Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bertarung Tanpa Pakaian Fakta Mencengangkan Gladiator Wanita Romawi

Dalam sejarah Romawi, gladiator menjadi contoh mengenai bagaimana sadisnya atraksi hiburan masyarakat Romawi. Pasalnya tidak jarang peserta gladiator tewas di arena akibat diserang oleh gladiator lain maupun hewan buas yang menjadi lawannya. Namun tahukah anda kalau gladiator bukan hanya diikuti oleh kaum pria, tetapi juga oleh kaum wanita yang disebut Gladiatrix? Berikut ini adalah fakta-fakta menarik mengenai gladiator wanita di masa Romawi Kuno.

Gladiator Wanita Bertarung Sambil Bertelanjang Dada

Bertarung Gladiator Wanita

Gladiator pria lazimnya bertarung dengan bertelanjang dada. Jadi ketika kaum wanita mulai ikut serta dalam gladiator, mereka juga menerima perlakuan serupa. Yang berarti mereka juga bertarung sambil bertelanjang dada.  Sementara untuk bawahannya, gladiator wanita mengenakan kain yang bakal tersingkap dengan mudah saat ia bertarung.

Gladiator wanita juga dilengkapi dengan senjata dan perlengkapan pelindung. Pada bagian betisnya, ia akan mengenakan lapisan pelindung. Lalu pada salah satu tangannya, gladiator wanita akan memegang tameng. Sahabat anehdidunia.com selain untuk menangkis serangan lawan, tameng juga bisa digunakan untuk memukul dan mendesak mundur lawan. Gladiator wanita juga mengenakan helm untuk melindungi bagian kepalanya.

Senjata yang lazimnya digunakan oleh gladiator wanita saat bertarung adalah pedang. Ketika seorang gladiator wanita berhasil mengalahkan lawannya, ia akan melepas helmnya supaya penonton yang memadati Colosseum atau arena pertarungan bisa melihat sendiri seperti apakah wajah sang pemenang.

Pada awalnya tujuan wanita ikut dipertandingkan dalam pertarungan gladiator bukanlah untuk menyajikan pertarungan yang penuh darah, tetapi semata-mata untuk memberikan tontonan jenaka dan bersifat erotis kepada penonton yang umumnya adalah kaum pria. 

Itulah sebabnya gladiator wanita pada awalnya hanya dipertandingkan untuk melawan orang berpostur kerdil supaya penonton tertawa. Namun seiring berjalannya waktu, gladiator wanita kemudian mulai diadu untuk bertarung melawan gladiator wanita lainnya.

Gladiator Dijadikan Jalan Pintas oleh Kaum Wanita Supaya Bisa Mandiri

Gladiator Dijadikan Jalan Pintas oleh Kaum Wanita

Peserta gladiator bukan hanya berasal dari golongan budak dan tahanan. Banyak kaum pria bebas dari golongan menengah ke atas yang sengaja menjadi peserta gladiator supaya ia mendapatkan hadiah bernilai tinggi. Pemenang turnamen gladiator juga bakal mendapatkan popularitas tinggi dalam waktu yang singkat.

Atas alasan serupa, kaum wanita yang berasal dari golongan bebas kemudian mulai ikut serta dalam turnamen gladiator atas kemauan mereka sendiri. Harapannya adalah begitu ia berhasil memenangkan hadiah dari turnamen gladiator, ia bisa hidup mandiri dan tidak perlu lagi hidup di bawah kungkungan suami, ayah, atau pengasuhnya.

Aulus Cornelius Celsus adalah seorang pakar kesehatan Romawi Kuno yang pernah menulis soal gladiator wanita. Dalam tulisannya, Celsus mencela keberadaan gladiator wanita sambil memperingatkan kaum pria akan bahaya dari gladiator wanita yang tidak mau lagi diatur oleh suaminya.

Tulisan Celsus tersebut sekaligus menunjukkan kalau gladiator wanita merupakan bentuk pembangkangan kaum wanita terhadap struktur sosial pada masa itu yang menganggap kalau wanita harus senantiasa menurut pada pria. Celsus juga menggambarkan gladiator wanita sebagai sosok yang sama sekali tidak anggun dan bahkan menjurus cabul. 

Gladiator Wanita Memiliki Reputasi Rendah di Mata Masyarakat 

Gladiator Dijadikan Jalan Pintas oleh Kaum Wanita

Jika seorang pria dari golongan bebas berhasil memenangkan turnamen gladiator, maka ia sesudah itu akan melanjutkan hidupnya secara normal sebagai bagian dari masyarakat. Sementara jika pemenang gladiator berasal dari golongan tahanan perang, ia akan dibebaskan dan kemudian kembali ke tanah airnya untuk melanjutkan hidupnya bersama dengan sanak familinya.

Namun hal demikian tidak berlaku bagi wanita yang mengikuti gladiator. Alih-alih bisa melanjutkan hidupnya secara normal sesudah mengikuti turnamen, masyarakat umum justru bakal memandang wanita tersebut sebagai sosok yang hina. 

Pasalnya karena gladiator wanita harus berpenampilan setengah telanjang saat bertarung, sosoknya dianggap tidak berbeda jauh dari pekerja seks yang sengaja memamerkan tubuhnya sendiri untuk dijadikan objek hiburan. Sahabat anehdidunia.com hukum Romawi Kuno bahkan menganggap kalau hak-hak yang dimiliki oleh seorang gladiator wanita tidak ada bedanya dengan pekerja seks.

Di Romawi Kuno, kaum wanita biasanya menikah dalam usia muda sebagai cara agar ia bisa melanjutkan hidupnya secara normal dan sejahtera. Jika seorang wanita sampai ketahuan selingkuh, ia akan diceraikan dan tidak boleh menikah lagi. Kalau sudah begitu, sang wanita harus hidup terlunta-lunya karena ia dianggap sebagai aib masyarakat.

Wanita yang di masa lampau pernah menjadi gladiator diduga juga menerima perlakuan serupa dan tidak diperbolehkan untuk menikah. Tidak menutup kemungkinan bahwa demi memuaskan hasrat seksualnya, para gladiator wanita kemudian nekat menjalani aktivitas seks sesama jenis (lesbian).

Dua Gladiator Wanita Ini Menjadi Pemenang Bersama

Amazon dan Achillia

Duel gladiator tidak selalu berakhir dengan tewasnya salah seorang peserta. Di Turki, tim arkeolog berhasil menemukan plakat marmer yang menampilkan 2 orang gladiator wanita yang bernama Amazon dan Achillia. Namun arkeolog meyakini kalau nama-nama yang mereka gunakan bukanlah nama asli, melainkan nama panggung layaknya atlet gulat profesional di masa kini.

Nama “Achillia” diperkirakan merupakan hasil modifikasi dari Achilles, nama dari seorang prajurit legendaris dalam mitologi Yunani Kuno yang diceritakan ikut terlibat dalam pengepungan kota Troya. Achilles diceritakan nyaris tidak terkalahkan di medan perang, namun ia pada akhirnya gugur setelah ia terkena panah pada bagian tumit yang juga merupakan titiklemahnya.

Nama “Amazon” di lain pihak diambil dari nama ras wanita dalam mitologi Yunani Kuno. Di dalam ceritanya, Achilles diceritakan membunuh ratu Amazon yang bernama Penthesilea. Namun setelah itu, Achilles justru merasa menyesal karena ia merasa kagum akan kecantikan Penthesilea dan berharap bisa menjadikan Penthesilea sebagai pendamping hidupnya.

Tidak diketahui secara jelas mengenai kehidupan pribadi dari kedua gladiator tersebut. Namun arkeolog berhasil menemukan bahwa Amazon dan Achillia bertarung dengan amat gigih. Karena mereka yang menyaksikan duelnya merasa begitu kagum, pertarungan lantas dinyatakan berakhir imbang dan keduanya dinobatkan sebagai pemenang bersama.

Dengan melihat nama dari kedua peserta gladiator wanita tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa akhir dari pertarungan antara keduanya sudah dirancang sejak awal supaya penonton bisa mendapatkan akhir cerita yang lebih gembira dari kisah mitologi antara Achilles dan Amazon. 

Gladiator Wanita Dilarang Sejak Masa Sesudah Masehi

Septimius Severus

Segala sesuatu yang memiliki permulaan pasti akan memiliki akhirnya juga. Untuk kasus gladiator wanita, akhir yang dimaksud terjadi pada tahun 200 sesudah Masehi. Di tahun tersebut, Kaisar Septimius Severus mengumumkan kalau wanita dari golongan bebas tidak diperbolehkan lagi mengikuti gladiastor.

Severus mengeluarkan perintah tersebut setelah ia melihat Olimpiade di Yunani. Severus lantas merasa khawatir bahwa jika praktik gladiator wanita dibiarkan tetap berjalan, Romawi mungkin bakal dilanda krisis kependudukan karena kaum wanitanya beramai-ramai menjadi atlet profesional dan menolak untuk menikah.

Larangan tersebut ternyata berdampak jauh lebih panjang karena saat Olimpiade kembali digelar di masa modern, kaum wanita sempat dilarang untuk mengikuti Olimpiade. Baru sejak tahun 1900 di Paris, atlet wanita akhirnya diperbolehkan untuk ikut serta dalam Olimpiade.

referensi:
https://listverse.com/2017/08/09/top-10-fascinating-facts-about-female-gladiators/
https://www.liputan6.com/global/read/3053468/bertarung-setengah-bugil5-fakta-gladiator-wanita-yang-terkuak