Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jelajahi Perkampungan Paling Unik Di Indonesia

Jika membicarakan tentang sesuatu yang unik, rasa-rasanya negri kita tercinta ini tak akan pernah kehabisan cerita. Selain karena Indonesia memang kaya akan beragam sumber daya alam. Negri kita ini juga memiliki berbagai kebudayaan dan juga keunikan yang tak dimiliki oleh negara-negara lain. Salah satunya adalah perkampungan unik yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia mulai dari Sabang Hingga Merauke. Beberapa diantara kampung-kampung ini sudah ada sejak lama dan masih menjaga tradisi nenek moyang mereka hingga kini dan sebagianya lagi merupakan perkampungan baru yang di buat oleh sebuah komunitas maupun kelompok masyarakat tertentu. Beragam keunikan ini selain menjadi pembeda bagi kampung-kampung ini dengan kampung lainya juga sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Nah daripada berlama-lama lagi yuk kita intip beberapa perkampungan unik ini dalam artikel, Perkampungan Terunik Di Indonesia, versi anehdidunia.com


Kampung Teletubbies



Perkampungan unik yang pertama adalah kampung Teletubbies yang terletak di Dusun Ngelepen, Desa Suberharjo, Prambanan Jogjakarta. Di wilayah yang berada di jalur perbatasan antara Prmbanan dan piyungan ini, terdapat sebuah perkampungan unik yang mendapatkan julukan sebagai kampung teletubies. Bagi yang tak kenal dengan apa itu Teletubbies, teletubies merupakan sebuah acara anak-anak berisikan 4 boneka lucu berwarna-warni, yang sempat cukup populer pada awal tahun 2000an. Dalam acara yang sempat ditayangankan oleh salah stasiun Tv Nasional ini, selain terdapat 4 tokoh utamanya yaitu Tinky Winky, Dipsi, Lala dan Po, juga terdapat sebuah rumah berbentuk bulat yang menjadi ciri khas dari acara ini. Rumah macam inilah yang akan kalian temui saat berkunjung ke Dusun Ngelepen, karena di dusun ini terdapat sebuah perkampungan yang semua rumahnya berbentuk bulat persis seperti apa yang ada di dalam acara Teletubbies. Karena itulah kampung ini kemudian sering disebut sebagai kampung Teletubbies.

Keberadaan rumah-rumah unik ini tentu bukan tanpa alasan, karena rumah yang sebenarnya bernama Dome House atau Rumah Kubah ini, dibangun oleh sebuah Lembaga Masyarakat Non-Pemerintah dan Domes for The World Foundation sebagai bantuan bagi warga Ngelepen, yang rumahnya telah rata dengan tanah menyusul gempa besar yang melanda wilayah Jogjakarta paada tahun 2006 yang silam. Perkampungan ini sendiri baru selesai dibangun pada bulan April 2007 dan secara resmi diserahkan pada warga Ngelepen dalam peresmian yang dihadiri oleh Menteri Pemukiman Hidup, Prof. Dr. Alwi Sihab pada 39 April 2007 yang sekaligus merubah nama kompleks Perkampungan baru ini dengan nama New Ngelepen atau kini lebih di kenal dengan Kampung Teletubbies.


Kampung Pasir



Perkampungan unik berikutnya berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur, tepatnya di wilayah Sumenep. Di wilayah ini terdapat setidaknya tiga Desa yang di kenal sebagai Kampung Pasir yaitu Desa Dapenda, Desa Leggung Timur, dan Desa Leggung Barat. Di ketiga desa ini hampir seluruh warganya menghabiskan seluruh aktivitas harian merekadi atas pasir. Bagi orang yang baru pertama kali berkunjung ke daerah ini pasti akan sedikit heran karena di setiap rumah yang ada di perkampungan ini, hampir pasti di temukan tumpukan pasir baik itu di dalam rumah maupun halamanya. Tumpukan pasir ini oleh warga di jadikan sebagai alas tidur, tempat bermain anak bahkan hingga alasa memasak saat di dapur. Di rumah-rumah warga ini sebenarnya juga tersedia kasur seperti biasa yang terbuat dari bahan kapuk atau kapas, namun nyaris tak pernah digunakan karena mereka lebih memilih untuk tidur di atas pasir.

Kebiasan dari warga di tiga desa ini merupakan tradisi turun-temurun yang sudah berlangsung sangat lama. Warga mempercayai jika tidur diatas pasir, selain lebih nyaman juga baik untuk kesehatan. Sebagian besar pasir yang mereka gunakan sehari-hari diambil dari pantai Lombang, pasir di pantai ini terkenal memiliki kristal pasir yang sangat halus dan bahkan tak akan lengket di tubuh saat basah. Mereka mengaku tidur di atas pasir memberikan berbagai macam manfaat, contohnya tubuh akan terasa bila musim hujan, selain itu tidur di atas pasir juga dipercaya dapat menghilangakan rasa pegal-pegal di tubuh dan bahkan juga menyembuhkan penyakit asam urat dan lain-lain. Karena itu masyarakat di ke tiga desa yaitu Dapenda, Leggung Timur, dan Desa Leggung Barat, tak bisa melepaskan keseharian mereka dari pasir, hingga kadang ada pula yang memilih untuk melakukan persalinan di atas pasir. Karena itulah ketiga desa ini mendapatkan julukan sebagai Kampung Pasir. Sangking cintanya warga Kampung ini terhadap pasir saat mereka harus merantau ke luar, mereka bahkan akan membawa sekantong pasir untuk tetap membuat mereka merasa nyaman di tempat baru mereka.


Kampung Rambut Merah



Beralih ke wilayah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, tepatnya di Kecamatan Botomaru. Di wilayah ini terdapat sebuah perkampungan bernama Kampung Mawang, yang seluruh warga prianya menyemir rambut mereka menjadi merah menyala. Tapi meski mereka semua menyemir rambutnya, kampung ini bukanlah kampung preman ataupun kampung yang berisikan para residivis. Kampung Mawang merupakan sebuah perkampungan milik sebuah perkumpulan agama yang bernama Jamaah An Nasdsir. Selain menyemir rambut mereka perkumpulan yang cukup unik ini juga di kenal karena kostum mereka yang nyaris seragam yaitu menggunakan busana warna hitam. Menurut sejarahnya dulu kampung ini didirikan oleh seorang Uztad bernama Rangka, untuk mengakomodir para Jemaahnya yang merasa kurang nyaman hidup di luar. Maka di bentuklah sebuah perkampungan dengan rumah-rumah yang terbuat dari bambu dengan atap rumbia di atas lahan yang luasnya kurang lebih 8 Hektar. Di lahan ini pulalah Para Jamaah An Nadzir, menggantung kan hidup mereka dengan beternak Ikan Mas dan juga bertani. Sistem ekonomi di sini juga termasuk unik karena semua penghasilan dari beternak ikan dan juga bertani ini akan di kumpulkan dalam sebuah lembaga mirip koperasi yang di sebut baitul maal sebelum akhirnya di bagikan secara rata pada seluruh warga kampung mawang. Pada awal pembentukanya kampung ini sempat di curigai senbagai sarag ajaran agama yang menyinpang dan juga pelatihan bagi teroris namun setelah beberapa lama di intai oleh pihak Kepolisian, tak ditemukan indikasi yang mengarah pada tindakan teroris dan juga perilaku yang menjurus pada penyimpangan Agama. Sedangkan alasan warga (Pria) kampung ini menyemir rambut mereka dengan warna merah, adalah karena mereka ingin mengikuti jejak Nabi yang juga pernah menyemir rambutnya menjadi merah. Karena itu perkampungan ini sekarang sering disebut sebagai kampung rambut merah, akibat seluruh warga khususnya pria disini rambutnya berwarna merah.



Kampung Bule



Saat pertama mendengar kata Aceh yang pertama kali akan terbayang di benak kebayakan orang adalah sebuah wilayah yang sangat kental dengan nuasa Islami. Namun siapa sangka di jika di Provinsi yang berjuluk serambi mekah ini, terdapat sebuah perkampungan yang berisikan orang-orang yang berambut pirang dan bermata biru. Rambut pirang dan mata biru yang biasanya identik dengan ciri-ciri fisik orang dari benua Eropa, atau kita biasa menyebutnya Bule. Bisa kita temui dengan mudah di sebuah desa bernama Lamno, yang terletak di wilayah Aceh Barat. Namun jangan kira jika warga desa ini merupakan Bule-bule yang sedang berlibur di Aceh. Mereka sebenarnya adalah warga asli Aceh dan juga berbahasa Aceh. Hanya saja ciri-ciri fisik mereka memang agak berbeda dan mirip dengan orang Eropa, karena ciri-ciri fisik ini pula wanita dari Desa Lamno menjadi primadona bagi para pemuda Aceh, karena dianggap sangat cantik terlebih dengan mata mereka yang berwarna biru.


Menurut cerita warga Lamno ada dua versi ceritta tentang asal muasal penyebab kebanyakan warga Lamno memiliki iri fisik layaknya orang Eropa. Salah satu kisah menyebutkan juka pada zaman dulu masyarakat Kerajaan Daya yang merupakan nenek moyang dari warga Lamno, pernah menyelamatkan sekelompok orang Portugis yang terdampar di perairan Lamno. Setelah diselamatkan orang-orang ini kemudian memilih untuk tak pulang ke Portugis dan menetap di Lamno. Setelah itu orang-orang ini mulai belajar budaya lokal dan menikah dengan gadis-gadis asal Lamno. Hingga akhirnya melahirkan keturunan-keturunan dengan ciri fisik seperti bule yang kini mendiami Desa Lamno. Sedangkan versi lain menyebutkan jika orang Portugis dulu datang untuk menjajah Aceh pada tahun 1519, dan sebagian diantaranya menikah warga Lamno. Sayangnya jumlah suku Daya yang mendiami Lamno kini tinggal sedikit menyusul bencana Tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004 yang lalu. Akibat bencana Yang telah merenggut tak kurang dari 100.000 nyawa ini, jumlah dari suku Daya, Lamno, juga menurun drastis dan kini bahkan hanya tersisa sedikit saja di Desa Lamno.


Kampung Korea



Gelombang K-pop atau yang biasa di sebut sebagai Hallyu kini tengah melanda seluruh dunia, termasuk diantaranya Indonesia. Dari mulai drama, lagu, girlband, Boyband hingga acara Tv dari negri ginseng ini selalu laris manis dan banyak digemari. Bahkan sangking sukanya dengan kebudayaan Korea, banyak remaja yang rela bersusah payah mempelajari bahasa korea. Tapi yang tak banyak di ketahui adalah, bahwa di salah satu daerah di Sulawesi Tenggara terdapat sebuah Etnis bernama Cia-Cia yang memiliki bahasa daerah yang yang mirip sekali dengan bahasa Korea. Tak hanya sampai disitu di desa Karya Baru tempat etnis ini bermukim nama jalannya bahkan juga menggunakan akasara Hangeul (huruf Korea), selain itu di desa yang terletak di pulau Bau-Bau, kepualaun Buton ini juga terdapat banyak peninggalan tradisional Etnis Cia-cia yang mirip sekali dengan benda-benda dari Korea, seperti contohnya lampu lampion.

Hebatnya lagi selain bahasa Korea, di pulau Bau Bau juga terdapat setidaknya lebih dari 90 bahasa lain. Keunikan Inilah yang membuat seorang Profesor asal Korea tertarik pada Pulau Bau Bau Khusuhnya Etnis Cia-Cia. Para antropolog asal Korea kemudian mulai meneliti kenapa terdatap kemiripan antara basaha Cia-Cia dan bahasa Korea. Kedatangan orang-orang dari Korea ini cukup memberi dampak positif, karena kini bahasa Cia-Cia yang awalnya sudah mulai dilupakan oleh warga di pulau Bau Bau kini mulai terdengar lagi. Saat ini jika kita berkunjung ke Desa Karya Baru atau yang sekarang lebih di kenal sebagai Kampung Korea, kita akan mudah menemui anak-anak yang telah fasih berbahasa Korea. Hal ini disebabkan karena dulu pernah ada guru bahasa dari Korea yang datang khusus untuk mengajarkan bahasa Korea pada anak Cia-Cia. Namun belakangan guru-guru asal Korea tersebut telah digantikan oleh guru asli asal Cia-Cia yang telah mendapatkan pelatihan di Korea. Sedangkan untuk asal-usul dari akulturisasai budaya warga Pulau Bau Bau yang memiliki keidentikan dengan budaya Korea ini diduga bermula dari bermigrasiinya beberapa orang asal Korea ke pulau Bau Bau dan bermukim disini, jauh sebelum Indonesia terbentuk.

Sahabat anehdidunia.com itulah beberapa perkampungan unik yang mungkin hanya bisa kita temui di Indonesia. Hal ini sekaligus membuktikan kalau negeri kita memang sangat kaya. Jadi dari pada pergi jauh-jauh ke luar negeri hanya untuk mencari hal yang unik, tak ada salahnya jika kita berkeliling Indonesia yang juga masih menyimpan beragam keunikan.

Referensi:
http://www.telusurindonesia.com/yukk-berwisata-ke-desa-teletubbies-di-prambanan.html
http://suramaduadventuretrip.com/2016/03/07/uniknya-kasur-pasir-dari-desa-legung-sumenep/
http://nusantaraislam.blogspot.co.id/2011/11/menengok-perkampungan-jamaah-nadzir-di.html
http://titiw.com/2014/11/12/kampung-korea-cia-cia-sulawesi-tenggara/
http://dayahguci.blogspot.co.id/2016/02/desa-unik-di-aceh-yang-terkenal.html