Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ritual Pemakaman Unik Penduduk Tradisional Kawasan Pasifik

Samudera Pasifik adalah samudera terbesar di dunia. Di samudera tersebut, terdapat begitu banyak pulau yang dihuni oleh manusia. Sebagai akibat dari lokasi antar pulau yang terpencar-pencar, penduduk tradisional di negara-negara Pasifik pun memiliki budaya khasnya yang berbeda satu sama lain. Hal tersebut juga berlaku untuk ritual pemakaman. Masing-masing suku di Pasifik memiliki ritual pemakaman uniknya sendiri-sendiri. Berikut ini adalah contoh dari ritual-ritual tersebut.

Pemakaman Suku Itneg

Pemakaman Suku Itneg

Itneg atau Tinguia adalah nama dari suatu suku pribumi asal Filipina. Suku ini memiliki ritual pemakaman yang begitu unik atau mungkin menakutkan bagi kalangan luar suku yang tidak terbiasa melihatnya. Saat anggota sukunya meninggal, suku Itneg akan memandikan mayatnya. Sesudah dimandikan, mayat tadi akan didandani dengan pakaian lengkap layaknya orang yang masih hidup dan dipindahkan ke kursi khusus.

Sepintas tidak ada yang aneh dari ritual pemakaman tersebut karena masyarakat Barat juga mengenal praktik mendadani mayat dengan pakaian sebelum dikebumikan. Namun ritual pemakaman suku Itneg masih belum berhenti sampai di sana.

Suku Itneg percaya bahwa orang yang sudah meninggal rentan diganggu oleh roh-roh jahat. Satu dari sekian banyak roh jahat tersebut adalah Kadongayan, roh yang konon bakal membelah mulut mayat dari satu kuping ke kuping lainnya. 

Untuk mencegahnya, usus babi akan digantungkan di luar rumah tempat menyimpan mayat hingga ritual pemakannya selesai. Sahabat anehdidunia.com suku Itneg juga akan mematahkan paruh ayam dan menggantungkan ayamnya di depan rumah sebagai peringatan tidak tertulis kalau Kadongayan akan bernasib seperti ayam tersebut jika ia sampai berani mengusik mayat.

Di bawah mayat, suku Itneg juga akan menaruh piring untuk menampung tetesan cairan dari mayat. Piring tersebut nantinya akan ditaruh di dalam makam bersama dengan mayatnya. Piring itu sendiri dimaksudkan sebagai persembahan kepada Ibwa, roh yang gemar mengkonsumsi cairan dari tubuh manusia.

Bukan hanya mayat yang menerima perlakuan khusus selama ritual pemakaman berlangsung. Jika anggota suku yang meninggal sudah menikah, maka suami atau istrinya yang masih hidup harus tidur di dalam kelambu supaya terlindung dari Akop, roh yang dipercaya bakal membawa kematian kepada seseorang yang pasangannya baru saja meninggal dunia.

Suku Itneg tidak menguburkan mayatnya di tempat pemakaman umum, tetapi di bawah rumah karena rumah dipercaya sebagai tempat yang paling aman dari gangguan roh-roh jahat. Selama pemakaman berlangsung, para pelayat akan dilumuri dengan darah dan minyak babi. Saat upacara pemakaman sudah selesai, suami atau istri dari orang yang meninggal harus tetap berkabung selama 3 bulan.

Pemakaman Suku Anga


Anga adalah nama dari suku tradisional yang hidup di kawasan terpencil Papua Nugini. Sebagai akibat dari lokasi tinggalnya yang terpencil, masih banyak yang belum diketahui khalayak luar dari suku ini. Tidak ada jarang ada laporan dan informasi yang bertentangan satu sama lain mengenai pola hidup suku Anga.

Meskipun begitu, para ilmuwan sepakat kalau suku Anga memiliki ritual pemakaman uniknya sendiri. Saat anggota suku Anga meninggal, mayatnya tidak dikuburkan di dalam tanah, melainkan diawetkan memakai garam dan dimasukkan ke dalam keranjang khusus yang ditopang oleh bambu.

Informasi mengenai ritual pemakaman suku Anga didukung oleh ditemukannya kerajang-keranjang mayat di pedalaman Papua Nugini. Sahabat anehdidunia.com menurut salah satu teori, ritual pemakaman ini merupakan hasil pengembangan dari ritual pada masa lampau di mana mayat yang hendak dimakamkan akan diasapi selama berbulan-bulan.

Suku Anga tidak lagi mempraktikkan ritual pemakaman keranjang sejak tahun 1949 menyusul datangnya para misionaris Kristen. Meskipun begitu, suku Anga tetap dipebolehkan memelihara keranjang-keranjang berisi mayat yang sudah lebih dulu dibuat.

Pemakaman Raja Tonga

Pemakaman Raja Tonga

Tonga adalah nama dari negara kepulauan kecil yang terletak di tengah-tengah Samudera Pasifik. Tonga juga merupakan satu-satunya negara di kawasan Pasifik bagian selatan yang masih memiliki raja pribuminya sendiri. Kerajaan yang memerintah Tonga diketahui sudah ada sejak lebih dari 1.000 tahun yang lampau.  

Meskipun Tonga sudah mengadopsi sistem monarki konstitusional supaya lebih mudah diterima dalam pergaulan internasional, masyarakat Tonga hingga sekarang masih memperlakukan rajanya bak orang suci. Pasalnya tidak sembarang orang diperbolehkan bersentuhan langsung dengan raja Tonga.

Hal tersebut juga berlaku saat raja Tongga meninggal dunia. Hanya orang-orang tertentu yang diperbolehkan mengurus mayat raja Tonga dan orang-orang tersebut dikenal dengan nama nima tapu (bahasa lokal untuk “tangan suci”). Saat para nima tapu sudah selesai mengurus mayat raja Tonga, mereka diharuskan menjalani masa berkabung yang tertutup dari publik.

Saat berkabung, para nima tapu bukan cuma harus menunjukkan perasaan duka, tetapi juga dilarang menggunakan tangan mereka. Masa berkabung ini berlangsung selama 100 hari. Supaya para nima tapu tetap bisa mengurus dirinya selama menjalani masa berkabung, ada pelayan yang bertugas memenuhi kebutuhan para nima tapu hingga masa berkabung usai.

Pemakaman Tradisional Fiji

suku Fiji

Fiji adalah negara kepulauan yang lokasinya berada di sebelah Tonga. Walaupun kecil, Fiji memiliki komposisi penduduk yang beragam. Beragamnya komposisi penduduk Fiji lantas berdampak pada beragamnya ritual pemakaman tradisional yang mengambil tempat di negara tersebut.

Salah satu ritual pemakaman tradisional yang berasal dari Fiji bisa dikatakan begitu ekstrim karena ritualnya juga melibatkan pembunuhan. Jadi, ketika suatu keluarga tidak mau lagi menangani salah satu anggota keluarganya, maka anggota keluarga tersebut akan dibunuh. Ia akan diberikan 2 pilihan untuk mengakhiri nyawanya : mati dengan dicekik oleh anaknya sendiri, atau mati akibat dikubur hidup-hidup.  

Dalam ritual pemakaman lain, jika seorang kepala suku meninggal, maka rakyat dari suku yang dipimpinnya akan menjalani masa berkabung selama 9 hari. Sahabat anehdidunia.com selama masa berkabung ini berlangsung, wanita akan mencambuki pria dengan cambuk yang dilapisi kulit kerang, sementara kaum prianya akan menembaki wanita dengan tanah liat.

Penduduk asli Fiji juga mengenal praktik menyakiti diri sendiri untuk menyongsong masa berkabung. Sebagai cara untuk menunjukkan rasa duka, mereka akan memotong kelingking atau jari kakinya sendiri. Dalam contoh yang lebih ekstrim, kaum wanita akan membakar dirinya sendiri.

Jika menurut anda menyakiti diri sendiri nampaknya belumlah apa-apa, penduduk Fiji juga mengenal praktik membunuh orang yang memiliki hubungan dekat dengan seseorang yang baru saja meninggal. Masyarakat Fiji percaya bahwa jika orang tersebut dibunuh, maka ia bisa kembali bersama dengan orang yang lebih dulu meninggal dunia. 

Masih berkaitan dengan keyakinan tersebut, seseorang dipercaya akan masuk ke alam kematian dalam kondisi yang sama dengan saat ia meninggal dunia. Sebagai contoh, jika seseorang semasa hidup memiliki cacat fisik, maka cacat fisik tersebut akan turut ia bawa ke alam kematian.

Atas pertimbangan itulah, masyarakat tradisional Fiji percaya bahwa praktik ini sebaiknya dilakukan saat orang yang bersangkutan masih berada dalam kondisi sehat. Namun sebagai akibat dari kemajuan zaman, ritual-ritual pemakaman tradisional di atas semakin jarang dipraktikkan oleh masyarakat Fiji sejak abad ke-20.

Sumber :
https://listverse.com/2016/03/20/10-strange-funeral-customs-from-around-the-world/