Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Hal Menakutkan Oleh Personil Musik Mengatas Namakan Black Metal

Black metal adalah sebutan untuk sejenis genre musik yang memiliki ciri-ciri khas seperti menampilkan musik yang bertempo cepat, lirik yang isinya penuh dengan hal-hal suram, make up panggung yang didominasi warna hitam putih, dan suara-suara menyerupai teriakan orang kesakitan yang kerap dilantunkan oleh vokalisnya.

Pertama kali muncul pada dekade 1980-an, black metal kemudian tumbuh menjadi genre baru yang seolah tidak pernah lepas dari kontroversi. Berikut ini adalah 5 hal menakutkan yang benar-benar pernah dilakukan oleh para musisi dan penggemar balck metal.

Menistakan Agama

Band Gorgoroth

Black metal sudah lama dikenal sebagai aliran musik yang antipati terhadap agama, khususnya agama Kristen yang notabene merupakan agama paling dominan di negara-negara Barat. Di Norwegia misalnya, sudah banyak terjadi peristiwa pembakaran dan penyerangan ke gereja-gereja setempat yang dilakukan oleh fans balck metal. 

Tingginya sentimen anti-agama yang ditunjukkan oleh fans black metal sendiri timbul karena mereka terdorong oleh sentimen romantisme sejarah. Menurut mereka, Norwegia adalah tanah bangsa Viking dan Kristen adalah produk budaya asing yang sudah menginvasi Norwegia. 

Ekspresi kebencian yang ditunjukkan oleh punggawa black metal terhadap agama bukan hanya ditunjukkan terhadap bangunan gereja. Sahabat anehdidunia.com mereka juga tidak segan-segan menunjukkan sentimen kebencian secara eksplisit saat menggelar konser.

Di Krakow, Polandia, band Gorgorot pernah menggelar konser sambil mencipratkan darah babi di atas panggung dan menampilkan sejumlah penari latar yang berpura-pura sedang disalib. Akibatnya, band ini langsung dibanjiri kecaman dan bahkan nyaris menerima gugatan hukum atas tuduhan penistaan agama serta kekejaman terhadap hewan.

Meskipun begitu, tidak semua punggawa black metal menganut sentimen anti-agama. Band-band seperti A Hill to Die Upon, Antestor, dan Crimson Moonlight mencoba mendobrak sentimen anti-agama yang membelit genre black metal dengan menyisipkan unsur-unsur agama dalam musiknya. Genre yang mereka usung kelak dikenal dengan nama Christian metal atau white metal.

Merekam Suara Penderita Gangguan Jiwa untuk Album

album Projekt Misanthropia

Banyak band black metal yang melakukan segala cara supaya albumnya memiliki kesan semenyeramkan mungkin. Stalaggh adalah contoh band black metal yang berani (atau nekat) mendobrak batas untuk memperoleh album ideal yang mereka inginkan.

Untuk album Projekt Misanthropia yang sedang mereka kerjakan, Stalaggh menyisipkan teriakan penderita gangguan sakit jiwa dalam albumnya. Kebetulan salah seorang personil Stalaggh memang bekerja di rumah sakit jiwa. Setelah ia berhasil meyakinkan sejumlah pasien di sana untuk ikut serta dalam proses perekaman, pembuatan album ini pun dimulai.

Perekaman dilakukan di sebuah bangunan gereja yang sudah tidak terpakai. Di sana, mereka meminta para penderita gangguan jiwa tadi untuk beteriak hingga berjam-jam lamanya. Kelanjutannya sudah bisa ditebak. Sahabat anehdidunia.com banyak yang mengkritik tindakan Stalaggh karena memanfaatkan penderita gangguan jiwa semata-mata untuk kepentingan album mereka sendiri.

Namun Stalaggh sendiri justru menganggap kalau kontroversi yang timbul adalah berkah terselubung. “Kami menghargai fakta kalau orang-orang menganggap kami sebagai pihak yang kontroversial, itu akan menarik mereka untuk mendengarkan proyek kami dan lewat cara itu kami bisa merasuki pikiran lemah mereka dengan rasa sakit dan ketakutan... Semakin banyak orang yang mendebat proyek kami, pesan dan teror suara kami bisa menyebar lebih luas.”

Membunuh di Usia Remaja

Hendrik Mobus

Hendrik Mobus adalah pendiri band Absurd yang sejak remaja sudah kerap berurusan dengan hukum. Namun pelanggaran hukum terberatnya terjadi pada tahun 1993 saat ia dan dua orang rekan satu bandnya membunuh Sandro Beyer hanya karena ia merasa sebal akan pemuda tersebut.

Hendrik dan rekan-rekannya membunuh Sandro dengan cara mengundangnya untuk datang ke kabin milik ayan Hendrik. Di sana, mereka kemudian mengikat Sandro dan membunuhnya dengan cara menjerat lehernya memakai senar. Gilanya, Hendrik melakukan pembunuhan ini saat dirinya baru berusia 17 tahun.

Setelah keluar dari penjara, Hendrik tidak menunjukkan penyesalan atas pembunuhan yang sudah ia lakukan. Selepas dari penjara, ia berkecimpung di ranah black metal dan tidak ragu untuk menunjukkan rasa kagumnya akan Hitler maupun tokoh-tokoh sayap kanan ekstrim.

“Saya merasa sangat termotivasi dan terinspirasi oleh kehidupan dan kematian Adolf Hitler, yang tanpa diragukan lagi memperjuangkan nasib ras Arya melalui sebuah cara yang tidak akan bisa saya tiru,” kata Hendrik kepada wartawan majalah Mourning The Ancient.

Rasa kagumnya akan Hitler itu pulalah yang kemudian membuat ia harus kembali berurusan dengan hukum. Akibat melakukan salam Hitler saat melakukan konser, Hendrik pun dijebloskan kembali ke balik jeruji besi.

Membunuh Pria Gay

 Bard Guldvik “Faust

Masyarakat Eropa di masa kini dipandang sudah bersikap terbuka terhadap kaum homoseksual. Hal serupa juga turut berlaku dalam ranah black metal di mana sejumlah punggawanya secara terang-terangan mendukung hak-hak kaum homoseksual. 

Namun tidak sedikit pula di antara mereka yang memiliki sentimen kebencian tersendiri terhadap kaum homoseksual. Sebagian di antara mereka bahkan nekat melakukan pembunuhan atas dasar kebencian tersebut.

Contoh kasus tersebut pernah terjadi pada tahun 1992 di Lillehammer, Norwegia. Pada tahun tersebut, pentolan band Emperor yang bernama Bard Guldvik “Faust” Eithun membunuh seorang pria gay yang bernama Magne Andreassen. Pria malang tersebut tewas setelah ditusuk sebanyak 37 kali oleh Faust. Akibat perbuatannya tersebut, Faust pun harus mendekam di balik jeruji besi selama 14 tahun. 

Kasus tewasnya Magne bukanlah kasus terakhir di mana kaum homoseksual menjadi korban pembunuhan oleh personil black metal. Pada tahun 1997, anggota band Dissection yang bernama Jon Nodtveidt ditangkap polisi atas tuduhan membunuh seorang pria gay yang bernama Josef ben Meddour.

Jon lantas dijatuhi hukuman penjara 7 tahun atas perbuatannya tersebut. Selama di penjara, ia menggubah lagu-lagu untuk album ketiga bandnya. Album tersebut dirilis pada tahun 2006, namun tragisnya album tersebut sekaligus menjadi album terakhir Jon karena ia kemudian tewas akibat bunuh diri. 

Menggunakan Mayat untuk Gambar Sampul Album

Dawn Of The Black Hearts.

Per Ohlin adalah anggota band Mayhem yang mengklaim kalau dirinya sudah meninggal. Oleh karena itulah, ia menggunakan nama “Dead” (Orang Mati) sebagai nama panggungnya. Namun keanehan terkait Per belum berhenti sampai di sana.

Per diketahui memiliki kebiasaan menghirup aroma bangkai burung yang pernah dibawanya ke mana-mana. Ia juga pernah menyayat dirinya sendiri memakai beling dan memasukkan baju ke dalam kuburan sebelum memakainya. 

Pada tahun 1991, Per akhirnya benar-benar meninggal setelah ia menembak dirinya sendiri dengan memakai shotgun. Di dekat mayatnya terdapat catatan kecil berisi pesan, ”Maaf soal darahnya. Biarkan pestanya dimulai.”

Entah apa yang dipikirkan oleh para personil Mayhem yang lain. Namun usai peristiwa bunuh diri yang menimpa rekan personil bandnya tersebut, mereka menggunakan gambar mayat Per yang kepalanya bersimbah darah sebagai gambar sampul album mereka yang berjudul Dawn Of The Black Hearts. 

Jika itu masih belum cukup menyeramkan, serpihan tengkorak dan otak Per kemudian diambil untuk dihibahkan kepada para personil black metal yang lain. Morgan Steinmeyer Hakansson dari band Marduk mengaku kalau dirinya memiliki 2 potongan tengkorak Per. Ia juga mengklaim kalau setidaknya ada 5 orang lain yang juga memiliki koleksi serupa, namun ia enggan menyebutkan nama mereka.

referensi :
https://listverse.com/2015/07/11/10-shocking-things-done-in-the-name-of-black-metal/