Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Dramatis! Orang-Orang Ini Tetap Hidup Meskipun Sudah Dihukum Mati

Anehdidunia.com - Sejumlah negara masih mempraktikkan hukuman mati untuk menghukum orang-orang yang sudah melakukan kejahatan berat. Hukuman ini merupakan hukuman yang amat ditakuti oleh para narapidana karena itu berarti mereka tidak lagi memiliki peluang untuk melanjutkan hidupnya.

Namun layaknya kalimat ‘nasib ada di tangan Tuhan’, ada sejumlah kasus hukuman mati di mana orang yang dijatuhi hukuman ternyata tetap selamat dan bisa melanjutkan hidupnya seusai eksekusi. Berikut ini adalah contoh dari kasus-kasus tersebut.

Selamat Karena Alat Gantungnya Macet

Selamat Karena Alat Gantungnya Macet
Selamat Karena Alat Gantungnya Macet via quora.com

Tanggal 15 Novemeber 1884, Emma Keyse ditemukan meninggal di rumahnya yang terletak di Devon, Inggris. Ia diketahui tewas dibunuh dan rumahnya sendiri sudah habis terbakar akibat dilalap api.

Tidak lama sesudah itu, polisi menangkap John Lee atas tuduhan membunuh Emma dan membakar rumahnya. Penangkapan dilakukan karena saat pembunuhan terjadi, John adalah satu-satunya orang yang diketahui berada di rumah Emma.

Di hadapan hakim, John menolak mengakui perbuatannya. Namun hakim tetap menyatakan John bersalah dan kemudian menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Meskipun dijatuhi vonis hukuman mati, John nampak tenang dalam proses peradilan. Ia mengaku tidak takut karena yakin jika dirinya tidak bersalah dan percaya kalau Tuhan kelak akan menolongnya.

Tanggal 23 Febaruari 1885, hari eksekusi John akhirnya tiba. John kemudian dibawa ke tiang gantung dalam kondisi terikat dengan kepala yang ditutupi kain hitam. Saat petugas bertanya apakah John memiliki pesan terakhir, John meminta kepada petugas supaya segera mengaktifkan alat eksekusinya.

Alat eksekusi yang digunakan pada hari eksekusi John adalah tiang gantung dengan pintu di bagian lantainya. Mula-mula, korban eksekusi akan diminta berdiri di atas pintu dengan tali gantungan di lehernya.

Saat alatnya aktif, pintu yang di bawahnya akan membuka dan korban eksekusi kemudian akan terperosok ke bawah. Namun karena ada tali gantung di lehernya, korban tidak akan sampai jatuh ke bawah akibat tertahan oleh tali gantung. Korban sesudah itu akan meninggal akibat tercekik oleh tali gantung.

Namun pada paeristiwa eksekusi John, terjadi hal yang tidak disangka oleh siapapun. Pintu yang ada di bawah John tidak mau membuka meskipun petugas sesudah mengaktifkannya.

John pun kemudian diturunkan untuk sementara dari podium eksekusi. Anehnya saat petugas menguji alat eksekusi ini, alat tersebut nampak bekerja lancar-lancar saja. Maka, John pun kembali dibawa ke atas podium eksekusi untuk menjalani hukuman gantungnya.

Hal yang tidak terduga lagi-lagi terjadi. Pintu di bawah John tidak mau membuka. Hal tersebut terus menerus terjadi kendati peristiwa eksekusi sudah 3 kali diulang. Karena John tidak bisa dieksekusi pada hari itu, John pun kemudian dibawa kembali ke ruang selnya.

Peristiwa gagalnya eksekusi mati John langsung menarik perhatian publik. Mereka beramai-ramai meminta supaya John dibebaskan karena mereka meyakini kalau John aslinya tidak bersalah. Terlebih lagi, bukti-bukti yang digunakan untuk menjerat John dianggap tidak cukup meyakinkan.

Tekanan publik akhirnya membuahkan hasil. Pada bulan Desember 1907, vonis hukuman mati untuk John dibatalkan dan ia bisa kembali menghirup udara bebas.

Dilempari Batu, Tapi Tetap Hidup

Dilempari Batu, Tapi Tetap Hidup
Dilempari Batu, Tapi Tetap Hidup via painterest.com

Jika anda gemar menyimak berita seputar Timur Tengah, maka anda tentunya tahu kalau pernah ada kelompok militan bernama ISIS yang aktif di wilayah tersebut. Pada puncak kekuatannya, wilayah kekuasaan ISIS pernah mencakup wilayah Irak dan Suriah.

Di wilayah kekuasaannya, ISIS mempraktikkan hukuman mati. Contoh peristiwa pelaksanaan eksekusi mati tersebut pernah terjadi pada bulan Januari 2015 di kota Raqqa, Suriah. Menurut laporan organisasi pengamat Syrian Observatory of Human Rights, orang yang hendak dieksekusi mati adalah seorang wanita yang dituduh melakukan tindakan zina.

Wanita tersebut rencananya bakal dieksekusi dengan cara dirajam alias dilempari batu sampai mati. Saat hari eksekusi tiba, wanita tersebut dimasukkan dalam liang hingga badannya setengah terkubur. Sesudah itu, ia dilempari batu secara beramai-ramai. Saat wanita tersebut nampak sudah tidak lagi bergerak, para algojo mengira kalau wanita tersebut sudah mati dan kemudian meninggalkannya.

Tanpa mereka sangka, wanita tersebut mendadak terlihat bergerak lagi. Salah seorang anggota ISIS spontan mengeluarkan senjata api miliknya. Namun sebelum ia bisa menembak wanita tersebut, tindakannya langsung dicegah oleh anggota ISIS yang bertindak sebagai hakim.

Ia beralasan kalau hukuman rajam sudah dilaksanakan. Jadi jika wanita tersebut ternyata masih hidup, maka itu berarti Tuhan masih memberinya kesempatan untuk memperbaiki nasibnya. Wanita tersebut kemudian dibiarkan pergi melarikan diri.

Dihukum Gantung, Tapi Masih Bisa Bicara

Dihukum Gantung, Tapi Masih Bisa Bicara
Dihukum Gantung, Tapi Masih Bisa Bicara via wikipedia.org

Tahun 1872, seorang pria bernama Frank hendak dihukum mati karena membunuh seorang penumpang di kapal Marion Rennie. Frank rencananya bakal dihukum gantung saat kapalnya sudah berlabuh di Fiji, sebuah kepulauan di tengah-tengah Samudera Pasifik.

Frank seharusnya dieksekusi pada tanggal 27 Mei. Namun akibat cuaca buruk, eksekusi mati Frank diundur ke hari berikutnya. Keesokan harinya, Frank dibawa ke podium tiang gantung untuk menjalani hukuman matinya.

Eksekusi tersebut pada awalnya berjalan lancar. Frank nampak tidak lagi bergerak setelah terjerat tali gantung. Namun 3 menit kemudian, Frank secara tiba-tiba terlihat bergerak kembali.

Saat eksekusi mati Frank terjadi, ada banyak orang yang berkumpul di sekitar tempat eksekusi untuk menonton. Salah seorang di antara mereka sampai pingsan saat melihat Frank bergerak dan berbicara kembali.

Di hadapan kerumunan orang tersebut, Frank meminta dirinya segera cepat dibunuh agar rasa sakitnya segera hilang. Namun bukannya menuruti keinginan Frank, seorang petugas yang merasa iba akan kondisi Frank langsung memotong talinya supaya Frank lepas dari tiang gantung.

Dalam kondisi masih hidup, Frank kemudian dibawa kembali ke ruangan selnya. Ia akhirnya dibebaskan dan diperbolehkan pergi meninggalkan Fiji.

Ditembak di Kepala, Namun Masih Bisa Melarikan Diri

Ditembak di Kepala, Namun Masih Bisa Melarikan Diri
Ditembak di Kepala, Namun Masih Bisa Melarikan Diri via republika.co.id

Konstantin Feoktistov adalah pemuda yang berasal dari Voronezh, Uni Soviet. Saat Perang Dunia Kedua berkecamuk, Voronezh berhasil ditaklukkan oleh pasukan Jerman. Tidak ingin melihat tanah airnya diduduki oleh pihak asing, Konstantin lalu menawarkan diri untuk menjadi mata-mata bagi militer Uni Soviet.

Tindak tanduk Konstantin sayangnya berhasil terendus oleh pihak Jerman. Ia kemudian dihukum mati dengan cara ditembak di bagian kepala. Setelah melihat Konstantin sudah tidak lagi bergerak usai ditembak, tentara Jerman pergi meninggalkan jasad Konstantin.

Tanpa mereka ketahui, ternyata Konstantin aslinya hidup. Peluru tersebut tidak sampai menembus otaknya karena hanya menembus bagian dagu. Setelah memastikan kalau kondisi sekelilingya sudah aman, Konstantin secara diam-diam pergi menuju wilayah yang masih dikuasai oleh militer Uni Soviet.

Saat Perang Dunia Kedua berakhirnya kemenangan Uni Soviet, Konstantin lalu mengenyam pendidikan di bidang fisika dan berhasil meraih pekerjaan di bidang astronomi. Ia kelak terlibat dalam terciptanya aneka macam wahana luar angkasa seperti satelit Sputnik, kapsul luar angkasa Vokshod, dan lain sebagainya.

Konstantin pada akhirnya benar-benar pernah menjamah luar angkasa setelah pada bulan Oktober 1964, ia beserta 2 orang lainnya diluncurkan ke luar angkasa sambil menaiki Vokshod. Peristiwa tersebut sekaligus menjadi peristiwa pertama di mana ada penerbangan ke luar angkasa yang mengangkut lebih dari satu orang.

Tahun 1990, Konstantin pensiun dari lembaga antariksa Uni Soviet dan kemudian melanjutkan karirnya sebagai profesor. Ia meninggal dengan tenang pada tahun 2009.


Sumber :
https://listverse.com/2019/12/13/10-people-who-were-executed-and-lived-to-tell-the-tale/