Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sadis Hewan Ini Menyimpan Telurnya Di Tempat Yang Tidak Lumrah

Bagi makhluk hidup, menghasilkan keturunan adalah bagian yang amat penting bagi siklus hidup hewan tersebut. Pasalnya dengan menghasilkan keturunan, ia bisa memastikan agar hewan-hewan sejenisnya tidak sampai mengalami kepunahan.  Namun menghasilkan keturunan saja seringkali tidaklah cukup. Pasalnya telur atau bayi hewan yang baru keluar langsung rentan menjadi sasaran hewan lain yang berukuran lebih besar. Oleh karena itulah, banyak hewan yang memiliki strategi khusus untuk menjaga keselamatan bayi-bayinya. Termasuk dengan cara yang paling ekstrim sekalipun.

Menyimpan Telur di Mulut

ikan nila simpan telur di Mulut

Nila merupakan ikan yang pastinya tidak asing bagi anda semua. Ikan air tawar ini sangat mudah ditemukan di kolam-kolam budidaya karena ikan ini memiliki daging yang enak dan metode pemeliharaan yang mudah. Ikan nila sendiri aslinya bukanlah ikan asli Indonesia, melainkan ikan asal Afrika yang sengaja diimpor ke Indonesia supaya bisa diternakkan.

Nila memiliki siklus berkembang biak yang unik. Pasalnya ikan ini memiliki kebiasaan menyimpan telur dan bayi di mulutnya. Jadi ketika sudah waktunya bagi nila untuk berkembang biak, nila betina akan mengeluarkan telur-telurnya ke dasar air. Pejantan kemudian melepaskan spermanya ke arah telur sehingga terjadilah pembuahan.

Nila betina kemudian memunguti telur-telur yang sudah dibuahi memakai mulutnya. Bukan untuk dimakan, melainkan untuk disimpan di dalam mulutnya. Selama betina mengerami telur dan bayi nila memakai mulutnya, nila betina akan berhenti makan untuk sementara waktu. 

Ketika telur nila sudah menetas dan berkembang menjadi anakan yang sudah bisa berenang, anak-anak nila tersebut akan mulai berenang keluar dari mulut induknya. Namun jika merasakan adanya bahaya, anak-anak nila akan masuk kembali ke dalam mulut induknya. 

Walaupun sepintas terlihat aman, teknik reproduksi ini sendiri bukanlah tanpa celah. Di habitat aslinya di Afrika, ikan nila memiliki musuh bernama ikan lele kedasih (Synodontis multipunctatus). Saat sudah waktunya berkembang biak, induk lele kedasih akan menyerang nila betina supaya telur-telur yang ada di mulutnya tersembur keluar.

Saat betina sedang memunguti telur-telur yang terlepas dari mulutnya, lele kedasih melepaskan telurnya sendiri ke arah kerumunan telur nila. Karena nila tidak bisa membedakan telurnya sendiri dengan telur lele kedasih, induk nila akan ikut memungut telur lele kedasih dan menyimpannya di dalam mulutnya.

Karena telur lele kedasih berkembang lebih cepat dibandingkan telur nila, bayi lele kedasih akan menetas terlebih dahulu. Telur dan bayi nila yang ada di dalam mulut induk nila selanjutnya akan dimakan oleh anak lele kedasih.

Menyimpan Telur di Dalam Lambung

Myobatrachidae

Mulut bukanlah satu-satunya bagian dari sistem pencernaan yang bisa dimanfaatkan untuk melindungi keturunan. Katak pengeram perut yang berasal dari famili Myobatrachidae memiliki metode yang lebih ekstrim lagi untuk memastikan keselamatan anak-anaknya. Dari namanya saja anda pasti sudah bisa mengira bagaimana cara katak ini melindungi anak-anaknya. Ya, katak ini memang menyimpan anak-anaknya di dalam lambung atau perut.

Teknik berkembang biak yang tidak lazim ini dimulai ketika katak betina mengeluarkan telur-telurnya ke dalam air. Sesudah itu betina akan memakan telur-telurnya tadi dan menyimpannya di dalam lambung. Seperti yang kita tahu, lambung menghasilkan enzim pencernaan supaya makanan yang ada di dalam lambung bisa dicerna dan diserap zat gizinya.

Dengan melihat hal tadi, maka secara teoritis telur-telur katak akan hancur begitu berada di dalam lambung. Namun dalam kenyataannya, hal tersebut tidak sampai terjadi karena telur-telur katak pengeram perut dilengkapi dengan lapisan lendir khusus. Berkat lendir tersebut, lambung induk katak akan berhenti menghasilkan enzim untuk sementara waktu. Berhentinya produksi enzim lambung secara otomatis juga membuat katak betina tidak bisa makan selama mengerami perutnya. 

Tidak semua telur yang masuk ke dalam lambung akan langsung berada dalam kondisi aman. Induk katak pengeram perut bisa menghasilkan telur hingga 40 butir, namun jumlah telur yang tetap selamat hingga proses pengeraman selesai biasanya hanya sekitar separuhnya. Sebanyak separuh telur yang lain diperkirakan gagal menetas atau berkembang karena keburu terkena enzim lambung dalam jumlah yang terlalu banyak.

Telur katak yang sukses bertahan hidup selanjutnya akan menetas menjadi berudu atau kecebong. Berudu tersebut kemudian akan bermetamorfosis menjadi anak katak yang bentuknya mirip katak dewasa, namun ukurannya lebih kecil. 

Saat anak-anak katak terus mengalami pertumbuhan, rongga perut betina juga ikut membesar. Sejak periode ini, induk katak juga hanya bisa bernapas memakai kulitnya karena paru-parunya tertindih oleh rongga perut. Sesudah kurang lebih 6 minggu, masa pengeraman selesai dan anak-anak katak akan berlompatan keluar dari mulut induknya.

Menyimpan Telur di Kulit Punggung


Pernahkah anda mendengar cerita hantu sundel bolong? Menurut cerita, sundel bolong aslinya adalah wanita yang meninggal dalam kondisi hamil. Wanita tersebut kemudian bangkit kembali menjadi hantu dengan punggung berlubang karena bayi yang dikandungnya menerobos keluar lewat punggung. Dan tahukah anda kalau di dunia binatang, ada hewan betina yang punggungnya juga berlubang?

Hewan tersebut adalah kodok Suriname (Pipa pipa). Kodok ini memiliki kebiasaan diam tak bergerak di dasar perairan supaya ia sulit ditemukan oleh hewan pemangsanya. Namun induk kodok Suriname bukan hanya peduli dengan keselamatan dirinya. Ia juga memiliki teknik khusus untuk memastikan kalau keturunannya tetap aman dari pantauan pemangsa.

Saat sudah waktunya untuk berkembang biak, kodok Suriname jantan dan betina akan melakukan perkawinan. Selama perkawinan terjadi, pejantan akan menempelkan telur-telur yang dikeluarkan oleh betina ke punggung betina. Ketika pejantan sudah pergi, kulit punggung betina akan bertumbuh dan menyelimuti telur-telur yang menempel di punggungnya. 

Telur tersebut selanjutnya akan menetas menjadi bayi katak di dalam lapisan punggung betina. Setelah anak kodok mencapai ukuran tertentu, ia akan merobek lapisan kulit punggung betina dari dalam dan berenang-renang keluar. Itulah sebabnya induk kodok Suriname terlihat memiliki punggung yang berlubang-lubang. Lubang tersebut adalah tempat di mana telur dan anak-anaknya disimpan.

Menyimpan Telur di Dalam Tubuh Hewan Lain


Dari sekian banyak hewan yang memiliki teknik masing-masing untuk menjaga keselamatan telurnya, tawon parasit bisa dibilang memiliki teknik menjaga keturunan yang paling ekstrim. Bagaimana tidak, alih-alih menyimpan telurnya di dalam sarang atau di dalam tubuhnya, tawon ini justru menyimpan telurnya di dalam tubuh hewan lain. 

Tawon parasit terdiri dari begitu banyak jenis. Oleh karena itulah, hewan yang menjadi tumpangan bagi tawon ini untuk menaruh telur-telurnya juga tak kalah beragam. Ada tawon yang menaruh telurnya di dalam tubuh ulat. Ada tawon yang menaruh telurnya di dalam tubuh laba-laba. Ada tawon yang menaruh telurnya di dalam selongsong telur serangga lain. Dan seterusnya.

Meskipun masing-masing jenis tawon memiliki hewan kesukaan yang berbeda-beda, teknik berkembang biak mereka pada dasarnya adalah sama. Setelah menemukan hewan favoritnya, induk tawon betina akan menaruh telurnya di dalam tubuh hewan tersebut dengan memakai sengatnya. 

Telur tersebut kemudian akan menetas menjadi larva yang memakan daging korbannya dari dalam sehingga hewan yang menjadi tumpangan secara berangsur-angsur akan sekarat dan mati, sementara larva tadi terus berkembang hingga akhirnya menjadi kepompong dan tawon dewasa.

Walaupun siklus hidup tawon parasit terlihat kejam dan menakutkan, tawon parasit ternyata memiliki manfaat bagi alam. Karena ulat kupu-kupu menjadi salah satu hewan yang paling sering diincar oleh induk tawon parasit, keberadaan tawon parasit membantu menjaga supaya jumlah ulat yang menjadi hama tanaman tidak terlampau banyak.

Sumber :
https://listverse.com/2019/01/14/10-weirdest-life-cycles-in-nature/