Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hal Salah Kaprah Luar Angkasa yang Banyak Diyakini Orang-Orang Akibat Film

Anehdidunia.com - Luar angkasa sudah lama menarik perhatian manusia. Itulah sebabnya ada banyak film yang menggunakan luar angkasa sebagai setting utamanya. Namun seiring dengan kian banyaknya film bertema luar angkasa yang dibuat, semakin banyak pula salah kaprah yang muncul terkait luar angkasa karena penonton mengira kalau hal-hal yang muncul dalam film memang benar adanya. Berikut ini adalah contoh salah kaprah tersebut.

Ledakan di Luar Angkasa Tidak Terlihat Seperti Ledakan di Bumi

Ledakan di Luar Angkasa Tidak Terlihat Seperti Ledakan di Bumi
Ledakan di Luar Angkasa Tidak Terlihat Seperti Ledakan di Bumi via kompas.com

Rasanya ada yang kurang jika menyaksikan film action tanpa disertai adegan ledakan. Hal serupa juga berlaku untuk film bergenre action yang mengambil setting di luar angkasa. Di film-film seperti Star Trek dan Star Wars, melihat adegan pesawat meledak hingga hancur berkeping-keping sudah menjadi pemandangan yang yang lumrah.

Ledakan yang muncul di versi film sendiri menjadikan peristiwa ledakan di Bumi sebagai contohnya. Pasalnya dalam peristiwa ledakan sungguhan yang berlangsung di luar angkasa, ledakannya seharusnya tidak terlihat seperti itu.

Di Bumi, keberadaan udara dan gravitasi menjadi penyebab mengapa ledakan terlihat sedemikian rupa. Saat terjadi peristiwa ledakan, akan muncul kilatan cahaya yang mengembang ke arah luar karena udara berfungsi sebagai bahan bakar tambahan. Kemudian setelah beberapa lama, awan ledakan tersebut bakal nampak menurun ke bawah akibat tertarik oleh gravitasi.

Namun tidak demikian halnya dengan ledakan yang terjadi di luar angkasa. Ketiadaan udara dan gravitasi menjadi penyebabnya. Tidak adanya udara menyebabkan ledakan mengandalkan bahan bakar dari pesawat sebagai bahan bakar satu-satunya.

Ketika ledakan benar-benar terjadi, ledakannya akan terlihat seperti bola cahaya alih-alih gumpalan awal yang mengembang secara perlahan. Sesudah itu, serpihan ledakannya akan cenderung bergerak tanpa henti ke segala arah karena tidak ada gravitasi yang membatasi radius ledakan.

Lubang Hitam Tidak Selalu Menghisap Segala Benda

Lubang Hitam Tidak Selalu Menghisap Segala Benda
Lubang Hitam Tidak Selalu Menghisap Segala Benda via geeq.id

Lubang hitam kerap digambarkan sebagai benda angkasa yang amat berbahaya setiap kali muncul di film-film. Kemampuan lubang hitam dalam menghisap segala macam benda menjadi penyebabnya.

Saat ada pesawat yang berada terlalu dekat dengan lubang hitam, maka pesawat tersebut bakal ditelan bulat-bulat oleh lubang hitam dan tak pernah terlihat kembali. Bahkan cahaya saja bakal langsung terhisap saat menyorot lubang hitam.

Kendati lubang hitam memang memiliki kemampuan menghisap benda, lubang hitam yang muncul di film-film kekuatannya terkesan sudah dilebih-lebihkan supaya nampak lebih dramatis. Lubang hitam hanya bisa menghisap benda langit jika benda tersebut berada tepat di sebelahnya.

Jika benda langit tersebut berada cukup jauh dari lubang hitam, maka benda langit tersebut hanya akan sekedar mengorbit di sekeliling lubang hitam. Dengan kata lain, jika posisi Matahari di Tata Surya digantikan oleh lubang hitam, maka planet-planet yang ada di Tata Surya tidak akan sampai terhisap dan hanya akan berputar di sekeliling lubang hitam.

Di dunia nyata, ilmuwan menduga bahwa apa yang terdapat di tengah galaksi Bima Sakti aslinya adalah lubang hitam raksasa yang bernama Sagittarius A. Itulah sebabnya benda-benda langit yang ada di Bima Sakti nampak tertata dalam formasi spiral yang berputar.

Sabuk Asteroid Tidaklah Padat dan Berjubel

Sabuk Asteroid Tidaklah Padat dan Berjubel
Sabuk Asteroid Tidaklah Padat dan Berjubel via kumparan.com

Asteroid adalah sebutan untuk bongkahan batu raksasa yang melayang bebas di luar angkasa. Di Tata Surya, populasi asteroid terkonsentrasi di antara orbit Planet Mars dan Yupiter. Akibat banyaknya asteroid yang terdapat di lokasi tersebut, lokasi di antara orbit Planet Mars dan Yupiter kerap dijuluki sebagai “Sabuk Asteroid” (Asteroid Belt).

Sabuk Asteroid kadang-kadang juga muncul di film-film yang bersetting di luar angkasa. Di film-film yang dimaksud, Sabuk Asteroid kerap digambarkan sebagai kawasan yang amat berbahaya dan penuh dengan bongkahan batu yang melayang dalam posisi rapat satu sama lain. Sebagai akibatnya, pesawat yang memasuki Sabuk Asteroid harus pandai bermanuver dan menghindari setiap bongkahan batu yang berada di jalurnya.

Faktanya adalah Sabuk Asteroid yang muncul di film-film aslinya tidaklah sepadat Sabuk Asteroid yang ada di dunia nyata. Dalam Sabuk Asteroid yang sesungguhnya, asteroidnya memilik jarak yang amat berjauhan satu sama lain. Jadi ketika ada pesawat luar angkasa yang terbang melintasi Sabuk Asteroid, maka pesawat tersebut memiliki resiko tabrakan yang kecil.

Ilmuwan di dunia nyata diketahui sudah pernah menerbangkan wahana luar angkasa melintasi Sabuk Asteroid dengan selamat untuk mengamati planet-planet yang ada di sisi luar Tata Surya. Dalam satu kesempatan, ilmuwan bahkan pernah mendaratkan wahana ke permukaan asteroid untuk mengambil sampel batuan di permukaannya.

Matahari di Luar Angkasa Tidak Berwarna Kuning

Matahari di Luar Angkasa Tidak Berwarna Kuning
Matahari di Luar Angkasa Tidak Berwarna Kuning via bbc.com

Matahari adalah bintang yang letaknya paling dekat dengan Bumi. Jadi bukan hal yang aneh jika film-film bertema luar angkasa yang bersetting di Bumi juga kerap menampilkan Matahari.

Di film-film, Matahari digambarkan sebagai benda langit raksasa yang berwarna merah atau kuning dengan permukaan yang amat panas dan membara. Di film “Green Lantern” contohnya, ada adegan di mana karakter utamanya membunuh monster dengan cara melemparkannya ke permukaan Matahari.

Namun tahukah anda kalau di dunia nyata, Matahari sebenarnya tidak terlihat demikian saat dilihat dari luar angkasa? Saat dilihat dari Bumi, Matahari nampak berwarna demikian karena spektrum cahayanya dibelokkan oleh lapisan atmosfer Bumi.

Pada siang hari, Matahari nampak berwarna kuning. Namun pada pagi atau sore hari, Matahari nampak berubah warna menjadi merah karena sinar Matahari menempuh jarak yang lebih jauh.

Kalau dilihat dari luar angkasa, Matahari justru nampak berwarna putih terang. Ketiadaan atmosfer yang membelokkan spektrum cahaya Matahari menjadi penyebab mengapa Matahari yang dilihat dari luar angkasa nampak memiliki cahaya berwarna demikian.

Di Luar Angkasa, Tidak Ada Suara Sama Sekali

Di Luar Angkasa, Tidak Ada Suara Sama Sekali
Di Luar Angkasa, Tidak Ada Suara Sama Sekali via suara.com

Di film-film yang menampilkan adegan pertempuran di luar angkasa, melihat pesawat hancur dalam ledakan tentunya bukanlah pemandangan aneh. Saat terjadi peristiwa ledakan, maka ledakannya seringkali bakal turut dibarengi oleh suara ledakan yang keras.

Namun kalau di dunia nyata, pemandangan macam itu mustahil terjadi. Pasalnya di luar angkasa tidak ada udara. Karena tidak ada udara, maka tidak ada yang menghantarkan getaran suara. Sebagai akibatnya, ledakan yang terjadi di luar angkasa tidak akan menimbulkan suara. Tak peduli sekeras apapun ledakannya.

Karena hal itu pulalah, maka kita yang tinggal di Bumi melihat Matahari sebagai benda angkasa yang sunyi. Padahal dalam realitanya, di permukaan Matahari kerap terjadi ledakan. Ledakan tersebut berasal dari reaksi termonuklir yang berlangsung di Matahari.

Dalam stasiun luar angkasa, kita masih bisa mendengar suara yang dikeluarkan oleh para awaknya di dalam stasium. Pasalnya bagian dalam stasiun luar angkasa memang penuh dengan udara supaya penghuninya tidak mengalami masalah kekurangan oksigen.

Namun film tetaplah film alias karya fiksi. Jadi supaya filmnya bisa membuat penonton ikut hanyut dalam suasananya, tidak jarang pembuat film sengaja mengabaikan hal-hal yang berlaku di dunia nyata. Karena siapapun pasti bakal merasa cepat bosan jika harus menonton film yang penuh ledakan, tapi tidak ada suara yang mengiringinya sama sekali.

Sumber :
https://listverse.com/2019/08/13/10-space-myths-we-believe-because-of-movies/
https://en.wikipedia.org/wiki/Sagittarius_A*