Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Seram! Menara Tengkorak Aztec Pembantaian Ribuan Manusia

Bangsa Aztek dikenal sebagai bangsa yang amat ditakuti. Pasalnya suku bangsa yang dulunya mendiami kawasan Meksiko tersebut dikenal tidak segan-segan menumpahkan darah manusia. Bukan hanya dalam artian mereka tidak segan-segan membunuh orang di medan perang. Mereka juga diketahui kerap melakukan ritual pengorbanan manusia kepada dewa.

Ritual menakutkan tersebut pernah disaksikan sendiri oleh para conquistador atau penjelajah asal Spanyol saat mereka baru menginjakkan kakinya di Benua Amerika pada abad ke-16. Sesudah membunuh korban dengan cara mengeluarkan jantungnya, pendeta Aztek akan memenggal leher korban memakai belati yang terbuat dari batu obsidian, sejenis batu hasil pembekuan lahar gunung berapi.


Jika kepala dan badan korban sudah berada dalam kondisi terpisah, sang pendeta akan kemudian akan menguliti kepala korban hingga seluruh daging dan kulitnya sudah terkelupas. Sang pendeta kemudian akan membuat dua lubang di kedua sisi tengkorak dan memajangnya bersama dengan tengkorak-tengkorak lain di semacam pagar kayu (tzompantli). Mereka juga menimbun tengkorak-tengkorak yang kondisinya sudah melapuk dalam menara yang terbuat dari semen.

Tzompantli tadi didirikan di depan Templo Mayor, semacam piramida dengan 2 buah kuil di puncaknya. Jika kuil yang satu didedikasikan untuk dewa perang Huitzilopochtli, maka kuil yang satunya lagi didedikasikan untuk dewa hujan Tlaloc. Sementara tengkorak-tengkorak tadi melambangkan benih yang akan menjamin kelangsungan hidup umat manusia.

Di mata bangsa Spanyol, ritual yang dilakukan oleh bangsa Aztek ini dipandang sebagai ritual yang tidak berperikemanusiaan. Maka, ketika mereka akhirnya berhasil menaklukkan Tenochtitlan – kota pusat pemerintahan bangsa Aztek yang sekarang menjadi lokasi Mexico City – menara tengkorak beserta piramid kuil yang ada di belakangnya dihancurkan.

Para penjelajah Spanyol pada masa itu memang sempat mencatat dan mendokumentasikan kesaksian mereka mengenai keberadaan tzompantli. Namun hasil dokumentasi itu sendiri sempat diragukan karena para penjelajah Spanyol memiliki kebiasaan melebih-lebihkan kesadisan bangsa Aztek. Baru pada beberapa abad kemudian, para ahli akhirnya benar-benar yakin kalau tzompantli memang benar-benar ada.

Tahun 2015, tim arkeolog dari Institut Nasional Antropologi dan Sejarah (INAH) menemukan rak dan menara tengkorak di bawah bangunan katedral Mexico City. Sahabat anehdidunia.com berdasarkan perkiraan mereka, jumlah tengkorak yang menyusun rak dan menara tersebut mencapai ribuan. Arkeolog kini tengah mempelajari tengkorak-tengkorak tersebut untuk mengetahui identitas mereka di masa silam sebelum dijadikan korban ritual.

Berdasarkan hasil temuan mereka sejauh ini, tim arkeolog memperkirakan kalau tzompantli memiliki bentuk menyerupai kotak yang berjejer-jejer dengan tinggi 35 meter dan lebar 14 meter. Dengan membandingkan tzompantli yang mereka temukan dengan kompleks reruntuhan Templo Mayor, tzompantli ini diperkirakan dibangun antara tahun 1486 hingga 1502.


Selain tzompantli atau rak tengkorak, tim arkeolog juga menemukan menara yang terbuat dari timbunan tengkorak yang direkatkan memakai semen. Penggalian untuk menguak menara ini baru bisa dilakukan pada bulan Oktober 2016 hingga Juni 2017. Ada dua menara tengkorak yang ditemukan di dekat tzompantli. Pengukuran yang dilakukan menunjukkan kalau menara tengkorak ini memiliki diameter 5 meter dan tinggi setidaknya 1,7 meter.

Kendati tzompantli baru ditemukan pada tahun 2015, keberadaan reruntuhan Templo Mayor sendiri sudah diketahui sejak tahun 1970-an. Sahabat anehdidunia.com pada awalnya para pekerja yang sedang memasang kabel listrik tanpa sengaja menemukan patuna yang menampilkan dewi Aztek, Coyolxauhqui. Saat tim arkeolog dari INAH dipanggil untuk menyelidiki lokasi ini, mereka menemukan reruntuhan Templo Mayor.

Templo Mayor sendiri diketahui memiliki desain yang unik karena dibangun secara berlapis-lapis, layaknya kardus kecil yang dimasukkan dalam kardus besar. Oleh karena itulah, kendati para penjelajah Spanyol di masa silam mengklaim kalau mereka sudah menghancurkan piramida kuil ini, reruntuhan piramid ini tetap bisa ditemukan di masa modern. 

Templo Mayor sendiri diperkirakan dibangun dalam 7 fase berbeda dari tahun 1325 hingga 1521. Walaupun piramid ini sudah ditemukan, masih banyak peninggalan bangunan di sekitar piramid yang tetap terkubur dan baru ditemukan puluhan tahun kemudian. Tzompantli adalah contoh peninggalan tersebut.


Penemuan tzompantli dan menara tengkorak sekaligus menunjukkan kalau bangsa Aztek tidak segan-segan mengorbankan manusia dalam jumlah yang amat banyak untuk keperluan ritualnya. Di Amerika Tengah sendiri, praktik pengorbanan manusia diketahui bukan hanya dilakukan oleh suku Aztek, tetapi juga oleh suku-suku pribumi Amerika yang lain seperti suku Maya.

Secara terpisah, Vera Tiesler dari Universitas Otonomi Yukatan, Meksiko, memaparkan kalau dirinya juga pernah menemukan 6 buah tengkorak dengan lubang di kedua sisinya. Tengkorak-tengkorak tersebut ditemukan di reruntuhan kota Chichen Itza yang berjarak lebih dari 1.000 km dari kota Mexico City, kota tempat ditemukannya tzompantli ini.

Dengan melihat kondisi tengkorak yang ia teliti dan membandingkannya dengan tzompantli di Mexico City, Tiesler lantas menduga kalau tengkorak-tengkorak ini dulunya juga dipajang di tzompantli. Namun tidak seperti tengkorak-tengkorak di Tenochtitlan alias Mexico City, tengkorak di Chichen Itza ukuran dan bentuk lubangnya cenderung kurang teratur. 

Praktik pengorbanan manusia yang dilakukan oleh suku-suku Amerika Tengah erat kaitannya dengan kepercayaan yang mereka anut. Menurut pandangan mereka, para dewa perlu diberi makan manusia secara teratur. Jika tidak, matahari akan berhenti bersinar dan kehidupan di dunia akan musnah. Mereka juga menganggap kalau manusia yang menjadi korban ritual adalah sosok yang terhormat dan bakal mendapatkan tempat khusus seusai kematiannya kelak.

Selain faktor keagamaaan, praktik pengorbanan manusia juga memiliki motif politik. Menurut bioarkeolog John Verano dari Universitas Tulane, AS, Aztek pada masa itu merupakan kerajaan yang relatif muda namun sedang berkembang. Sahabat anehdidunia.com untuk menegaskan status mereka sebagai penguasa wilayah setempat, Aztek pun mengharuskan agar kampung-kampung di wilayah taklukannya mengirimkan sebagian penduduknya secara berkala supaya mereka kelak bisa dijadikan korban ritual.


Catatan dari penjelajah Spanyol juga menjelaskan kalau Aztek memiliki kebiasaan menjadikan tahanan perang sebagai korban ritual. “Pembunuhan tahanan perang, bahkan dalam konteks ritual, mengandung pesan politik yang jelas,” kata Verano. “Pengorbanan ini adalah cara untuk menunjukkan kekuatan dan pengaruh politik. Serta, kata sebagian orang, untuk mengontrol populasi pendudukmu sendiri.”

“Semakin kuat suatu kerajaan, maka semakin banyak pula korban yang bisa ia persembahkan,” tambah bioarkeolog Ximena Chavez Balderas yang sudah menghabiskan waktu selama bertahun-tahun untuk menyelidiki sisa-sisa korban ritual di kawasan Templo Mayor. Untuk keperluan penelitian lebih lanjut di laboratorium, tim arkeolog INAH sudah mengambil 180 potongan tengkorak dari menara.

Balderas mengaku tidak bisa menyembunyikan rasa takjub sekaligus ngerinya saat melihat bekas-bekas potongan pada tengkorak yang begitu rapi. “(Pendeta Aztek) memiliki pengetahuan yang luar biasa mengenai anatomi manusia, yang kemudian diturunkan dari generasi ke generasi,” paparnya.

Arkeolog Jorge Gomez Valdez yang memimpin tim arkeolog INAH menambahkan kalau berdasarkan hasil pemeriksaan pada sampel-sampel tengkorak, sebanyak 75 persen di antaranya adalah pria yang berusia antara 20 hingga 35 tahun. 

Selain orang dewasa, sebanyak 5 persen di antara tengkorak tersebut diketahui baru berusia anak-anak. Beragamnya jenis kelamin dan usia para korban ritual ini sekaligus membenarkan catatan para penjelajah Spanyol kalau selain mengorbankan tahanan perang, bangsa Aztek juga melakukan pengorbanan kepada budak yang dijual di pasar budak.

Sumber :
http://www.sciencemag.org/news/2018/06/feeding-gods-hundreds-skulls-reveal-massive-scale-human-sacrifice-aztec-capital