Kelalaian dan Ulah Berbahaya Pilot yang Berujung Kecelakaan Maut
Pesawat sekarang menjadi mode transportasi yang banyak digunakan oleh mereka yang ingin melakukan perjalanan dalam jarak yang amat jauh dengan waktu perjalanan sesingkat mungkin. Meskipun pilot yang menerbangkan pesawat sudah menerima latihan ketat, tetap saja ada peluang kalau pilot melakukan kesalahan di tengah penerbangan.
Kalau untuk kasus pesawat, kecelakaan tersebut bisa berakibat fatal karena pesawat tidak bisa berhenti dan mendarat di sembarang tempat. Berikut ini adalah 5 kasus kecelakaan naas yang terjadi akibat kecerobohan pilot.
Terbang Tanpa Bahan Bakar yang Cukup
Terbang Tanpa Bahan Bakar yang Cukup via wikipedia.org |
Jika mobil tidak diisi dengan bensin yang cukup, maka hal terburuk yang mungkin bakal terjadi adalah mobil tersebut bakal mogok di tengah jalan. Namun bagaimana jadinya jika hal macam itu terjadi pada pesawat terbang?
Kasus macam itu nyatanya benar-benar pernah terjadi dalam dunia penerbangan. Semuanya bermula ketika pada bulan November 2016, pesawat milik maskapai LaMia tinggal landas dari bandara di dekat kota Sao Paulo, Brazil. Setelah transit sejenak di Bolivia, pesawat tersebut melanjutkan perjalanan menuju Kolombia.
Pesawat yang bersangkutam dipiloti oleh Miguel Quiroga dan Fernando Goytia. Ada 73 penumpang dan 4 awak pesawat yang ikut serta dalam penerbangan tersebut. Mayoritas penumpang merupakan anggota klub sepak bola Brazil, Chapocoense.
Jika pesawat ini sampai di tujuan dengan selamat, rencananya Chapocoense akan melakukan pertandingan final Copa Sudamericana melawan Atletico Nacional di Medellin, Kolombia. Sayang harapan tinggal harapan. Pesawat tersebut justru mengalami bencana yang kini dikenang sebagai salah satu peristiwa paling tragis dalam ranah sepak bola.
Kecelakaan ini bermula ketika pesawat hendak melakukan pendaratan di Kolombia, namun pesawat yang bersangkutan diminta tetap berada di udara karena ada pesawat lain yang mengalami kondisi darurat dan harus mendarat duluan.
Setelah berputar-putar cukup lama di udara, pesawat tersebut akhirnya benar-benar jatuh pada tanggal 26 November. Sebelum jatuh, mesin pesawat sempat terbakar akibat kehabisan bahan bakar.
Total, ada 71 orang yang tewas dalam insiden naas ini. Hasil investigasi menyatakan bahwa pesawat hanya memuat bahan bakar dalam jumlah terbatas supaya pihak maskapai bisa menghemat pengeluaran. Seusai tragedi ini, maskapai LaMia dibubarkan dan para petingginya ditangkap oleh aparat Bolivia.
Melaju di Lintasan Bandara yang Salah
Melaju di Lintasan Bandara yang Salah via britanicca.com |
Pada tanggal 3 Desember 1990, Penerbangan 1482 Northwest Airlines hendak lepas landas dari Detroit menuju Pittsburg, Amerika Serikat. Pesawat bermuatan 40 penumpang tersebut dipiloti oleh William Lovelace dan James Schifferns.
Penerbangan ini terjadi saat hari tengah berkabut. Saat pesawat akhirnya meninggalkan hanggarnya, pesawat tersebut harusnya menuju lintasan 03C. Namun pesawat yang sama justru malah menuju jalur lintasan lain.
Lovelace dan Schifferns kemudian mencoba memutar balik pesawatnya, namun mereka berdua lagi-lagi melakukan kesalahan. Pesawat yang mereka kemudikan malah membelok menuju lintasan yang sedang digunakan pesawat lain.
Saat keduanya akhirnya menyadari kesalahan yang mereka lakukan, mereka meminta bantuan kepada pengelola menara jalur penerbangan (ATC). Namun semuanya sudah terlambat. Hanya berselang 5 detik kemudian, datang pesawat Boeing 727 dengan nomor penerbangan 299.
Sayap pesawat tersebut bertabrakan dengan sayap pesawat yang dikemudikan Lovelace dan Schifferns. Akibatnya, pesawat yang dipiloti oleh Lovelace dan Schifferns pun mengalami kebakaran dan menewaskan 8 orang di dalam pesawat.
Salah Menekan Tombol
Salah Menekan Tombol via wikipedia.org |
Tanggal 26 April 1994, pesawat China Airlines dengan nomor penerbangan 140 melakukan penerbangan dari Taipei (Taiwan) menuju Nagoya (Jepang). Pesawat bertipe Airbus A300 tersebut dipiloti oleh Wang Lochi dan Chuang Mengjung.
Pada awalnya, pesawat berhasil lepas landas tanpa kendala. Namun hanya berjarak 3 mil sesudah meninggalkan bandara, Mengjung tanpa sadar mengaktifkan setting takeoff . Setting tersebut menyebabkan sistem autopilot pesawat menaikkan katupnya.
Tidak sadar kalau sistem autopilot tersebut masih menyala, para kru di ruang kokpit mencoba mengubah kondisi katup pesawat secara manual. Namun perubahan tersebut direspon oleh sistem autopilot dengan menaikkan ketinggian moncong pesawat.
Para kru yang bingung lantas mengutak atik instrumen pesawat secara manual tanpa mematikan sistem autopilot. Akibatnya, hidung pesawat kini berada dalam sudut yang terlalu tinggi sehingga pesawat ini tidak bisa lagi mempertahankan ketinggiannya.
Pesawat tersebut kemudian terjun bebas ke bawah bersama dengan 271 orang penumpang dan awaknya. Hanya 7 orang yang selamat dalam kecelakaan tersebut. Sebuah contoh tragis mengenai bagaimana satu kesalahn kecil bisa membuat nyawa ratusan orang melayang.
Sibuk Memperbaiki Lampu di Tengah Penerbangan
Sibuk Memperbaiki Lampu di Tengah Penerbangan via wikipedia.org |
Tanggal 29 Desember 1972, pesawat Lockheed TriStar dengan nomor penerbangan 401 terbang mendekati Miami sambil mengangkut 163 penumpang dan 13 awak pesawat. Saat pesawat tersebut berada semakin dekat dengan bandara, pilot Albert Stockstill melihat kalau ada panel indikator yang tidak memancarkan cahaya.
Rekan Stocktill yang bernama Robert Loft kemudian memberitahukan pihak bandara Miami mengenai masalah yang mereka alami. Petugas di bandara lantas menyatakan kalau pesawat mereka boleh tetap berada di ketinggian 2.000 kaki hingga masalah mereka teratasi.
Teknisi Donald Repo yang juga sedang berada di pesawat kemudian diminta memperbaiki masalah pada panel indikator tersebut. Supaya pesawatnya bisa tetap melayang saat berada di ketinggian, pilot pun mengaktifkan sistem kemudi otomatis (autopilot).
Di sinilah petaka dimulai. Tidak ada yang menyadari bahwa autopilot tersebut disetel bukan untuk terbang berputar-putar dalam ketinggian yang sama, melainkan untuk terbang menurun secara perlahan.
Saat pesawat tersebut sudah berada dalam posisi begitu menukik, pesawat pun terjun bebas ke bawah. Sekitar 10 detik sebelum pesawat mengalami kecelakaan, Loft sempat terdengar berseru, "Hei, apa yang terjadi di sini?”.
Akibat insiden ini, sebanyak 101 orang harus kehilangan nyawanya. Hasil investigasi yang dilakukan menemukan bahwa panel indikator tidak menyala karena ada lampu bohlam yang rusak, namun kerusakan tersebut bukanlah kerusakan yang berbahaya sehingga kecelakaan ini harusnya tetap bisa dihindari.
Menabrakkan Pesawat ke Puncak Gunung
Menabrakkan Pesawat ke Puncak Gunung via travel.kompas.com |
Sudah banyak terjadi kasus pesawat jatuh akibat dibajak oleh penumpang yang membawa senjata. Namun bagaimana jika yang menjatuhkan pesawat adalah sang pilot sendiri dan ia melakukannya secara sengaja? Hal itulah yang terjadi pada pesawat maskapai Germanwings dengan nomor penerbangan 9525 ini.
Pada tanggal 24 Maret 2015, pesawat Penerbangan 9525 lepas landas dari Barcelona (Spanyol) menuju Dusseldorf (Jerman). Pesawat tersebut dipiloti oleh Patrick Sondenheimer dan Andreas Lubitz.
Di tengah penerbangan, Sondenheimer pergi meninggalkan ruang kokpit sejenak untuk menuju toilet. Namun saat ia hendak kembali memasuki ruang kokpit, ternyata pintu kokpit sudah dikunci dari dalam oleh Lubitz.
Sondenheimer lantas menggedor-gedor pintu kokpit dan bahkan mencoba menjebolnya, namun usahanya sia-sia. Pintu tersebut dibuat begitu tebal supaya tidak bisa dijebol dengan mudah oleh pembajak. Namun dalam peristiwa ini, pintu kokpit yang tebal justru bak menjadi senjata makan tuan.
Lubitz kemudian menyetel sistem autopilot supaya pesawat terbang menurun secara otomatis. Saat pesawat berada di dekat perbatasan Italia dengan Perancis, pesawat tersebut bertabrakan dengan gunung yang ada di lokasi. Pesawat itupun luluh lantak dan menewaskan semua orang di dalamnya.
Hasil investigasi yang dilakukan menunjukkan bahwa insiden ini terjadi karena Lubitz ingin melakukan bunuh diri bersama-sama dengan semua orang di dalam pesawat. Sebelum insiden naas ini terjadi, Lubitz memang menunjukkan tanda-tanda depresi karena ia mengalami gangguan penglihatan dan khawatir bakal kehilangan pekerjaannya sebagai pilot.
referensi :
https://listverse.com/2021/03/20/top-10-ways-your-pilot-might-kill-you/ https://en.wikipedia.org/wiki/LaMia_Flight_2933 https://en.wikipedia.org/wiki/Germanwings_Flight_9525