Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bukan Cuma Manusia, Hewan Pun Juga Dijadikan Mumi oleh Bangsa Mesir Kuno

Jika mendengar kata peradaban Mesir Kuno, maka hal yang langsung melintas di benak orang-orang adalah soal mumi. Mayat hasil pengawetan yang badannya dipenuhi perban ini memang merupakan contoh kejeniusan bangsa Mesir Kuno yang masih bertahan hingga sekarang. 

Walaupun Mesir Kuno bukanlah satu-satunya peradaban kuno yang mengenal pembuatan mumi, penampilan mumi Mesir Kuno yang khas dan seringnya mumi Mesir Kuno muncul di karya-karya fiksi menjadi penyebab kenapa orang lebih mengenal mumi Mesir Kuno ketimbang mumi dari peradaban-peradaban lainnya.

Orang pada umumnya hanya tahu kalau yang dijadikan mumi adalah mayat manusia, khususnya dari golongan raja. Namun ternyata bukan hanya manusia yang dijadikan mumi. Bangsa Mesir Kuno diketahui juga melakukan praktik pembuatan mumi atau mumifikasi pada hewan. 

Hal itu sendiri bisa terjadi karena bangsa Mesir Kuno menganggap hewan-hewan tertentu sebagai jelmaan para dewa. Itulah sebabnya sejumlah patung dan gambar peninggalan bangsa Mesir Kuno menampilkan dewa-dewa mereka dalam wujud setengah manusia dan setengah hewan. Sebagai contoh, Dewa Sobek digambarkan sebagai sosok manusia berkepala buaya. Sementara Dewa Anubis digambarkan sebagai manusia dengan kepala anjing.

mumi hewan mesir kuno
mumi hewan mesir kuno via cnnindonesia.com
Banyaknya hewan yang dijadikan mumi oleh bangsa Mesir Kuno lantas membuat sejumlah orang di masa kini melakukan penelitian khusus terkait topik tersebut. Salima Ikram adalah salah satunya. Arkeolog merangkap dosen asal Kairo tersebut menjadikan topik mengenai mumi hewan sebagai fokus pembelajarannya.

Saking pahamnya Ikram akan segala hal terkait mumi hewan, ia bisa mereka ulang teknik yang digunakan oleh bangsa Mesir Kuno di masa lampau untuk membuat mumi hewan. Ikram bahkan tahu kalau masing-masing hewan memiliki teknik pembuatan mumi yang berbeda satu sama lain. Pasalnya masing-masing hewan memiliki ukuran dan kadar lemak yang berbeda.

Sebagai cara untuk menularkan pengetahuannya tersebut, Ikram dan para mahasiswanya sempat melakukan simulasi membuat mumi dengan memakai bangkai kelinci pada tahun 1999. Untuk keperluan ini, Ikram dan para mahasiswanya sengaja menjemur bangkai kelinci di bawah terik matahari Mesir sambil mencatat kondisi bangkai setiap harinya. 

mumi yang sudah dibalut dengan kain linen dan getah pohon
mumi yang sudah dibalut dengan kain linen dan getah pohon via liputan6.com
Namun karena adanya kekhawatiran jika bangkai tersebut bakal menjadi sumber penyakit seiring berjalannya pembusukan, Ikram tidak bisa melanjutkan simulasi ini hingga ke tahap pembuatan mumi dan terpaksa menguburkan bangkai kelinci tersebut. Meskipun begitu, dalam kesempatan lain Ikram dan rekan-rekannya berhasil mengubah beberapa ekor bangkai kelinci menjadi mumi yang sudah dibalut dengan kain linen dan getah pohon.

Kelinci bukanlah satu-satunya hewan yang digunakan dalam simulasi pembuatan mumi oleh Ikram. Ia dan rekan-rekannya juga melakukan simulasi pembuatan mumi pada 2 bangkai bebek dan 2 bangkai ikan. Beragamnya jenis bangkai hewan yang diubah menjadi mumi oleh Ikram tidak lepas dari fakta bahwa bangsa Mesir Kuno memang membuat mumi dari beragam jenis hewan.

Berdasarkan spesimen yang sudah ditemukan, bangsa Mesir Kuno diketahui melakukan mumifikasi pada hewan-hewan seperti anjing, kucing, ular, buaya, dan bahkan serangga macam kumbang. Oleh karena itulah, ketika tim arkeolog pada tahun 2018 lalu menemukan peti berisi timbunan mumi kumbang skarab di kompleks pemakaman Saqqara, Ikram tidak merasa terlalu kaget.

Meskipun begitu, Ikram tetap merasa senang dengan penemuan mumi kumbang tersebut. Pasalnya penemuan tadi membantu menambah khazanah pengetahuan manusia mengenai mumi hewan. Ikram menduga kalau mumi kumbang tersebut dimaksudkan sebagai persembahan kepada Dewa Matahari Ra. Pasalnya dewa tersebut kerap disimbolkan dengan gambar kumbang. 

Ikram sendiri agak menyayangkan bahwa meskipun sudah banyak mumi hewan yang ditemukan, ilmuwan lebih tertarik untuk mendalami mumi manusia. Padahal sebagai akibat dari beragamnya jenis hewan yang diubah menjadi mumi, maka secara otomatis teknik pembuatan mumi berbahan hewan juga menjadi lebih beragam dibandingkan mumi berbahan manusia.

Ikram lantas mencontohkan kalau ada mumi hewan yang dibuat dengan cara membedahnya, mengeluarkan ususnya, dan kemudian mengisi rongga tubuhnya dengan garam natron. Ada juga mumi yang tidak dibedah, namun isi badannya dihancurkan dengan cara menyuntikkan semacam minyak lewat lubang anus. 

mumi burung mesir kuno
mumi burung mesir kuno via atlasobscura.com
Sejumlah mumi semisal mumi burung bahkan dibuat saat hewannya masih berada dalam kondisi hidup. Untuk keperluan ini, pembuat mumi akan melemparkan hewannya ke dalam wadah raksasa berisi campuran getah dan aspal panas. Karena campuran tersebut begitu pekat dan panas, hewan yang dilemparkan akan mati dan kemudian bisa diproses lebih lanjut.

Untuk kasus mumi kumbang skarab, Ikram menjelaskan bahwa proses pembuatan mumi hewan yang satu ini tergolong sederhana karena hewannya berukuran kecil dan memiliki cangkang luar yang keras. Kendati ia belum pernah melakukan simulasi membuat mumi kumbang skarab, ia memperkirakan bahwa mumi ini bisa langsung dibuat setelah kumbangnya dijemur selama kurang lebih 5 hari.

“Tidak lama pada dasarnya. Jika hewannya kecil dan tidak mengandung terlalu banyak lemak, seminggu atau 10 hari (penjemuran) sudah cukup,” papar Ikram. Di lain pihak, jika hewannya memiliki kadar lemak yang berjumlah besar (misalnya sapi jantan), maka penjemurannya harus dilakukan selama berbulan-bulan. Pasalnya jika masih ada lemak yang tertinggal dalam tubuh hewan, maka hewannya akan tetap mengalami pembusukan meskipun sudah diolah menjadi mumi.

mumi hewan di mesir kuno
mumi hewan di mesir kuno via atlasobscura.com
Pemilihan metode pembuatan mumi pada hewan sendiri didasarkan pada banyak sedikitnya kadar lemak, serta perlu tidaknya organ-organ dalam hewan yang bersangkutan untuk dikeluarkan. Untuk hewan sekecil kumbang, organ dalamnya tidak perlu dikeluarkan. Namun untuk hewan-hewan yang berukuran lebih besar seperti buaya dan ular, kasusnya menjadi lebih rumit. 

Ikram sendiri masih belum yakin apakah mumi yang dibuat dari reptil isi badannya ikut dikeluarkan atau sebatas dijemur hingga kering. Pasalnya hewan-hewan yang bersangkutan memiliki kulit yang diselubungi sisik dan kadar lemak yang lebih rendah dibandingkan manusia serta hewan mamalia.

Ikram lantas menjelaskan kalau beragamnya jenis hewan yang dijadikan mumi tidak lepas dari keyakinan yang dianut oleh masyarakat Mesir Kuno. Menurut kepercayaan mereka, jika jasad suatu makhluk berada dalam kondisi utuh, maka makhluk tersebut bisa bangkit kembali di dunia sesudah kematian.

Untuk kasus hewan, tidak jarang hewan yang dijadikan mumi aslinya adalah hewan kesayangnya orang yang meninggal saat masih hidup. Jadilah kemudian hewan tersebut turut dijadikan mumi untuk menemani majikannya di alam baka.

Namun untuk kasus yang lebih umum, mumi hewan dibuat supaya mumi tersebut bisa dijadikan persembahan kepada dewa-dewa tertentu. Supaya hewan-hewan yang hendak dijadikan mumi selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, peternakan yang khusus membiakkan hewan terkait pun didirikan.
Maraknya praktik persembahan memakai hewan pada gilirannya juga mendorong munculnya pedagang-pedagang mumi hewan di sekitar kuil. Bahkan ada juga pedagang yang nekat bertindak curang dengan cara menjual benda yang dari luar terlihat seperti mumi hewan, tapi aslinya hanyalah selongsong perban yang diisi dengan batu, bulu, dan kayu. Hmmm, ternyata orang licik sudah ada sejak zaman dahulu kala...

Sumber :
https://www.atlasobscura.com/articles/how-to-mummify-insects