Kisah Tragis Di Balik Foto Terkenal Ternyata Menyimpan Sesuatu
Foto merupakan hal yang sudah tidak asing lagi ditemui di dunia modern ini. Bahkan, dalam perkembangannya muncul beberapa tren baru tentang pengambilan foto profesional, seperti selfie dan lainnya yang sudah menjadi hal yang umum ditemukan di kalangan social media. Namun, pernahkah kalian mengetahui tentang kisah nyata yang terjadi dibalik sebuah foto ? mungkin sekilas, foto-foto ini tampak biasa saja, layaknya foto-foto lain pada umumnya. Tetapi justru mengandung kisah yang sadis dan tragis atau bahkan menjadi foto terakhir dari subjek di dalam foto-foto tersebut.
The Fredericksburg Ice House
Jika sekilas, penampilan foto ini hanya seperti pemandangan pedesaan dari abad ke-19. Namun, ada kisah menarik dibalik foto ini, pemandangan yang terlihat di foto ini adalah suasana medan perang Fredericksburg yang terkenal selama perang sipil AS berlangsung. Ya, tempat ini menjadi tempat tewasnya ribuan tentara Union pada saat perang. Setelah perang terjadi, pasukan Union yang tersisa terburu-buru untuk mencari tempat menguburkan rekan-rekan mereka yang tewas selama gencatan senjata.
Perang yang berlangsung saat musim dingin menjadi faktor utama mengapa penggalian tempat kubur sangat susah, karena tanah yang membeku dan para penggali kubur juga butuh tenaga ekstra agar tidak kelelahan. Akhirnya mereka menemukan gudang es kosong yang ditinggalkan pemiliknya sejak lama, tempat itu akhirnya digunakan untuk menguburkan para tentara yang tewas. Dengan upacara kecil, proses pemakaman pun dilaksanakan dengan hanya membuang jenazah tanpa dikubur. Beberapa sumber menceritakan bagaimana proses pemakamam tentara-tentara tersebut.
Para tentara yang masih hidup menyeret mayat rekan mereka ke lubang rumah es tersebut, lubang yang dibuat sedalam 5 meter, kemudian mayat dilemparkan ke dalam lubang dengan bagian kaki yang terlebih dahulu dimasukkan. Sahabat anehdidunia.com beberapa mayat ada juga yang sudah tidak berbentuk, seperti kepalanya terplintir ke belakang, isi perut hancur, atau bahkan bagian tangan dan kaki yang putus. Ratusan jenazah yang dilempar ke dalam lubang itu menjadi tontonan mengerikan yang disajikan untuk khalayak ramai. Setelah itu, pasukan sisa mulai bergerak untuk menghadapi perang selanjutnya, para penduduk sekitar juga telah melarikan diri dari wilayah tersebut. Kota ini akhirnya menjadi kota hantu selama sisa perang. Foto ini dipotret setelah 2 tahun masa perang berakhir dan tidak tahu berapa banyak mayat yang membusuk di sana.
Potret Keluarga Lawson
Semua keluarga pasti memiliki foto keluarga masing-masing, selain untuk menjadi kenangan, foto keluarga juga dapat membeberkan sebuah kisah yang terurai di dalamnya, seperti pada foto keluarga Lawson ini. Untuk sekilas terlihat foto ini layaknya foto keluarga pada umumnya, tampil dengan pakaian yang rapi disertai wajah yang cantik dan tampan. Namun, jika kalian melihat sosok bapak di dalam foto ini dengan ekspresi yang datar dan terlihat melihat kearah yang berbeda, namanya adalah Charles Lawson yang sudah berencana untuk membunuh semua orang yang ada di foto tersebut.
Keluarga Lawson adalah keluarga miskin yang hidup mengandalkan kebun tembakaunya di daerah Carolina. Kemiskinan yang dihadapi keluarga ini sangat membebani pikiran Charles. Faktor lain yang menjad kegelisahannya adalah ia telah menghamili putrinya sendiri, Marie (baris belakang, nomor 2 dari kiri). Dan buruknya lagi, para tetangga sudah mengetahui hal tersebut, karena Marie dengan polosnya menceritakan aibnya ke tetangga terdekatnya. Seminggu sebelum perayaan Natal di tahun 1929, Charles akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah foto keluarga dan menghabiskan uangnya untuk membeli senapan dengan 12 slot beserta amunisinya.
Rencana pembunuhan pun dimulai, saat sore hari di hari Natal, Charles bersembunyi di gudang dengan senapan yang sudah dibelinya itu. Ia berbaring sambil menunggu putrinya, Carrie (baris depan, paling kanan) dan Maybell (baris depan, kedua dari kiri) saat sedang berjalan ke rumah paman mereka. Sahabat anehdidunia.com Charles menembak kedua putrinya itu lalu memukul mereka dengan ganggang pistol untuk memastikan bahwa mereka benar-benar sudah mati. Ia kemudian berjalan ke dalam rumahnya lalu menembak mati istrinya, Fannie (baris belakang, berdiri paling kanan) yang sedang duduk di teras rumahnya.
Suara ledakan senapan yang terdengar oleh Marie pun membuatnya penasaran dengan apa yang sedang terjadi, ketika mengetahui bahwa ibunya telah bersimbah darah di teras rumah, ia pun menjerit dan pada saat itu pula Charles menembak Marie dari belakang, Marie pun meninggal bersama dengan janin yang dikandungnya. Kedua putranya yang masih kecil, James (baris depan, paling kiri) dan Raymond (baris depan, kedua dari kanan) yang sudah mengetahui hal tersebut kemudian berlari untuk mencari perlindungan, tetapi Charles memburu mereka dengan alasan bermain petak umpet dan mereka berdua pun terbunuh dengan bekas tembakan di tubuh mereka. Korban terakhir adalah Mary Lou (bayi yang digendong Fannie), Charles menghabisinya tanpa perlu membuang amunisi. Satu-satunya yang selamat dari pembantaian keluarga ini adalah Arthur Lawson (baris belakang, paling kiri) yang saat itu sedang keluar rumah. Setelah membantai keluarganya, Charles kemudian bunuh diri di hutan dekat rumahnya.
Into The Wild
Pria dalam foto ini sekilar terlihat sangat tidak terurus namun juga terlihat nyaman dengan keadaannya, tampak dari senyumannya. Di belakangnya adalah bus Fairbanks yang sudah rusak dan tidak dapat dipakai lagi, menandakan bahwa lokasi tempat tersebut adalah di Alaska. Mungkin ketika pertama kali melihat foto tersebut, kalian berpikir bahwa orang di foto tersebut adalah penduduk asli tempat tersebut atau mungkin seorang turis yang sedang mengabadikan momen liburannya saja, tapi kenyataannya siapa sangka foto itu adalah foto terakhir sebelum akhirnya ia meninggal karena kelaparan. Sahabat anehdidunia.com namanya Christopher McCandless, seorang pendaki dan traveler Amerika yang cukup terkenal pada tahun 1990-an.
Kisahnya dijadikan sebuah buku sekaligus film yang berjudul Into the Wild. Ia terobsesi dengan seseorang yang bebas dan tidak ingin terbelenggu dengan keadaan masyarakat modern yang penuh dengan penindasan dan kemunafikan. Ia akhirnya berencana untuk hidup ke pedalaman Alaska pada musim semi tahun 1992 untuk menikmati kebebasannya, berkomunikasi dan menikmati indahnya alam semesta. Sayangnya, alam tidak selalu setuju dengan keputusan manusia, tanpa pelatihan dan persediaan yang memadi, Chris yang memang ingin menikmati masa-masa sendiri dengan alam harus bertahan hidup di tengah kehidupan alam liar seorang diri. Ia mencari beberapa tanaman yang dapat dimakan dan kadang-kadang berburu untuk mendapatkan jatah makanan dalam sehari.
Setelah 3 bulan ia bertahan di alam bebas seorang diri, ia merasa telah salah memilih bahan makanan dari tanaman yang menyebabkan ia menderita berbagai penyakit dan halusinasi yang memperparah kondisi fisiknya. Akhirnya ia mencoba untuk kembali ke peradaban masyarakat tetapi ternyata ia kehilangan jalan pulang karena jalan tersebut di blokir oleh pemerintah, dengan kondisi tubuh yang lemah, ia kembali tempat tinggalnya semula (di bus Fairbanks) dan tinggal disana sampai akhir hayatnya. 3 minggu kemudian, seorang pejalan kaki menemukan jasad Christoper yang sangat kurus, beratnya hanya mencapai 30 kilogram yang tergeletak di dalam bus. Selain itu, ditemukan juga beberapa gulungan film berwarna yang saat itu masih belum berkembang, dari mana foto tersebut diambil masih menjadi pertanyaan sampai saat ini.
Katmai National Park
Masih dalam lingkup tempat yang sama di Alaska, pada tahun 2003, sepasang kekasih memotret diri mereka dengan wajah tersenyum bahagia sembari duduk di atas pesawat amfibi untuk menikmati petualangan alam bebas. Nama pria di foto adalah Timothy Treadwell, seorang aktivis lingkungan yang sangat bersemangat untuk melakukan perjalanan ke Katmai National Park bersama kekasihnya, Amie Huguenard. Sahabat anehdidunia.com tujuan mereka mengunjungi tempat tersebut adalah untuk mendokumentasikan kehidupan beruang grizzly. Timothy dikenal sebagai penyanyang binatang buas, bahkan ia sempat menyatakan bahwa ia memiliki koneksi dengan binatang buas, seakan-akan dapat berkomunikasi dengan mereka, kisah Timothy ini mungkin lebih ekstrim daripada kisah Christopher McCandless yang ingin menjadi satu dengan alam.
Jika dalam kisah hidup Christopher, ia harus berburu untuk bertahan hidup, beda halnya dengan Timothy yang justru ingin hidup berdampingan dengan binatang buas yang ia temui dengan damai. Kunjungan sebelumnya telah meyakinkannya bahwa beruang akan menjadi terbiasa dengan kehadirannya, tidak menganggapnya sebagai sebuah ancaman dan akhirnya meninggalkannya seorang diri. Ternyata, teori yang dikemukakannya salah, alam sepertinya tidak berpihak kepadanya. Pada tanggal 6 Oktober tahun 2003, beberapa hari setelah foto ini diambil, tempat perkemahan Timothy dan Amie diserang oleh seekor beruang grizzly yang lapar. Mereka berdua tidak dapat bertahan hidup dengan keadaan tersebut, korban pertama adalah Timothy yang selanjutnya disusul oleh Amie, kemungkinan beruang ini melahap mereka hidup-hidup tanpa belas kasihan. Foto ini adalah foto terakhir yang ditemukan di tempat kejadian, bukan saja foto yang ditemukan, tetapi beberapa video yang terdengar suara jeritan dan tangisan sekarat dari keduanya.
Referensi
https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/northamerica/usa/1443788/Final-cries-of-couple-killed-by-bear.html
https://www.britannica.com/biography/Christopher-McCandless
https://www.news.com.au/news/secret-behind-photo-in-lawson-family-christmas-day-massacre-when-seven-people-died/news-story/080cd6dcee54a210d70098ca45dc3851