Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

5 Olah Raga dari Masa Lampau yang Sekarang Sudah Punah

Anehdidunia.com - Perkembangan zaman menyebabkan muncul dan hilangnya berbagai macam hal. Fenomena demikian juga dapat dilihat pada bidang olah raga. Akibat perubahan sosial budaya, olah raga yang dulunya banyak dimainkan kini sudah tidak pernah dimainkan lagi. Berikut ini adalah 5 contoh olah raga yang hilang akibat ditelan perubahan zaman.

Balap Delman

balap delman
balap delman via telegraph.co

Di masa lampau, delman atau kereta kuda merupakan alat transportasi yang amat penting. Peran delman terasa semakin penting pada masa Sebelum Masehi karena di masa itu, delman juga kerap digunakan untuk mengangkut prajurit dan memecah belah pasukan musuh.

Delman bukan hanya bisa digunakan untuk keperluan perang dan transportasi. Di Romawi dan Yunani Kuno, delman juga kerap dilombakan dalam olah raga adu cepatan. Supaya delmannya bisa melaju secepat mungkin, beberapa delman bahkan sampai ditarik oleh 4 ekor kuda sekaligus.

Balap delman memiliki peraturan dasar yang tidak berbeda jauh dibandingkan kompetisi adu kecepatan lainnya. Para peserta akan ditempatkan dalam arena balap khusus yang bentuknya melingkar. Delman yang berhasil mencapai garis akhir paling awal bakal dinobatkan sebagai pemenang. Stadion balap delman terbesar diketahui memiliki kapasitas mencapai 150.000 penonton.

Balap delman sendiri tergolong sebagai olah raga yang brutal. Pasalnya selama perlombaan berlangsung, kusir masing-masing delman diperbolehkan melakukan segala cara untuk memenangkan balapan. Termasuk dengan cara mencambuki kusir lawan.

Meskipun masih kalah sadis jika dibandingkan dengan gladiator, balap delman juga memiliki resiko kematian tinggi bagi pesertanya. Pasalnya kusir masing-masing delman senantiasa menghadapi resiko tewas akibat terjatuh dari delman atau terlilit pada tali kekang.

Jousting

Jousting
Jousting via bbc.com

Jousting adalah sebutan untuk pertarungan antar penunggang kuda. Olah raga ini terinspirasi dari duel antar penunggang kuda di medan perang. Dalam pertempuran yang sesungguhnya, para penunggang kuda akan dilengkapi dengan tombak atau pedang panjang.

Saat duel terjadi, masing-masing penunggang kuda akan memacu kuda secepat mungkin ke arah lawan. Sesudah itu, penunggang kuda akan mencoba menjatuhkan lawannya dengan cara menghujamkan senjatanya ke arah musuh.

Jika musuh berada dalam kondisi tidak sigap, penunggang musuh bisa terjatuh dari kudanya sehingga ia sesudah itu menjadi lebih mudah untuk dibunuh atau ditangkap.

Jousting memiliki peraturan dasar yang serupa. Bedanya, peserta tidak perlu membunuh lawannya, tapi hanya sekedar menjatuhkannya dari kuda atau menghancurkan tameng yang dibawanya. Karena tujuan olah raga ini bukan untuk membunuh, tombak yang digunakan dalam jousting adalah tombak yang ujungnya tumpul.

Jousting mulai banyak dipraktikkan sebagai olah raga sejak abad ke-15. Hanya golongan bangsawan dan ksatria yang mempraktikkan olah raga ini karena tidak semua orang memiliki kuda dan baju zirahnya sendiri.

Namun memasuki abad ke-17, jousting secara berangsur-angsur ditinggalkan karena masyarakat Eropa pada masa itu lebih menyukai olah raga yang lebih aman tidak mengharuskan terlalu banyak kontak fisik.

Ayun Gada

Ayun Gada
Ayun Gada via youtube.com

Gada adalah sebutan untuk tongkat kayu yang berukuran amat besar. Karena ukurannya besar, gada pun bisa digunakan untuk memukul musuhnya hingga tak sadarkan diri. Gada biasanya memiliki bagian pangkal yang sempit dan bagian ujung yang besar supaya gada cukup kecil untuk dipegang, tapi memiliki daya hantam yang besar.

Gada bukan hanya bisa dipakai sebagai senjata, tapi juga sebagai alat olah raga dalam ayun gada. Untuk melakukanya, orang tersebut akan melakukan aneka macam gerakan memakai tangannya sambil memegang gada. Karena gada memiliki bobot yang berat, ayun gada juga kerap digunakan oleh kalangan prajurit India untuk melatih kekuatan dan kelincahan fisiknya.

Saat Inggris menginjakkan kakinya di India, Inggris menaruh ketertarikan mereka akan ayun gada. Sampai-sampai mereka menyertakan ayun gada sebagai bagian dari latihan rutin prajurit-prajuritnya.

Lambat laun, bukan hanya kalangan militer yang melakukan ayun gada, tetapi juga warga sipil biasa. Bahkan kaum wanita juga turut melakukannya karena ayun gada bisa dilakukan oleh siapapun selama orang tersebut memiliki kekuatan dan kelenturan yang cukup. Saat popularitas ayun gada semakin meluas, arena-arena olah raga untuk melakukan ayun gada pun kian banyak bermunculan.

Tahun 1904 dan 1932, ayun gada bahkan turut diperlombakan dalam Olimpiade. Gada yang digunakan dalam Olimpiade memiliki bentuk menyerupai pin bowling. Namun sesudah itu, pamor ayun gada secara berangsur-angsur memudar hingga tidak pernah diperlombakan lagi dalam Olimpiade.

Lempar Rubah

Lempar Rubah
Lempar Rubah via alamy.com

Lempar rubah adalah olah raga yang sekarang tidak lagi dipraktikkan karena dianggap sebagai bentuk kekejaman terhadpa hewan. Namun pada abad ke-17 hingga 18, olah raga ini merupakan olahraga yang amat populer di kalangan bangsawan Eropa.

Dalam olah raga lempar rubah, sejumlah orang akan berdiri secara berpasang-pasangan sambil memegang selendang panjang yang menyentuh tanah. Permainan dimulai ketika rubah-rubah dilepaskan ke dalam arena permainan.

Tugas para pemain adalah melontarkan rubah setinggi mungkin ke udara saat rubahnya berlari melintasi selendang yang dipegang oleh masing-masing pasangan pemain. Pasangan yang berhasil melontarkan rubah paling tinggi bakal keluar sebagai pemenang. Rekor lemparan rubah tertinggi yang pernah tercatat adalah 7,5 meter.

Tidak jarang para peserta mengalami cedera karena tidak sengaja tertabrak atau tercakar oleh rubah yang mencoba melarikan diri. Meskipun begitu, cedera tersebut dianggap masih dalam batas wajar dan ringan. Bahkan kaum wanita turut diperbolehkan mengikuti olah raga ini.

Meskipun bernama lempar rubah, rubah bukanlah satu-satunya hewan yang digunakan dalam permainan ini. Hewan-hewan seperti kucing liar, kelinci, musang, dan babi juga pernah digunakan dalam olahraga lempar rubah.

Jika permainan sudah selesai, maka nasib buruk sudah siap menanti hewan-hewan tersebut. Mereka akan dibunuh dengan cara dipukuli sampai mati. Tidak mengherankan jika lempar rubah sekarang sudah tidak lagi dimainkan.

Naumachia

Naumachia
Naumachia via painterest.com

Bangsa Romawi dikenal sebagai pecinta olah raga berdarah. Gladiator dan balap delman adalah beberapa contoh olah raga yang memiliki resiko kematian tinggi bagi para pesertanya. Namun semua olah raga tadi nampaknya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan naumachia.

Naumachia adalah semacam olah raga simulasi perang kapal yang dilakukan di atas kolam raksasa. Para peserta yang jumlahnya mencapai ribuan orang akan dibagi ke dalam 2 tim yang semuanya menaiki kapal. Saat permainan dimulai, masing-masing tim harus mencoba mengalahkan lawannya dengan cara menggulingkan kapal musuh dan menjatuhkan para awaknya.

Karena naumachia membutuhkan peserta dalam jumlah besar dengan tingkat kematian tinggi, naumachia hanya diikuti oleh kalangan budak dan tahanan perang. Bahkan penonton pun juga tidak luput dari bahaya kematian jika kebetulan ada kapal yang menabrak tribun penonton.

Naumachia pertama kali diadakan pada tahun 46 SM oleh Julius Caesar untuk merayakan keberhasilannya usai memenangkan perang di Pompey. Naumachia juga diadakan dengan maksud mendemonstrasikan kehebatan angkatan laut Romawi. Jumlah peserta yang dipaksa mengikuti naumachia ini dilaporkan mencapai 6.000 orang.

Setiap penyelenggaraan naumachia memerlukan waktu, biaya, dan jumlah peserta yang tidak sedikit. Itulah sebabnya olah raga ini tidak memiliki riwayat penyelenggaraan yang panjang. Sesudah abad 1 Masehi, naumachia tidak pernah lagi diselenggarakan di Romawi.

Sumber :
https://listverse.com/2019/07/03/10-extinct-sports/
https://animalogic.ca/animalogic/the-creative-and-cruel-blood-sport-of-fox-tossing
https://en.wikipedia.org/wiki/Jousting