburu ternyata pernah digunakan sebagai senjata pesawat semasa Perang Dunia I.
Jean Navarre (Perancis) dan Lanoe Hawker (Inggris) adalah contoh dari pilot-pilot yang pernah menggunakan senapan berburu sambil mengemudikan pesawatnya. Saking mahirnya Hawker dalam menggunakan senapan berburu di udara, ia bisa menjatuhkan pesawat musuh hanya dengan satu tembakan pada bagian mesin pesawat musuh.
Ide untuk memasang senapan mesin pada pesawat sendiri sebenarnya sudah lama melintas, Kendalanya adalah karena pesawat pada masa itu memasang baling-baling di bagian moncong pesawatnya, mereka harus mencari cara supaya peluru yang ditembakkan oleh senapan mesin tidak mengenai baling-baling.
Beragam inovasi pun dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Mulai dari memasang senapan mesin dalam posisi 45 derajat hingga melengkapi baling-baling dengan penangkis peluru.
Masalah baling-baling dan senapan mesin baru benar-benar bisa diatasi setelah Anthony Fokker menciptakan mekanisme khusus supaya senapan mesin milik pesawat Jerman tidak menembakkan pelurunya saat baling-baling sedang berada tepat di jalur tembakan senapan mesin. Karena terbukti manjur, inovasi Fokker pun lantas ditiru oleh negara-negara Sekutu.
Pilot Pernah Menabrakkan Pesawatnya Sendiri Untuk Menjatuhkan Pesawat Musuh
ilustrasi Pyotr Nesterov menabrakkan pesawatnya via blackxprince.com |
Dalam pertempuran di laut, taktik menabrakkan kapal sendiri ke kapal musuh merupakan taktik yang cukup sering untuk digunakan. Tujuannya adalah supaya kapal yang tertabrak menjadi oleng dan kemudian terbalik. Namun tahukah anda kalau taktik serupa pernah digunakan oleh pesawat dalam Perang Dunia I.
Pesawat pada masa itu belum secanggih sekarang sehingga persenjataan yang bisa dibawa oleh pesawat pun masih terbatas. Pada bulan September 1914, pilot Rusia yang bernama Pyotr Nesterov pernah nekat menabrakkan pesawatnya sendiri ke pesawat musuh di Galicia (sekarang terletak di Ukraina).
Nesterov memang berhasil menjatuhkan pesawat musuh dengan taktik ini, namun pesawatnya sendiri juga mengalami kerusakan sehingga ia pun kemudian meninggal setelah pesawatnya jatuh ke tanah.
Meskipun terlihat gila, ternyata taktik gila Nesterov tersebut sempat ditiru oleh pilot lain. Aleksandr Kozakov adalah nama dari pilot tersebut. Pada bulan Maret 1915, Kozakov menabrakkan pesawatnya sendiri ke pesawat musuh setelah ia gagal menjatuhkan pesawar musuh dengan memakai tali berkait. Tidak seperti Nesterov, Nasib Kozakov jauh lebih beruntung karena ia selamat dalam peristiwa tersebut.
Batang Logam Pernah Digunakan Untuk Membunuh Sasaran di Darat
zeppelin via threatpost.com |
Di masa kini, melihat pesawat menjatuhkan bom ke tanah bukanlah hal yang aneh. Namun pada masa Perang Dunia I, pemandangan macam itu bukanlah pemandangan yang umum karena mesin pesawat belum cukup kuat untuk mengangkut beban dalam jumlah besar.
Sebagai gantinya, zeppelin atau balon udara raksasa lebih sering digunakan untuk menjatuhkan bom ke darat. Namun bukan berarti pesawat lantas tidak bisa digunakan untuk menyerang sasaran di darat sama sekali. Sebagai ganti bom, pilot pesawat bakal menjatuhkan batang-batang logam yang ujungnya runcing.
Senjata batang logam paling sering dijatuhkan di parit pertahanan karena banyak tentara musuh yang berkumpul di sana. Meskipun terlihat sederhana, senjata ini memiliki daya bunuh yang tidak main-main.
Berkat gravitasi, batang logam yang dilepaskan oleh pilot bakal melaju ke bawah dengan kecepatan yang amat tinggi. Jika sampai mengenai manusia, korbannya bisa langsung tewas seketika dalam kondisi tertancap.
Senjata batang logam awalnya hanya digunakan oleh militer Perancis. Belakangan, militer Inggris dan Jerman mulai ikut menggunakan taktik serupa. Serangan batang logam dari udara sekaligus menambah mimpi buruk yang harus dihadapi oleh para tentara di parit pertahanan yang setiap hari harus menghadapi resiko ditembaki senapan, mortir, serta gas beracun.
Sumber :
https://listverse.com/2018/05/13/10-weird-realities-of-aerial-combat-in-world-war-i/
https://en.wikipedia.org/wiki/Aviation_in_World_War_I
https://en.wikipedia.org/wiki/Junkers_J_1