Bukti Kehebatan Pelaut Nusantara di Masa Lampau
Anehdidunia.com - Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah laut yang amat luas. Karena wilayah Indonesia dipenuhi oleh lautan, masyarakat Indonesia pun sejak masa lampau memiliki keahlian di bidang kelautan. Berikut ini adalah contoh-contoh mengenai bagaimana maju dan hebatnya teknologi pelayaran bangsa Indonesia di masa lampau.
Nusantara Pernah Memiliki Kapal Perang yang Lebih Besar Dibandingkan Kapal Perang Eropa
Nusantara Pernah Memiliki Kapal Perang yang Lebih Besar Dibandingkan Kapal Perang Eropa via tinemu.com |
Malaka adalah semenanjung yang sekarang menjadi wilayah negara Malaysia. Di masa lampau, Malaka termasuk dalam jalur dagang yang amat ramai. Pasalnya Malaka berada di tengah-tengah jalur pelayaran antara Maluku dengan India dan Asia Barat.
Karena lokasinya tersebut, Malaka pun menjadi sumber perebutan oleh pihak-pihak yang ingin memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku. Bangsa Portugis atau Portugal adalah satu dari sekian banyak pihak tersebut. Tahun 1511, pasukan Portugis akhirnya berhasil menaklukkan Malaka.
Keberhasilan Portugis tersebut ternyata tidak bisa diterima oleh Demak, kerajaan Islam yang terletak di Pulau Jawa. Untuk mengusir Portugis dari Malaka, Demak pun mengirimkan pasukan berkekuatan 100 kapal perang ke Malaka. Pasukan Demak tersebut dipimpin oleh Adipati Unus.
Menurut catatan orang Portugis yang bernama Fernao Peres de Andrade, pasukan Portugis merasa begitu takjub saat melihat armada Demak. Pasalnya ada kapal Demak yang ukurannya begitu besar dan melebihi ukuran kapal perang Portugis.
Saking besarnya kapal Demak tersebut, kapal yang bersangkutan memerlukan waktu 3 tahun untuk dibuat. Kapal tersebut juga sangat sulit untuk ditenggelamkan karena dilindungi oleh 3 lapis baja.
Namun pasukan Portugis tidak mau kalah. Dengan bantuan meriam yang sudah dipasang pada benteng Malaka, pasukan Portugis mencoba menghentikan invasi armada Demak sekuat tenaga.
Usaha tersebut pada akhirnya membuahkan hasil. Adipati Unus tewas saat kapalnya mencoba berlabuh di pantai Malaka. Tewasnya Adipati Unus lantas membuat pasukan Demak terpaksa mundur ke Malaka.
Nelayan Sulawesi Pernah Berlayar Hingga ke Australia
Nelayan Sulawesi Pernah Berlayar Hingga ke Australia via nationalgeographic.grid.id |
Australia adalah benua terkecil di dunia. Benua yang dipenuhi oleh hewan-hewan berkantong tersebut lokasinya berada tepat di sebelah selatan Indonesia.
Dengan melihat lokasinya yang begitu dekat, mungkin ada sebagian dari anda yang bertanya-tanya. Pernahkah orang Nusantara berlayar hingga ke Australia?
Menurut catatan pelaut Matthew Flinder yang pernah berlayar ke sebelah utara Australia pada tahun 1803, ternyata orang Nusantara di masa lampau memang pernah berlayar hingga ke Australia. Orang Nusantara yang dimaksud oleh Flinder adalah kawanan pelaut yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Masih menurut Flinder, para pelaut tersebut kerap berlayar hingga ke Australia karena perairan sebelah utara Australia kaya akan teripang. Sesudah berhasil mengumpulkan teripang dalam jumlah yang cukup, mereka akan kembali ke Makassar.
Teripang menjadi komoditas yang banyak dicari oleh pelaut Makassar saat berada di Australia. Pasalnya teripang banyak dicari oleh para pedagang asal China. Teripang banyak digunakan oleh penduduk China sebagai bahan obat tradisional yang berharga mahal.
Selama berada di Australia, para pelaut Makassar juga giat menjalin kontak dengan suku Aborigin, penduduk asli Australia. Tidak jarang pelaut Makassar meminta bantuan orang Aborigin untuk mencarikan teripang di dasar laut.
Nenek Moyang Orang Madagaskar Berasal dari Indonesia
Nenek Moyang Orang Madagaskar Berasal dari Indonesia via netralnews.com |
Madagaskar adalah namadari suatu pulau sekaligus negara yang terletak di sebelah timur Benua Afrika. Jika Pulau Madagaskar terletak di sisi barat Samudera Hindia, maka Indonesia terletak jauh di sisi timur Samudera Hindia.
Karena letak keduanya yang berjauhan, maka Madagaskar dan Indonesia sepintas nampak tidak memiliki hubungan langsung. Padahal faktanya, nenek moyang Madagaskar aslinya merupakan orang keturunan Indonesia.
Menurut hasil penelitian yang dimuat di jurnal Proceedings of the Royal Society pada tahun 2012, para pelaut asal Indonesia diyakini bermigrasi ke Madagaskar sekitar 1.200 tahun yang lalu.
Dasar dari teori tersebut adalah berdasarkan tes DNA mitokondria yang dilakukan pada 266 orang Madagaskar dan 2.745 wanita Indonesia, ada kemiripan yang besar di antara keduanya. Tes DNA mitokondria biasanya dilakukan untuk mengetahui asal-usul keturunan suatu kaum.
Saat para pelaut Indonesia bermigrasi ke Madagaskar, mereka turut membawa budaya asal mereka di tempat tinggal barunya. Sebagai contoh, orang Indonesia dan Madagaskar sama-sama memiliki kultur menanam padi yang kuat. Penduduk Madagaskar yang tinggal di kawasan dataran tinggi juga memiliki kemiripan fisik dengan penduduk Indonesia
Berdasarkan temuan arkeologi, peninggalan-peninggalan seperti kapal dan peralatan logam yang ditemukan di Madagaskar juga menunjukkan kemiripan dengan yang ditemukan di Indonesia. Bahasa Madagaskar juga menunjukkan sejumlah kemiripan dengan bahasa yang digunakan oleh penduduk di tepi Sungai Barito, Kalimantan.
Kapal Majapahit Sudah Dilengkapi Dengan Meriam
Kapal Majapahit Sudah Dilengkapi Dengan Meriam via wikipedia.org |
Jika membayangkan persenjataan khas Nusantara di masa kerajaan Hindu-Buddha, maka mungkin anda hanya akan membayangkan kalau pasukan Nusantara di masa itu hanya dilengkapi dengan senjata tradisional macam tombak atau panah.
Kenyataannya, pasukan Nusantara di era Majapahit sudah dilengkapi dengan meriam. Cetbang adalah nama dari meriam tersebut. Selain dengan nama cetbang, meriam khas Majapahit tersebut juga dikenal dengan nama bedil serta warastra.
Berdasarkan bentuknya, cetbang bisa digolongkan menjadi 2 macam: cetbang bergaya timur dan cetbang bergaya barat. Cetbang bergaya timur diberi nama demikian karena bentuknya serupa dengan meriam yang ditinggalkan oleh pasukan Mongol di Pulau Jawa.
Cetbang bergaya timur biasanya dipasang di bagian sisi kapal. Untuk pelurunya, cetbang bergaya timur dilengkapi dengan peluru yang bentuknya menyerupai anak panah raksasa.
Cetbang bergaya barat pertama kali digunakan di Nusantara pada abad ke-15. Meriam ini konstruksi dasarnya terinspirasi dari meriam Turki Ottoman. Kemudian tidak seperti cetbang bergaya timur, cetbang bergaya barat menembakkan peluru yang bentuknya bulat.
Cetbang bergaya barat memiliki ukuran yang bervariasi. Meriam yang terkecil panjangnya hanya sekitar 60 cm dan bisa dipanggul oleh manusia, namun yang terbesar panjangnya bisa mencapai 2 meter lebih. Seperti halnya cetbang bergaya timur, cetbang bergaya barat juga bisa dipasang pada badan kapal.
Kapal Layar Pinisi Bisa Digunakan Untuk Mengelilingi Dunia
Kapal Layar Pinisi Bisa Digunakan Untuk Mengelilingi Dunia via suara.com |
Suku Makassar dan Bugis yang berasal dari Sulawesi Selatan dikenal sebagai suku yang mahir berlayar. Kapal layar pinisi menjadi contoh nyata mengenai bagaimana majunya teknologi masyarakat Sulawesi Selatan di bidang kelautan.
Karena pinisi memiliki ukuran yang besar dan dilengkapi dengan layar berjumlah banyak, pinisi pun bisa digunakan untuk pelayaran jarak jauh. Suku Makassar dan Bugis biasanya menggunakan kapal pinisi sebagai kapal barang.
Karena pinisi terbukti tangguh, kapal ini masih kerap digunakan hingga sekarang untuk mengangkut komoditas dari Sulawesi ke Pulau Jawa dan Kalimantan. Masih maraknya penggunaan pinisi sekaligus menunjukkan kalau kapal ini tetap bisa bertahan di tengah semakin meluasnya penggunaan kapal bertenaga mesin.
Bicara soal mesin, konstruksi kapal pinisi lantas menjadi sumber inspirasi untuk KRI Dewaruci, kapal layar terbesar di Indonesia. Kapal ini masih digunakan hingga sekarang oleh angkatan laut Indonesia sebagai kapal latih.
Supaya bisa berlayar dalam kondisi tidak berangin, KRI Dewaruci juga dilengkapi dengan mesin. Kapal ini pertama kali dibuat pada tahun 1952 dan memulai pelayaran perdananya pada tahun 1953.
KRI Dewaruci juga pernah melakukan pelayaran keliling dunia pada tahun 1964 dan 2012. Keberhasilan KRI Dewaruci melakukan pelayaran mengelilingi dunia sekaligus menjadi bukti kalau teknologi kapal layar khas orang-orang Sulawesi Selatan tetap tidak akan lekang oleh perkembangan zaman.
Berbanggalah!
Sumber :
https://jateng.inews.id/berita/kisah-kapal-tangguh-kerajaan-demak-yang-tak-mampu-ditembus-meriam-portugis/all
https://historia.id/kuno/articles/berburu-teripang-ke-negeri-kanguru-PzKO6/page/1
https://news.mongabay.com/2012/03/madagascar-originally-colonized-by-small-group-of-indonesians/amp/
https://en.wikipedia.org/wiki/Cetbang
https://en.wikipedia.org/wiki/Pinisi
https://id.wikipedia.org/wiki/KRI_Dewaruci