Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kapal Tradisional Khas Nusantara yang Paling Mengagumkan

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau. Oleh karena itulah, nenek moyang kita sudah lama memiliki keahlian dalam berlayar dan membangun kapal. Berikut ini adalah 5 contoh kapal khas Indonesia yang kemampuan berlayarnya tidak kalah dengan kapal-kapal luar negeri atau bahkan kapal modern.

Kora-Kora

Kapal Kora-Kora
Kapal Kora-Kora via dailyvoyagers.com

Bagi mereka yang pernah berkunjung ke taman hiburan Dunia Fantasi (Dufan), maka nama Kora-Kora pasti bukanlah nama yang asing. Ya, itu adalah wana hiburan berkapasitas 54 orang yang bentuknya menyerupai kapal raksasa. Saat orang-orang menaiki wahana ini, kapalnya akan berayun maju mundur sehingga para penumpangnya bakal merasa seolah-olah hendak terlontar.

Wahana Kora-Kora aslinya terinspirasi dari kapal bernama sama yang berasal dari Kepulauan Maluku. Di daerah asalnya, kora-kora merupakan kapal tradisional yang lazim digunakan oleh penduduk Maluku untuk bepergian antar pulau. Kapal kora-kora sudah ada sejak masa Kerajaan Ternate.

Ciri khas kapal kora-kora adalah bentuknya yang panjang dengan bagian haluan dan buritan yang tinggi. Ukuran kapal ini bervariasi tergantung dari fungsinya. Kapal untuk keperluan perang dan perjalanan jarak jauh bisa memiliki kapasitas angkut hingga puluhan atau bahkan ratusan orang. 

Di masa kini, kapal kora-kora umumnya memiliki panjang 8,5 meter dan kapasitas angkut 12 orang. Kapal kora-kora macam ini banyak digunakan dalam festival dan upacara adat. 

Meskipun sekarang kapal kora-kora dipandang dengan penuh rasa bangga oleh penduduk Maluku, kapal ini juga memiliki sejarah kelam. Saat kongsi dagang VOC masih berkuasa di Maluku, mereka menggunakan kapal ini untuk melakukan patroli dan menghancurkan setiap tanamn rempah-rempah yang ditanam tanpa seizin VOC.

Tujuan patroli tersebut adalah untuk memastikan supaya harga rempah-rempah tetap tinggi dan hanya VOC yang bisa menikmati keuntungan hasil perdagangan rempah-rempah. Patroli memakai kapal kora-kora tersebut dikenal sebagai pelayaran Hongi.

Lepa-Lepa

kapal Lepa-Lepa
Kapal Lepa-lepa via painteres.com

Bajau adalah nama dari suku yang terkenal akan keahliannya dalam berlayar dan menyelam. Berkat keahlian tersebut, suku Bajau pun sekarang memiliki populasi yang tersebar di seantero Asia Tenggara. Mereka sekarang dapat ditemukan di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Filipina. Kalau di Indonesia sendiri, suku Bajau umumnya bermukim di Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia bagian timur.

Karena suku Bajau menghabiskan banyak waktunya di laut, sudah barang tentu mereka memerlukan kapal sebagai sarana transportasinya. Lepa-lepa adalah contoh dari kapal yang banyak digunakan oleh suku Bajau. Ciri khas dari kapal ini adalah di bagian tengahnya, terdapat semacam gubuk kecil.

Lepa-lepa umumnya memiliki panjang 7,5 meter dan lebar hampir 2 meter. Bahan baku utama kapal ini adalah kayu meranti. Menurut kisahnya, lepa-lepa konon didesain sedemikian rupa karena kapal ini dibangun supaya mirip dengan ikan. Dengan begitu, kapal ini bisa melaju dengan lancar di air .

Bagi suku Bajau, lepa-lepa memiliki banyak fungsi. Di hari-hari biasa, lepa-lepa digunakan sebagai kapal nelayan dan pengangkut barang. Namun pada momen-momen tertentu semisal festival dan pesta pernikahan, lepa-lepa akan didandani supaya penampilannya nampak semakin cantik.

Seiring dengan kemajuan zaman, lepa-lepa juga turut beradaptasi. Pada awalnya, lepa-lepa hanya menggunakan dayung atau layar tunggal sebagai alat penggeraknya. Namun di masa kini, lepa-lepa juga dilengkapi dengan mesin.

Kapal Borobudur

Kapal Borobudur
Kapal Borobudur via maritimenews.id

Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar di Indonesia. Dinding candi ini dipenuhi oleh ukiran atau relief yang menampilkan aneka macam objek. Salah satu objek dalam relief Candi Borobudur yang paling terkenal adalah relief kapal layar yang juga dikenal dengan nama Kapal Borobudur.

Kapal Borobudur diperkirakan merupakan kapal yang lazim digunakan oleh para pelaut Nusantara – terutama Sriwijaya – saat melakukan pelayaran jarak jauh. Meskipun nampak rapuh jika dibandingkan dengan kapal modern yang terbuat dari logam, Kapal Borobudur nyatanya cukup kuat untuk mengurangi perjalanan melintasi Samudera Hindia.

Pesona yang ditunjukkan oleh relief kapal di Candi Borobudur lantas mendorong seorang pelaut Inggris yang bernama Philip Beale untuk membuat replika modernnya. Bukan hanya itu, Beale bahkan berencana menggunakan kapal tersebut untuk berlayar dari Indonesia ke Arab dan Afrika.

Dengan bermodalkan relief candi dan informasi dari pakar sejarah, Beale dan rekan-rekannya berhasil membangun replika Kapal Borobudur yang panjangnya lebih dari 18 meter. Tahun 2003, kapal tersebut akhirnya benar-benar melakukan pelayaran dari Jakarta menuju Afrika dengan melewati Jalur Rempah-Rempah, sebutan untuk jalur pelayaran yang biasa digunakan oleh pedagang rempah-rempah di masa lampau.

Kapal Borobudur berhasil tiba dengan selamat di Ghana, Afrika Barat, pada tahun 2004. Sekarang replika Kapal Borobudur terpajang di Museum Samudra Raksa yang terletak tidak jauh dari Candi Borobudur.

Jung

Kapal Jung
Kapal Jung via wikipedia.org

Satu lagi kapal layar yang banyak digunakan oleh pelaut Nusantara di masa lampau. Jung adalah kapal layar yang konon sudah digunakan sejak abad ke-8. Nama kapal ini berasal dari bahasa Jawa Kuno “jong” yang berarti “kapal besar”.

Jung pada umumnya memiliki 2 buah tiang layar, dayung rangkap, dan rumah di bagian geladaknya. Jung merupakan kapal yang tergolong amat besar pada masanya karena kapal ini panjangnya bisa mencapai 140 meter lebih dengan tonase 1.600 ton.

Jung juga pernah digunakan oleh pasukan Kerajaan Demak saat terlibat perang melawan Portugis di Semenanjung Malaka. Ada 35 jung yang dikerahkan oleh Demak untuk menyerbu Malaka. Supaya jungnya cukup kuat untuk menahan serangan meriam Portugis, jung dilindungi oleh empat lapis papan. 

Bahkan orang Portugis tidak bisa menutupi rasa kagumnya saat berhadapan langsung dengan jung. Menurut surat yang ditulis oleh Fernao Peres de Andrade pada tahun 1513, kapal terbesar milik pasukan Portugis di Malaka jadi nampak seperti perahu kecil saat bersanding dengan jung. Fernao memperkirakan kalau jung yang digunakan oleh pasukan Demak memerlukan waktu selama setidaknya tiga tahun untuk dibangun.

Pinisi

Kapal Pinisi
Kapal Pinisi via hops.id

Jika bicara soal kapal layar khas Indonesia, maka pinisi adalah salah satu yang paling terkenal. Kapal dengan layar berjumlah banyak ini kerap disebut-sebut sebagai bukti kemajuan teknologi pelayaran Nusantara sejak masa lampau. Saking terkenalnya, kapal ini sempat dimuat dalam uang kertas 100 rupiah yang sekarang sudah tidak lagi beredar.

Pinisi merupakan kapal buatan suku Bugis di Sulawesi Selatan. Kapal ini biasanya dilengkapi dengan 2 tiang kapal serta 7 layar atau lebih. Panjang kapal ini bervariasi, namun kapal pinisi yang terbesar panjangnya diketahui bisa mencapai 50 meter. Dengan kapal inilah, para pelaut Bugis bisa berlayar hingga ke Sumatera, Malaka, Myanmar, serta Australia.

Para pelaut Bugis biasanya melakukan pelayaran jarak jauh dengan mengikuti siklus angin munson. Pada awal hingga pertengahan tahun, mereka akan merantau sambil membawa barang berharga ke arah barat. Kemudian pada pertengahan hingga akhir tahun, barulah mereka berlayar ke arah timur untuk pulang ke kampung halamannya atau singgah ke tempat lain. 

Kapal pinisi sama sekali tidak menggunakan paku dalam proses pembuatannya. Sebagai gantinya, pengrajin kapal pinisi menggunakan potongan kayu sisa bahan pembuatan kapal sebagai pengganti paku. 

Metode pembuatan kapal ini juga tidak kalah unik. Dalam proses pembuatan kapal pinisi, upacara adat akan digelar dengan harapan kapalnya kelak tidak mengalami musibah dan bisa membawa keuntungan melimpah bagi penumpangnya. 

Kapal pinisi masih diproduksi hingga sekarang. Proses pembuatan kapal pinisi biasanya memakan waktu antara satu hingga dua tahun.

Sumber :

http://indonesiabaik.id/infografis/perahu-tradisional-kora-kora

http://www.etawau.com/Geography/Sabah/5_TawauDivision/Semporna/LEPA/LEPABoat.htm

https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/info/berita-khusus/Pages/Jung-Jawa-yang-Terlupakan.aspx

https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/kapal-pinisi

https://en.wikipedia.org/wiki/Borobudur_ship

https://en.wikipedia.org/wiki/Sama-Bajau