Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi Kejam Wanita Yang Tidak Cocok Jaman Sekarang

Berbicara mengenai tradisi, di era yang modern ini masih saja kita temui beberapa suku pedalaman yang tinggal bersama adat istiadat yang masih dipegang erat oleh mereka. Tujuan mereka tak lain hanyalah ingin melestarikan apa yang telah menjadi tradisi dan warisan dari leluhur mereka. Namun ternyata, ada tradisi yang dilakukan dan menurut pandangan orang lain yang melihat, hal tersebut dianggap sebagai hal yang kejam.

Meskipun begitu, tidak ada yang berusaha untuk mengubah atau membuatnya menjadi lebih ringan dan tidak menjadi kejam. Apalagi, tradisi kejam yang dilakukan hanya diberlakukan untuk wanita. Pasti sangatlah berat, namun semua wanita wajib untuk menjalani tradisi tersebut. Semua dilakukan dengan alasan untuk kebaikan anggota dari suku yang menerapkan tradisi tersebut. Berikut ini akan dijelaskan tradisi apa saja yang dianggap kejam di dunia yang diperuntukkan bagi wanita suku pedalaman versi anehdidunia.com.


Khitan Pada Wanita



Khitan yang diberlakukan untuk wanita tentunya menjadi hal yang aneh dan tidak biasa bagi sebagian besar masyarakat di dunia. Bagaimana tidak, khitan pada umumnya hanya dilakukan oleh pihak pria. Namun Suku Sabiny di Uganda, menerapkan tradisi khitan untuk wanita dengan memotong sebagian, atau bahkan seluruh bagian dari klitoris yang terdapat pada alat kelamin wanita tersebut tanpa diberi obat bius dan juga tanpa adanya sterilisasi pada alat yang digunakan untuk mengkhitan. Tujuan dari tradisi khitan wanita ini adalah, agar para wanita di Suku Sabiny ini tidak lagi memiliki nafsu yang tinggi kepada lawan jenisnya, sehingga mereka bisa menjadi setia pada pasangan. Ada kepercayaan bahwa ketika seorang wanita dapat menahan rasa sakit saat ia sedang di khitan, berarti ia akan dapat menahan rasa sakit saat melahirkan nantinya.


Setrika Payudara



Di Negara Bagian Afrika Barat, tepatnya di Kamerun ini menerapkan tradisi yang juga sadis bagi wanita yang tinggal di suku pedalamannya. Tradisi tersebut adalah setrika payudara bagi wanita yang masih mengalami masa pubertas, dan rata-rata masih berusia 9 sampai 10 tahun. Caranya pun sangatlah sadis dan menyakitkan, dan dilakukan oleh sang Ibu. Alat yang digunakan adalah kayu, logam, batu, atau palu yang telah dipanaskan, lalu kemudian dada dari anak tersebut disetrika dan kemudian dadanya diikat dengan rapat menggunakan korslet. Tujuan mereka melakukan tradisi ini adalah agar anak-anak perempuan mereka terhindar dari bahaya. Karena mereka percaya bahwa payudara yang besar yang dimiliki oleh seorang wanita akan menarik perhatian pria dan memancing nafsu mereka. Maka dari itu, dada anak perempuan mereka diratakan agar tidak menarik di mata pria untuk digoda atau dilecehkan, kecuali saat mereka menikah nanti. Namun tradisi ini mulai menimbulkan banyak tanggapan karena dianggap dapat mengganggu kesehatan dari wanita-wanita yang ada di Kamerun. Apalagi, tradisi tersebut dilakukan tanpa adanya pertimbangan medis.


Tradisi Kaki Lotus di China



Tradisi Kaki Lotus diperkirakan telah ada di China sejak zaman Dinasti Xia, meskipun asal-usul dari awal praktiknya tidak diketahui dengan jelas. Di masa abad ke 10 dan 11, Kaki Lotus ini menjadi sebuah tradisi yang unik namun menyakitkan bagi para wanita. Bagaimana tidak, tradisi ini dilakukan dengan cara mengikat kaki mereka. Yang diikat adalah keempat jari, kecuali jempol, ke bawah telapak kaki dengan menggunakan kain panjang yang kemudian dijahit untuk mencegah keempat jari yang diikat tadi tumbuh dan akan memengaruhi pertumbuhan telapak kaki. Wanita di China pada masa itu percaya, mereka yang memiliki Kaki Lotus dianggap sebagai wanita yang memiliki sifat yang lembut, sensual, dan feminim. Walaupun, untuk mendapatkan Kaki Lotus, mereka harus membuat ukuran kaki mereka menjadi 3 inci, dengan mematahkan tulang di telapak kaki mereka. Mereka meremuk paksa tulang di kaki mereka dan menyusunnya kembali dengan menggunakan sepatu yang berukuran pendek. Sangat menyakitkan, dan tak sedikit yang mengalami infeksi dan gangguan kesehatan seumur hidup mereka, bahkan bisa menyebabkan kematian saat mereka berusaha untuk memasukkan kaki mereka yang sudah patah ke dalam sepatu. Untuk menyembuhkan kaki mereka dan bisa berjalan kembali, para wanita di China yang melakukan praktik tersebut membutuhkan waktu kurang lebih 6 bulan.


Dikubur di Dalam Pasir Panas



Suku pedalaman Luiseno di  California bagian selatan menerapkan tradisi yang hanya dilakukan oleh wanita. Pada tradisi ini, para wanita akan dikubur secara hidup-hidup di dalam pasir yang panas. Mereka menganggap ritual ini bertujuan untuk proses para wanita memasuki ritual kedewasaan mereka. Namun tidak semua wanita yang akan melakukan ritual ini, melainkan bagi para wanita yang sedang mengalami haid untuk pertama kalinya. Para keluarga dan ketua suku pun akan menyambutnya dengan bahagia, serta menyiapkan segala persiapan yang akan dilakukan saat ritual penguburan di dalam pasir dilakukan. Padahal, pasir yang terdapat di pantai California bisa dibilang cukup panas dan tandus. Sehingga bisa dibayangkan betapa sakitnya wanita yang dikubur di dalam pasir tersebut. Meskipun begitu tersiksa, rasa sakit yang mereka rasakan akan membuat mereka menjadi wanita yang tangguh setelah menjalani tradisi tersebut. Mereka akan diberi wejangan dan telah dianggap menjadi wanita dewasa yang siap dilamar oleh seorang pria dan menjalani proses pernikahan untuk kemudian menjadi seorang istri.


Leher Panjang Simbol Kecantikan Bagi Wanita



Di Suku Kayan yang terdapat di Myanmar, ada tradisi yang unik yang dilakukan oleh para wanita disana sebagai simbol dari kecantikan mereka. Sejak usia 2 sampai 5 tahun, para wanita di Suku Kayan sudah mulai memanjangkan leher menggunakan gelang atau mereka menyebutnya kumparan yang terbuat dari kuningan secara bertahap. Jumlah kumparan akan bertambah seiring bertambahnya usia mereka. Bagi mereka, wanita yang memiliki leher yang semakin panjang, menunjukkan kecantikan mereka. Bahkan, mereka justru berlomba-lomba untuk saling memanjangkan leher mereka. Padahal, kumparan yang mereka gunakan itu berat. 10 set kumparan beratnya bisa mencapai 10 kilogram. Jadi bisa dibayangkan bagaimana rasanya wanita membawa beban yang berat di lehernya yang dapat membatasi gerak para wanita di Suku Kayan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Apalagi, kumparan yang mereka gunakan juga menyebabkan gesekan pada kulit mereka. Namun sebenarnya yang bertambah panjang bukanlah leher mereka, melainkan tulang badan yang terdorong ke bawah, karena tulang selangka pemakai gelang tersebut terdorong ke bawah dan mengakibatkan pembengkokan pada tulang rusuk mereka.

Sahabatanehdidunia.com demikianlah beberapa penjelasan mengenai tradisi yang bisa dianggap cukup sadis dan kejam bagi kaum wanita di beberapa suku pedalaman. Bagaimana tidak, para wanita yang wajib menjalani tradisi tersebut harus merasakan sakit yang cukup hebat dan bahkan bisa sampai mengganggu kesehatannya, atau menyebabkan kematian. Namun bagaimanapun, para wanita di suku pedalaman tetap menjalani tradisi tersebut sebagai bentuk penghormatan mereka atas tradisi yang sudah diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur mereka, meskipun harus menyiksa diri mereka. Yang terpenting bagi mereka adalah tujuan dari tradisi yang dilakukan.

Sumber Referensi:
http://www.banyakbaca.com/3-negara-dengan-tradisi-paling-sadis-untuk-wanita-pedalaman
http://segiempat.com/aneh-unik/unik/tradisi-kejam-terhadap-wanita/