Larangan Paling Aneh yang Pernah Dibuat oleh Sekolah. Masa Sih?
Melihat sekolah memberlakukan aneka macam larangan bukanlah hal yang aneh. Pasalnya sekolah merupakan tempat untuk mendidik dan mengajarkan kedisiplinan bagi murid-muridnya. Namun selain larangan-larangan biasa semisal larangan datang terlambat, ada pula sekolah yang menerapkan larangan-larangan yang terkesan aneh. Berikut ini adalah 5 contoh larangan tersebut.
Bermain Bola Salju
Bermain Bola Salju via tribunnews.com |
Di negara-negara yang memiliki 4 musim, salju merupakan hal yang senantiasa dinanti sekaligus dibenci setiap musim dingin tiba. Pasalnya jika salju yang turun terlalu banyak, salju bisa menghalangi jalan dan bahkan menimbulkan kecelakaan. Suhu salju yang dingin juga membuat orang lebih mudah jatuh sakit.
Namun bagi mereka yang masih anak-anak, salju juga menjadi hal yang dinanti. Pasalnya timbunan salju bisa dibentuk menjadi patung boneka salju. Gumpalan salju yang sudah dibentuk menjadi bola-bola kecil juga bisa digunakan untuk bermain perang bola salju.
Kendati perang bola salju nampak sebagai permainan yang tidak berbahaya, ternyata tetap ada sekolah yang melarang permainan tersebut. Menurut dewan sekolah di kota Toronto, Kanada, perang bola salju haruslah dilarang karena dianggap sama berbahayanya dengan batu dan tongkat kayu.
Bukan hanya kota di Kanada yang pernah melarang perang bola salju. Di Peterborough, Inggris, sebanyak 3 orang siswa pernah dijatuhi hukuman karena ketahuan bermain perang bola salju.
Menurut John Gribble yang bertindak sebagai kepala sekolah Bretton Woods di Peterborough, larangan tersebut dibuat karena pihaknya ingin menjaga kesehatan dan keselamatan anak-anak didiknya.
Gribble mengumpamakan bahwa jika bola salju yang dilemparkan kebetulan mengandung bongkahan es, maka anak yang terkena lemparan bisa mengalami cedera.
Tinta Merah
Tinta Merah via popmama.com |
Bagi anak-anak sekolah, momen penyerahan nilai hasil ujian dan tugas bakal senantiasa menjadi momen yang membuat jantung berdetak kencang. Alasannya sederhana saja. Jika mereka tidak berhasil mendapatkan nilai yang baik, mereka terancam mengulang atau mendapat ranking yang rendah.
Jika seseorang melakukan kesalahan pada jawaban ujiannya, maka adalah hal yang lumrah untuk melihat ada coretan tinta merah pada nomor soal atau jawaban yang salah. Namun di banyak sekolah di Australia, pemandangan macam itu tidak akan bisa lagi dijumpai.
Fenomena itu sendiri terjadi karena adanya pertimbangan bahwa penggunaan tinta merah bisa berdampak negatif bagi kondisi psikologis anak-anak. Sebagai gantinya, pihak sekolah lantas menggunakan tinta yang warnanya mencolok, namun bukan berwarna merah. Misalnya warna merah jambu, biru, hingga hijau.
Di luar Australia, sejumlah sekolah di Inggris juga mulai menerapkan kebijakan serupa. Alasannya adalah karena warna merah dianggap terkesan agresif. Sebagai gantinya, guru diminta menuliskan penjelasan singkat memakai tinta berwarna-warni. Mereka bakal menjelaskan apa pendapat mereka mengenai jawaban yang ditulis oleh sang murid beserta saran mengenai apa yang sebaiknya diperbaiki oleh sang murid.
Buku
buku To Kill a Mockingbird |
Jauh sebelum internet mendominasi dunia seperti sekarang, buku menjadi media utama untuk mendapatkan informasi. Kendati penggunaan buku di masa sekarang tidak lagi segencar dulu, buku masih tetap dipandang penting karena buku bersifat tahan lama dan mudah disimpan.
Karena buku memiliki peran penting, adalah hal yang wajar jika hampir setiap sekolah memiliki perpustakaan dan koleksi bukunya masing-masing. Namun di negara bagian Minnesota, Amerika Serikat, sejumlah sekolah pernah melarang keberadaaan sejumlah buku dan menghilangkan buku-buku tersebut dari perpustakaannya masing-masing.
Buku yang dilarang sendiri bukanlah buku komik atau semacamnya, tetapi justru buku-buku yang dipandang penting oleh kalangan sejarawan dan sastrawan. Misalnya buku novel klasik “To Kill a Mockingbird” serta “The Adventures of Huckleberry Finn”.
Pelarangan itu sendiri dibuat karena buku-buku novel tadi banyak mengandung kata-kata yang dinilai rasis dan merendahkan golongan tertentu. Pada masa di mana novel-novel tadi pertama kali diterbitkan, standar rasisme pada masa itu berbeda dengan standar rasisme di masa sekarang.
Oleh karena itulah, ada sejumlah kata dan istilah dalam novel yang terkesan rasis jika dipandang dari masa kini, namun terkesan biasa saja pada masa itu. Mereka yang mendukung kebijakan pelarangan ini berkata bahwa jika murid yang masih polos membaca buku-buku tadi, mereka tanpa sadar juga bakal memiliki cara pandang rasis.
Namun tidak semua pihak mendukung kebijakan pelarangan tersebut. Mereka yang kontra berpendapat kalau novel “Mockingbird” dan “Huckleberry Finn” aslinya justru mengandung pesan-pesan anti rasisme. Mereka juga berpendapat bahwa fungsi dari buku-buku tersebut adalah untuk mengajak pembacanya berpikir kritis.
Bermain Sepak Bola
Bermain Sepak Bola via ligalaga.id |
Masa kanak-kanak dikenal sebagai masa yang penuh keceriaan. Jadi bukan hal yang aneh untuk melihat anak-anak bermain. Jika jumlah anak yang bermain ada banyak, tidak jarang mereka melakukan permainan beregu seperti sepak bola. Namun tahukah anda kalau pernah ada sekolah yang melarang olah raga tersebut?
Pada tahun 2007, sekolah Oakdale di Connectitut, Amerika Serikat, pernah melarang anak-anak didiknya bermain sepak bola, kickball (semacam permainan yang peraturannya menyerupai gabungan antara baseball dan sepak bola), dan permainan lainnya yang memungkinkan para pemainnya bersinggungan satu sama lain.
Sebagai gantinya, para siswa di sekolah tersebut dianjurkan melakukan olah raga lain seperti catur, lompat tali, lempar cakram, dan lain sebagainya. Mereka yang melakukan lempar cakram juga tidak diperbolehkan melemparkan cakramnya terlalu keras.
Larangan tersebut ternyata tidak bisa diterima oleh sejumlah orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Mereka pun beramai-ramai memprotes kebijakan sekolah. Menurut para orang tua, jika anaknya sudah terbiasa bersaing lewat ajang olah raga, maka anak tersebut bakal menjadi lebih tahan banting saat harus menjalani kehidupan dewasa yang penuh persaingan.
Akibat gencarnya tekanan yang dilancarkan oleh kalangan orang tua, pihak sekolah pun melunak. Pihak sekolah kini mengizinkan anak didiknya bermain kickball, namun harus dengan pengawasan supaya permainnya tidak menjurus menjadi terlalu kasar.
Bertepuk Tangan
Bertepuk Tangan via arymugiasih.gurusiana.id |
Melihat orang bertepuk tangan secara beramai-ramai adalah hal yang jamak dijumpai di tempat-tempat keramaian. Pasalnya bertepuk tangan merupakan salah satu cara untuk menunjukkan dukungan atau rasa hormat kepada orang yang kebetulan menjadi pusat perhatian di lokasi tersebut.
Namun praktik demikian ternyata pernah dilarang oleh suatu sekolah di Sydney, Australia. Pada tahun 2016, sekolah Elanora Heights melarang para staf dan muridnya untuk bertepuk tangan. Alasannya adalah karena bertepuk tangan secara beramai-ramai dikhawatirkan bakal menganggu guru atau murid yang kebetulan terlalu sensitif terhadap suara berisik.
Sebagai gantinya, mereka yang ingin menunjukkan dukungan secara beramai-ramai diminta melakukannya dengan cara tersenyum sambil membuat gerakan memukul ke udara. Pihak sekolah menambahkan bahwa gerakan macam ini membantu membuat anak-anak bersikap lebih aktif tanpa menimbulkan suara gaduh atau bersikap gelisah.
Sekolah-sekolah di Australia sendiri belakangan memang semakin sering mengeluarkan kebijakan-kebijakan larangan aneh dengan dalih menghormati staf dan murid dari golongan apapun. Misalnya melarang murid berpelukan satu sama lain, melarang penggunaan kata “hitam” (black) dalam lagu anak-anak “Black Sheep”, hingga melarang para guru menggunakan kata “wanita” untuk menghormati kalangan biseksual dan transgender.
referensi :
https://listverse.com/2018/03/01/top-10-crazy-things-that-crazy-schools-have-banned/ https://www.news.com.au/lifestyle/parenting/school-life/school-bans-clapping-and-allows-students-silent-cheers-or-air-punching-but-only-when-teachers-agree/news-story/cf87e7e5758906367e31b41537b18ad6