Kasus Gugatan Hukum Paling Konyol Di Persidangan
Di masa kini, jalur hukum menjadi metode yang banyak dipilih ketika sengketa atau perselisihan antara kedua belah pihak. Selain kasus-kasus hukum yang umum semisal sengketa barang berharga, ada pula orang-orang yang mengajukan gugatan hukum yang aneh bagi kita mungkin bakal terdengar konyol dan tidak perlu sampai melibatkan pengadilan. Berikut ini adalah contoh dari kasus gugatan hukum paling konyol.
Menuntut Kampus Karena Masalah Bau Kaki
Pernahkah anda berada satu ruangan dengan orang yang bau badannya sangat menyengat? Jika hal itu terjadi pada anda, maka anda tentunya ingin segera pergi keluar ruangan atau menyingkirkan sumber baunya. Di Belanda, hal tersebut benar-benar pernah terjadi dan berbuntut panjang hingga sampai ke pengadilan.
Pada tahun 1999, seorang mahasiswa Belanda yang bernama Teunis Tenbrook dikeluarkan dari Universitas Erasmus. Alasan kenapa Teunis dikeluarkan adalah karena kakinya terlalu bau sehingga mahasiswa dan dosen yang satu ruangan di dalamnya tidak bisa lagi menjalani perkuliahan dengan nyaman.
Teunis ternyata tidak terima dengan keputusan sepihak kampus untuk mengeluarkannya. Maka, Teunis pun kemudian mengajukan gugatan hukum kepada pihak kampus supaya ia bisa kembali diterima di sana.
Setelah pergulatan panjang yang berlangsung hingga 10 tahun lamanya, pihak pengadilan lantas memutuskan kalau pihak kampus tidak berhak mengeluarkan Teunis hanya karena masalah bau kaki.
Hakim juga menyatakan bahwa jika pihak kampus memiliki masalah dengan bau kaki Teunis, maka merekalah yang seharusnya mencari jalan keluarnya tanpa harus mengeluarkan mahasiswanya. Tidak diketahui apakah Teunis pada akhirnya benar-benar kembali ke kampusnya sesudah itu mengingat kasus ini memakan waktu hingga bertahun-tahun.
Menuntut Karena Masalah Sperma
Pada tahun 1998, seorang pria asal Albuquerque, Amerika Serikat, mengajukan gugatan hukum kepada mantan pacarnya karena ia hamil tanpa restunya. Bukan, bukan karena bayi yang dikandung mantan pacarnya tersebut berasal dari sperma orang lain. Tetapi karena sang pria dari awal memang tidak mau jika pacarnya sampai hamil.
Peter Wallis adalah nama dari pria tersebut. Ia mengaku melayangkan tuntutan kepada pacarnya yang bernama Kellie Smith karena Kellie dituduh menyalahgunakan sperma yang didapatnya dari Peter saat keduanya berhubungan badan.
Menurut Peter, Kellie sudah berjanji kalau dirinya akan meminum obat kontrasepsi secara berkala supaya dirinya tidak sampai hamil setiap kali keduanya berhubungan badan. Hingga kemudian pada suatu hari, Kellie secara diam-diam berhenti meminum obatnya karena ia ingin segera memiliki bayi.
Begitu Peter tahu kalau Kellie sedang mengandung anak mereka berdua, Peter langsung merasa marah karena ia masih belum ingin menjadi ayah. Awalnya ia meminta supaya Kellie segera melakukan aborsi, namun permintaannya ditolak oleh Kellie. Maka, Peter pun mengajukan gugatan hukum dan menuntut ganti rugi uang dari Kellie.
Sementara itu di pihak yang berseberangan, pengacara pembela Kellie mengaku kalau Peter tidak bisa mengajukan tuntutan atas dasar kalau Kellie sudah “mencuri” sperma Peter karena Peter memberikan spermanya kepada Kellie secara sukarela saat kedua berhubungan badan. Setelah menyimak dan mempelajari kasus ini, hakim lantas menolak mengabulkan tuntan Peter.
Menuntut Restoran Karena Minuman Tumpah
Masih dari Albuquerque, pada tahun 1992 seorang wanita berusia 79 tahun yang bernama Stella Liebeck sedang berada di dalam mobil keluarganya ketika mereka memesan makanan lewat layanan drive-through McDonald’s. Stella memesan kopi yang menggunakan wadah gelas styrofoam dengan tutup plastik.
Stella kemudian membuka tutup wadah kopinya karena ia ingin memasukkan krim dan gula ke dalam kopi. Namun saat ia sedang menyelipkan gelas kopi di antara kedua lututnya, sebagian isi kopi tumpah saat tutupnya terbuka. Akibatnya, Stella pun menderita luka bakar di kakinya karena kopi tersebut masih berada dalam kondisi panas dan Stella sedang mengenakan celana yang mudah menyerap air.
Stella juga harus menjalani rawat inap selama 8 hari dan menerima cangkok kulit di rumah sakit karena ia menderita luka bakar stadium tiga. Ia lantas menuntut uang ganti rugi sebesar 20 ribu dollar kepada pihak McDonald’s, di mana rencananya ia ingin menggunakan uang tersebut untuk membiayai pengobatannya dan mengganti uang milik anak perempuannya yang tidak bisa bekerja di saat Stella masih sakit.
Pihak McDonald’s awalnya menolak tuntutan dari Stella. Namun pengacara Stella tidak kehabisan akal dan berhasil menemukan kalau sebelum terjadinya musibah yang menimpa Stella, pernah ada lebih dari 700 kasus luka bakar selama 10 tahun terakhir akibat insiden yang melibatkan minuman panas McDonald’s.
Dengan bermodalkan informasi ini, pengacara Stella lantas menuntut McDonald’s atas tuduhan kelalaian. Tuntutan tersebut dikabulkan dan pihak McDonald’s diharuskan membayar ganti rugi sebesar lebih dari 500 ribu dollar kepada Stella. Uang ganti rugi tersebut lebih kecil dibandingkan vonis awal dari hakim di mana pihak McDonald’s pada awalnya diperintahkan membayar ganti rugi sebesar 2,8 juta dollar.
Menuntut Karena Pekerjaannya Terlalu Membosankan
Pada tahun 2016, seorang pria Perancis yang bernama Frederic Desnard menuntut uang ganti rugi sebesar 360 ribu euro kepada bekas perusahannya yang bernama Interparfums karena ia merasa pekerjaan di Interparfums terlalu membosankan. Saking bosannya, Frederic sampai menganalogikan pengalamannya bekerja sebagai “perjalanan menuju neraka”.
Frederic diketahui sempat bekerja di Interparfums selama 8 tahun sebelum dipecat. Sekitar 7 bulan sebelum dipecat, Frederic meminta izin libur kerja karena aneka masalah kesehatan seperti epilepsi dan sakit kepala.
Menurut pengacara Frederic, pihak Interparfums harus membayar ganti rugi kepada Frederic karena memberikan pekerjaan yang terlalu membosankan kepada pegawainya bisa dianggap sebagai bentuk siksaan mental.
Frederic juga mengaku kalau selama ia bekerja di Interparfums, ia kerap menerima ejekan dari atasannya, serta diperintahkan menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang terkesan merendahkan semisal menjemput anak-anak atasannya di sekolah. Masih belum diketahui bagaimana kelanjutan dari gugatan hukum Interparfums.
Menuntut Karena Ramalan Cuaca yang Salah
Bagi anda yang hendak melakukan aktivitas di luar rumah, menyimak ramalan cuaca merupakan hal yang amat membantu persiapan anda. Karena dengan melihat ramalan cuaca, anda bisa mengetahui apakah kondisi cuaca di hari itu mendukung rencana kegiatan anda. Namun tidak jarang ramalan cuaca yang muncul ternyata tidak akurat.
Di Israel, seorang wanita memutuskan untuk melakukan aktivitas di luar rumah dengan hanya mengenakan pakaian tipis setelah ia melihat ramalan cuaca yang menyatakan kalau cuaca di hari tersebut bakal cerah.
Namun tanpa diduga-duga, ternyata cuaca yang muncul di hari tersebut berbeda 180 derajat. Badai secara tiba-tiba muncul di hari tersebut dan wanita tersebut terjebak di dalamnya. Sebagai akibatnya, wanita tersebut jatuh sakit dan tidak bisa masuk kerja selama 4 hari. Ia juga harus mengeluarkan uang lumayan banyak untuk biaya pengobatan.
Merasa tidak terima dengan kejadian yang menimpanya, wanita tersebut kemudian mengajukan gugatan hukum sebesar 1.000 dollar kepada stasiun televisi yang menayangkan ramalan cuaca.
Namun sebelum kasusnya diproses di pengadilan, pihak stasiun setuju untuk membayar biaya kompensasi yang diminta. Danny Rup selaku penyiar acara ramalan cuaca juga melayangkan permintaan maaf secara resmi kepada wanita tadi.
referensi:
https://www.dailymail.co.uk/news/article-2470792/Stella-Liebecks-hot-coffee-McDonalds-lawsuit-The-truth.html
https://listverse.com/2017/11/25/10-of-the-worlds-most-ridiculous-lawsuits/
https://prezi.com/0wbfr4jnegvc/woman-sues-a-weather-man-for-a-wrong-weather-prediction/
https://listverse.com/2017/11/25/10-of-the-worlds-most-ridiculous-lawsuits/
https://prezi.com/0wbfr4jnegvc/woman-sues-a-weather-man-for-a-wrong-weather-prediction/