Kepala Tanpa Badan Ini Diduga Korban Praktik Perdagangan Gelap
Bulan Desember 2014, seorang pelajar sekolah menengah tengah berjalan-jalan di Mason Road, sebuah jalan di Pennsylvania, AS, yang tergolong jarang dilewati oleh orang-orang. Saat itulah ia menemukan sesuatu yang aneh nampak tergeletak di tanah lapang. Awalnya ia mengira kalau benda tersebut adalah organ tubuh rusa.
Saat ia mengamati lebih dekat benda tersebut, barulah ia menyadari kalau benda tersebut bukanlah bagian tubuh rusa, melainkan manusia! Benda tersebut ternyata adalah potongan kepala manusia. Merasa terkejut dan takut bukan kepalang, siswa tadi langsung berlari menuju rumahnya sebelum kemudian menghubungi pihak berwajib.
Polisi yang tiba di lokasi kemudian melakukan penyisiran dengan dibantu oleh anjing pelacak dan helikopter, namun mereka tidak berhasil menemukan keberadaan bagian-bagian tubuh yang lain. Mereka juga tidak berhasil menemukan orang yang mungkin menaruh kepala tadi. Polisi pun lantas mengalihkan penyelidikannya untuk mengidentifikasi pemilik kepala ini.
Berdasarkan pemeriksaan, pemilik kepala tersebut saat masih hidup diketahui berjenis kelamin wanita dan diperkirakan sudah berusia antara 50 hingga 60 tahun. Kepala tersebut nampak dalam kondisi masih baik karena sudah diawetkan. Polisi juga memperkirakan kalau orang yang memutilasi wanita ini adalah orang yang profesional karena bekas potongannya nampak begitu rapi.
Selain menduga kalau wanita ini adalah korban pembunuhan, polisi juga tidak menampik kemungkinan kalau bisa saja kepala ini aslinya diambil dari pemakaman atau dari sekolah kedokteran. Namun saat polisi melakukan penelusuran untuk menjajaki kemungkinan kedua, mereka tidak menemukan rumah duka ataupun pemakaman setempat yang mengalami kasus kehilangan mayat.
Polisi lantas menggunakan jasad kepala yang mereka temukan untuk membuat sketsa dan patung tanah liat yang menampilkan wajah almarhumah. Polisi berharap begitu skesta tadi dirilis, bakal ada orang yang mengenali identitas korban dan kemudian memberikan petunjuk pada polisi. Namun lagi-lagi upaya polisi tidak membuahkan hasil yang menggembirakan.
sketsa patung kepala korban |
Autopsi menyeluruh pun dilakukan pada kepala ini. Bukannya mendapat titik terang, polisi justru malah menemukan aneka keanehan baru. Wanita yang bersangkutan diketahui kerap menerima modifikasi pada giginya. Jika itu masih belum cukup aneh, polisi juga menemukan bola karet di dalam rongga mata korban.
Dugaan awal adalah korban merupakan korban perdagangan organ dan bola matanya tidak lagi ditemukan karena diambil oleh pedagang organ. Namun dalam kasus donor mata, pelaku harusnya cukup mengambil bagian kornea korban, bukan seluruh bagian bola mata. Lalu untuk apa juga pelaku harus repot-repot memasukkan bola karet di rongga mata korban?
Selain masalah mata, polisi juga menemukan kalau potongan tulang leher korban ada yang hilang. Dengan melihat begitu rapinya cara kerja pelaku berdasarkan kondisi kepala mayat ini berikut bekas potongannya, polisi pun menduga kalau korban adalah korban perdagangan organ ilegal.
“Saat kami mengangkat bagian belakang leher, kami menemukan kalau alasan (pembedahan di bagian tengkuk) adalah untuk mendapatkan akses menuju sendi penting yang menghubungkan kepala dengan ruas tulang punggung korban, sehingga nilai jual keduanya jadi lebih tinggi,” kata pakar anatomi dan forensik Michelle Vitali.
“Ini sama sekali tidak dilakukan dengan pisau dapur biasa atau semacamnya. Ini dilakukan secara cermat, dan ditempatkan dengan sempurna. (Wanita ini) dipotong-potong secara mahir. Ia pastinya adalah bagian dari perdagangan organ gelap,” tambahnya.
Polisi lantas menduga kalau pelaku mengambil bola mata korban supaya bisa dijual ke lembaga riset atau sekolah kedokteran. Untuk mendapatkan informasi lebih jauh terkait kasus ini, polisi lantas mencoba menyusup ke dalam aktivitas perdagangan organ ilegal. Mereka menyamar sebagai konsumen yang ingin membeli kepala manusia.
Secara terpisah, wartawan media Reuters yang bernama Brian Grow melakukan investigasi terpisah untuk mengetahui seberapa mudahkan mendapatkan potongan kepala manusia di pasar gelap. Dalam penyelidikannya, Brian bertemu dengan seorang perantara jual beli kepala manusia. Orang tersebut mengklaim kalau ia menjual kepala manusia dengan harga 300 dollar per potongnya. Brian kemudian membeli dua kepala, kemudian membandingkan kepala yang ia beli dengan foto kepala mayat wanita tadi.
Brian menemukan kalau kepala yang ia dapatkan memiliki kemiripan dengan foto kepala mayat wanita yang bersangkutan, sekaligus menguatkan dugaan kalau wanita tersebut adalah korban perdagangan organ. Namun dengan melihat kondisi kepala sang wanita yang berada dalam kondisi terawetkan, wanita yang bersangkutan mungkin bukan merupakan korban pembunuhan, tapi tubuhnya dicuri saat ia sudah meninggal.
Polisi sendiri masih tidak menutup kemungkinan kalau wanita yang bersangkutan adalah korban pembunuhan. Namun pengecekan yang dilakukan oleh polisi ke laporan orang hilang di 14 negara bagian berbeda gagal menemukan orang dengan ciri-ciri serupa. Polisi juga belum menerima masuknya laporan mayat tanpa kepala yang diharapkan bisa membantu memecahkan identitas wanita ini.
Tes DNA pada mayat kepala wanita ini juga tidak mungkin dilakukan. Pasalnya pengawetan yang dilakukan pada kepalanya menyebabkan DNA-nya mengalami kerusakan, sehingga rasanya percuma saja jika polisi mencoba melacak identitas asli wanita ini dengan cara mengambil DNA-nya dan membandingkannya dengan data yang dimiliki oleh pihak kepolisian. Pemeriksaan identitas memakai gigi korban juga gagal memberikan petunjuk yang bisa membantu mengungkap identitasnya.
Polisi lantas mencoba bekerja sama kerja sama kepada lembaga-lembaga kesehatan beserta pedagang organ legal. Namun begitu mudahnya organ-organ tubuh berpindah antar lembaga dengan pengawasan yang minim menyebabkan upaya polisi tersebut seolah tidak ada gunanya.
Lembaga-lembaga riset resmi lazimnya mendapatkan organ tubuh yang mereka perlukan dari donor. Saat sudah tidak diperlukan, masing-masing lembaga bisa menyumbangkan atau bahkan menjualnya ke pihak lain dengan mudah. Dikombinasikan dengan begitu banyaknya organ tubuh manusia yang berpindah tangan melalui proses ini, kian sulitlah polisi menemukan identitas asli wanita pemilik kepala ini.
Praktik peredaran organ tubuh legal tersebut pada gilirannya menimbulkan rasa frustrasi dari kalangan penegak hukum AS sendiri. “Selama dua setengah tahun berjibaku dengan benda (kepala) ini, namun tidak ada perkembangan apa-apa. Lama-lama saya bisa jadi gila. Saya sudah melakukan pekerjaan ini begitu lama. Saya tidak bakal punya petunjuk apa-apa jika potongan tubuh manusia seperti ini muncul lagi,” kata detektif Andrew Gall di tahun 2016.
Pada akhirnya, polisi dan publik pun hanya bisa menerka-nerka perihal apa yang terjadi pada wanita ini sebelum kepalanya ditemukan di tanah lapang. Siapa nama asli wanita ini? Bagaimana ia bisa meninggal? Apa dia meninggal akibat dibunuh atau sebab lain? Jika ia dibunuh, apakah orang yang memisahkan kepala dan badannya adalah orang yang sama? Kenapa tiba-tiba saja kepala wanita ini muncul begitu saja di tanah lapang?
Kasus ini pada gilirannya memunculkan ironi baru. Pasalnya nun jauh di tempat lain, sanak famili dari wanita pemilik kepala ini justru tidak tahu kalau jenazah orang yang mereka cintai harus berakhir dalam kondisi yang begitu mengenaskan. Kalaupun pelaku insiden ini tidak berhasil ditangkap, semoga saja identitas wanita ini pada akhirnya berhasil diungkap, supaya jenazahnya berakhir di tempat peristirahatan yang layak.
Sumber :
https://mysteriousuniverse.org/2017/11/the-bizarre-mystery-of-the-unidentified-human-head-from-nowhere/