Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fakta Aokigahara, Hutan Ajang Bunuh Diri Di Jepang

Selamat Tahun Baru sahabat anehdidunia.com, ini adalah postingan diawal tahun 2020 semoga semua pembaca blog anehdidunia selalu dilindungi oleh Tuhan dan berhasil mencapai cita citanya. Okay lanjut, Jepang dikenal sebagai salah satu negara termaju dan termakmur di dunia. Namun kelebihan tersebut di sisi lain juga menimbulkan sisi gelap yang tidak diharapkan. Negara tersebut juga menyandang reputasi yang tak menyenangkan sebagai salah satu negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia. Tingginya tekanan dan standar hidup harian yang sangat tinggi di Jepang menjadi penyebab utamanya.

Hutan Aokigahara menjadi saksi bisu mengenai ironi tingginya angka bunuh diri di Jepang. Pasalnya ada banyak orang yang memilih untuk mengakhiri hidupnya di dalam hutan ini. Berikut adalah fakta-fakta menakutkan mengenai Hutan Aokigahara.

Aokigahara Terletak di Dekat Gunung Fuji

Aokigahara Terletak di Dekat Gunung Fuji

Bagi mereka yang baru pertama kali mengunjungi Hutan Aokigahara, maka hutan tersebut nampak tidak ada bedanya dengan hutan pada umumnya. Banyaknya pepohonan yang berdiri di hutan ini menyebabkan Aokigahara menjadi tempat yang terkesan rindang dan menyejukkan. 

Bagi para petualang, Aokigahara bisa menjadi jalan bagi untuk menuju Gunung Fuji sambil menikmati kerimbunan hutan di sepanjang jalan. Rombongan anak-anak sekolah Jepang terkadang juga menyambangi hutan ini supaya mereka bisa menuju gua es yang ada di sana.

Namun lepas dari semua hal tersebut, Aokigahara juga memiliki sisi kelamnya. Banyaknya pepohonan yang menjulang di hutan tersebut menyebabkan hutan ini terkesan gelap akibat sedikitnya cahaya matahari yang bisa mencapai lantai hutan. Dikombinasikan dengan nuansanya yang terkesan sunyi, mereka yang mudah khawatir dan tidak akrab dengan suasana hutan bakal senantiasa merasa gelisah.

Kesunyian yang menyelimuti Hutan Aokigahara sedikit banyak dipengaruhi oleh kondisi hutan itu sendiri. Sebagai akibat dari lokasinya yang berada di dekat Gunung Fuji, lantai hutan tersebut terbuat dari timbunan lahar dingin hasil akumulasi dari letusan-letusan terdahulu. 

Sebelum menjadi gunung yang tenang seperti sekarang, Gunung Fuji diketahui pernah meletus sebanyak 864 kali. Lahar yang keluar dari kawah tersebut sebagiannya ada yang kemudian menjadi penyusun lantai Hutan Aokigahara. Bebatuan yang ada di lantai hutan penuh dengan pori-pori kecil sehingga suara yang timbul di hutan ini akan langsung teredam.

Namun Hutan Aokigahara sendiri bukanlah hutan yang benar-benar sunyi. Suara gemerisik akibat ranting jatuh dan daun yang bergesekan merupakan suara yang cukup sering terdengar dari dalam hutan ini. Kemudian jika seseorang menghembuskan nafas, hembusannya konon bakal terdengar lebih keras.

Aokigahara Dulunya Konon Digunakan untuk Membuang Orang Tua

Aokigahara Dulunya Konon Digunakan untuk Membuang Orang Tua

Di masa kini, Aokigahara dikenal sebagai tempat di mana orang-orang kerap mengakhiri nyawanya sendiri. Namun reputasi angker yang dimiliki oleh Aokigahara ternyata sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu.

Menurut legenda, masyarakat Jepang pada masa lampau memiliki tradisi khusus yang dikenal sebagai ubasute. Ketika makanan semakin langka dan situasi menjadi kian tidak menguntungkan, maka keluarga Jepang pada masa tersebut akan membawa anggota keluarganya yang sudah tua ke kawasan terpencil.

Anggota keluarga yang sudah renta tersebut kemudian akan ditinggalkan di sana dan dibiarkan meninggal dalam kondisi sendirian. Hutan Aokigahara dipercaya menjadi salah satu tempat di mana tradisi macam itu jamak dilakukan.

Ilmuwan di masa kini sendiri tidak sepenuhnya kalau percaya kalau ubasute benar-benar pernah dilakukan secara luas oleh penduduk Jepang di masa lampau. Meskipun begitu, ubasute sendiri kemudian banyak dibahas dalam puisi dan karya sastra klasik Jepang.

Arwah dari korban ubasute yang meninggal di Aokigahara konon masih bergentayangan hingga sekarang dalam wujud hantu (yurei). Mereka diceritakan memendam amarah kepada orang-orang yang masih hidup karena saat mereka dulunya masih hidup, mereka justru dikucilkan dan dipaksa meninggal dalam kesendirian.

Popularitas Angker Aokigahara Dipicu oleh Novel

Seicho Matsumoto Kuro Jurai

Status Aokigahara sebagai tempat yang lazim digunakan oleh orang-orang untuk bunuh diri dipercaya mulai timbul sejak tahun 1960-an. Pada awalnya, novelis terkenal Seicho Matsumoto menulis hasil karyanya yang berjudul Kuro Jurai (Lautan Hitam Pepohonan). Di dalam novelnya, ada adegan di mana sepasang kekasih melakukan bunuh diri Hutan Aokigahara.

Perilisan novel tersebut lantas disebut-sebut menjadi penyebab mengapa sejak itu kian banyak mayat korban bunuh diri yang ditemukan di Aokigahara. Namun sebelum novel tadi dirilis, Aokigahara sebenarnya sudah lama digunakan sebaga tempat bunuh diri. Pada tahun 1950-an, para turis yang kebetulan melintasi Hutan Aokigahara mengaku kalau mereka pernah melihat mayat-mayat yang sudah membusuk di dalam hutan.

Sekitar 100 orang dilaporkan melakukan bunuh diri di Hutan Aokigahara setiap tahunnya. Banyaknya orang yang melakukan bunuh diri di Aokigahara lantas menjadikan hutan ini sebagai tempat yang paling sering dijadikan bunuh diri di seluruh dunia. 

Seiring dengan kian seringnya hutan tersebut menjadi tempat bunuh diri, sejak tahun 1970-an polisi dan relawan akan melakukan penyisiran secara berkala di hutan tersebut. Penyisiran yang mereka lakukan hampir tidak pernah berakhir dengan tangan kosong. Semakin lama, semakin banyak mayat yang ditemukan di dalam Hutan Aokigahara. Puncaknya adalah ketika pada tahun 2004, sebanyak 108 mayat manusia ditemukan di dalam hutan. 

Temuan di tahun tersebut sekaligus menjadi temuan mayat terbanyak dalam satu tahun di Hutan Aokigahara. Jumlah asli mayat yang ada di Aokigahara sendiri diperkirakan masih lebih tinggi karena tidak sedikit dari mayat-mayat tersebut yang tidak pernah ditemukan akibat tersembunyi di antara kerimbunan tanaman atau karena dimakan oleh hewan liar.

Ada Petugas yang Rutin Berpatroli di Hutan Aokigahara

Ada Petugas yang Rutin Berpatroli di Hutan Aokigahara

Untuk mencegah jumlah pelaku bunuh diri yang memasuki hutan tersebut kian bertambah, otoritas setempat pun memasang aneka tulisan seperti “tolong dipikirkan kembali” atau “ tolong pikirkan anak-anak anda, keluarga anda”. Harapannya sesudah membaca tulisan tersebut, mereka yang hendak melakukan bunuh diri akan membatalkan niatnya.

Petugas keamanan juga berpatroli di dalam hutan secara berkala. Jika berpapasan dengan orang yang hendak melakukan bunuh diri, petugas akan berbicara dengan orang tersebut dan mencoba meyakinkannya supaya tidak melanjutkan niatnya.

Upaya petugas sendiri sedikit banyak membuahkan hasil. Pada tahun 2010, ada 247 orang yang memasuki hutan tersebut dengan niat melakukan bunuh diri, namun hanya 54 di antaranya yang benar-benar berhasil mengakhiri nyawanya sendiri.

Bunuh diri dengan cara gantung diri di dahan pohon menjadi metode yang paling sering digunakan oleh pelaku bunuh diri di Aokigahara. Metode terbanyak kedua yang paling sering digunakan adalah dengan meminum obat-obatan hingga overdosis. 

Sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah Jepang berhenti merilis angka resmi mengenai jumlah korban bunuh diri di Aokigahara karena adanya kekhawatiran kalau mereka yang masih hidup bakal mengikuti jejak orang-orang yang sudah lebih dulu bunuh diri.

Seorang Youtuber Pernah Tersandung Kasus di Hutan Ini


Tidak semua orang berkunjung ke Hutan Aokigahara dengan maksud ingin mengakhiri nyawanya sendiri. Ada pula yang datang ke Hutan Aokigahara untuk tujuan wisata atau memenuhi rasa penasaran. Youtuber terkenal Logan Paul adalah salah satunya.

Paul sejak awal tahu akan reputasi angker yang dimiliki oleh Aokigahara sehingga ia sengaja membiarkan kamera perekamnya terus berada dalam kondisi menyala saat ia berjalan-jalan di dalam hutan. Sesampainya di dalam hutan, ia sempat menemukan mayat manusia dan merekamnya.

Namun bukan itu hal yang paling kontroversial. Saat berada di dalam hutan, ia terlihat sempat tertawa. Akibatnya begitu videonya diunggah ke internet, netizen beramai-ramai mengutuk dan mengecam Paul. Sadar akan kontroversi yang ditimbulkannya, Paul pun kemudian menghapus video rekamannya di Aokigahara dan merilis permintaan maaf.

referensi:
https://allthatsinteresting.com/suicide-forest-aokigahara