Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tempat di Kota Bandung yang Terkenal Angker dan Mistis

Bandung. Itulah nama dari kota terbesar di Jawa Barat. Kota berjulukan Kota Kembang ini terkenal dengan wisata kuliner dan bangunan-bangunan bergaya Belandanya. Tidak mengherankan jika kemudian Bandung pun selalu ramai disambangi oleh wisatawan dari luar kota setiap akhir pekan. Namun di balik hingar bingar tersebut, Bandung juga memiliki sisi gelapnya. Berikut ini adalah 4 tempat di kota Bandung yang menyandang reputasi angker dan misterius.

Rumah Gurita

Rumah Gurita
Rumah Gurita via lamudi.co.id

Rumah Gurita adalah nama dari bangunan yang bakal menarik perhatian siapapun yang melewatinya. Bagaimana tidak, di bagian atap bangunan ini terdapat patung gurita raksasa yang berwarna hitam.

Keberadaan patung tersebut tak pelak membuat banyak orang yang berspekulasi mengenai apa sebenarnya fungsi dan bangunan ini. Tidak sedikit netizen yang berspekulasi kalau bangunan ini digunakan oleh kelompok pemuja setan untuk melakukan pertemuan rahasia dan ritual terlarang.

Teori konspirasi mengenai Rumah Gurita hanya semakin menjadi karena penghuni bangunan ini jarang terlihat. Ditambah lagi, bangunan ini terletak di belakang rumah nomor 6 di Perumahan Sukadamai. 

Lokasi bangunan yang berada di sebelah bangunan bernomor 6 lantas membuat sejumlah orang mengaitkan bangunan ini dengan angka 666, angka yang terkenal sebagai angka setan. Kemudian jika dilihat dari jendela, patung-patung misterius nampak terpajang di dalam bangunan.

Lantas, apakah semua hal tersebut memang benar adanya? Kalau menurut warga setempat yang bernama Oong, Rumah Gurita aslinya tidaklah semisterius dengan apa yang selama ini dibicarakan oleh orang-orang di dunia maya.

Oong yang sudah berusia lebih dari 70 tahun mengaku kalau ia sudah tinggal di dekat Rumah Gurita sejak tahun 1986. Menurut pengamatannya, tidak pernah ada aktivitas berbau keagamaan maupun ritual gaib di Rumah Gurita.

Oong juga mengaku kenal dengan pemilik Rumah Gurita. "Bangunan ini dimiliki oleh seorang pengusaha, bernama Pak Frans. Saya kenal baik orangnya dan kami sering kontak-kontakan. Rumah ini hanya menjadi rumah singgah karena pemiliknya ada di Jakarta," kata Oong seperti yang diberitakan oleh Detik.com.

Ia juga menambahkan kalau Rumah Gurita penuh dengan patung karena Frans memang menyukai karya seni, termasuk patung. Namun meskipun pemilik asli Rumah Gurita tinggal di Jakarta, Rumah Gurita bukanlah rumah yang sama sekali tidak terurus. Oong menjelaskan kalau bangunan ini sekarang diurusi oleh saudara Frans.

Gedung Sate

gedung sate
gedung sate via jurnalsecurity.com

Jika bicara soal bangunan paling terkenal dari kota Bandung, Gedung Sate bakal menjadi bangunan yang muncul di benak banyak orang. Ukuran bangunannya yang besar dan arsitekturnya yang khas menjadi penyebab mengapa gedung ini sekarang dipandang sebagai salah satu bangunan khas kota Bandung.

Gedung Sate mendapatkan nama demikian karena ada monumen menyerupai tusuk sate di bagian atap menaranya. Sahabat anehdidunia.com bangunan dengan warna dominan putih ini sudah berdiri sejak masa Hindia Belanda, tepatnya sejak tahun 1920. Sekarang, Gedung Sate dikelola oleh pemda Jawa Barat. 

Saat Perang Dunia Kedua berakhir, kota Bandung menjadi arena konflik antara golongan nasionalis Indonesia melawan Belanda yang ingin kembali memerintah Hindia Belanda. Gedung Sate turut terkena imbas dari konflik tersebut. 

Di halaman depan Gedung Sate, terdapat tugu berisi tulisan kalau pernah ada 7 pejuang Indonesia yang gugur dan kemudian dikubur di halaman Gedung Sate. Peristiwa tersebut lantas konon menjadi penyebab mengapa kadang-kadang ada penampakan pemuda di Gedung Sate pada malam hari.

Kisah angker seputar Gedung Sate belum berhenti sampai di sana. Di belakang Gedung Sate, terdapat pohon besar yang konon menjadi tempat tinggal makhluk halus. Menurut salah satu cerita, pernah ada pedagang yang buang air kecil di pohon tersebut. Kemudian sesudah itu, pedagang tersebut dihantui oleh makhluk misterius yang menyeramkan hingga beberapa hari berikutnya.

Kampung Gajah

Kampung Gajah
Kampung Gajah via painteres.com

Jika Jakarta punya taman hiburan Ancol, maka Bandung punya Kampung Gajah. Setidaknya itulah yang ada di benak para investor saat merintis berdirinya Kampung Gajah. Pertama kali berdiri pada tahun 2010, Kampung Gajah tidak bisa bertahan lama dan akhirnya tutup pada tahun 2017 setelah pemiliknya dinyatakan bangkrut.

Kampung Gajah berdiri di atas lahan seluas 36 hektar. Ada 30 wahana bermain yang ada di tempat ini. Mulai dari lintasan GoKart, rumah Teletubbies, pacuan kuda, flying fox, kolam ombak buatan, dan masih banyak lagi. 

Kampung Gajah mematok tarif masuk yang cukup mahal. Pengunjung harus membayar tiket masuk yang tarifnya berkisar antara 15 hingga 20 ribu rupiah. Kemudian saat sudah berada di dalam, pengunjung masih harus membayar untuk menggunakan wahana. Masing-masing wahana dipatok dengan biaya mulai dari 15 ribu hingga 100 ribu rupiah.

Meskipun tarifnya terbilang mahal, toh hal tersebut tidak membuat Kampung Gajah sepi pengunjung. Setiap hari Sabtu dan Minggu, jalanan yang mengarah ke Kampung Gajah bakal dipadati oleh mobil. Wisatawan kerap terlihat menyemut di Kampung Gajah.

Namun pemandangan tersebut sekarang sudah tidak bisa dijumpai. Akibat masalah keuangan, Kampung Gajah pun terpaksa ditutup. Dampaknya, banyak wahaba hiburan di Kampung Gajah yang kini berada dalam kondisi terbengkalai. 

Kampung Gajah yang dulunya dipenuhi pemandangan berwarna warni dan penuh keceriaan sekarang kondisinya bak kota mati. Lahan rumputnya nampak dipenuhi oleh tanaman liar. Wahana kolam ombak kini airnya nampak berwarna hijau akibat dipenuhi oleh lumut.

Namun hal tersebut tidak lantas membuat Kampung Gajah tidak lagi benar-benar sepi pengunjung. Sejumlah orang sengaja mendatangi Kampung Gajah untuk melakukan uji nyali dan melihat sendiri bagaimana angkernya Kampung Gajah saat sudah tidak lagi beroperasi. 

Bandung Medical Center

Bandung Medical Center
Bandung Medical Center via ussfeed.com

Jika bicara soal rumah sakit paling angker, nama Bandung Medical Center (BMC) merupakan nama yang cukup sering disebut. Pasalnya sudah tidak terhitung banyaknya laporan kesaksian dari orang-orang yang mengaku mengalami hal-hal aneh saat berada di dekat bangunan tersebut.

BMC memiliki arsitektur khas Belanda karena bangunan ini memang sudah berdiri sejak zaman Hindia Belanda. Sejak awal pendiriannya, bangunan ini sudah difungsikan sebagai rumah sakit.

Selepas perginya Belanda dari Indonesia, bangunan cikal bakal BMC kemudian melanjutkan perannya sebagai rumah sakit dengan nama RS Sartika Asih. Namun pada tahun 1995, RS Sartika Asih pindah alamat dan berganti nama menjadi RS Bhayangkara Sartika Asih.

Tahun 2000, gedung bekas RS Sartika Asih kemudian diganti namanya menjadi Bandung Medical Center. Awalnya bangunan tersebut hendak direnovasi supaya bisa dioperasikan kembali menjadi rumah sakit baru.

Namun saat pemilik baru bangunan BMC meninggal dunia, proses renovasi bangunan ini pun dihentikan. Sejak itulah, bangunan ini berada dalam kondisi terlantar dan kisah-kisah mistis mulai bermunculan.

Menurut penjaga gedung BMC yang bernama Lili, lambatnya renovasi BMC bukan semata karena pemiliknya meninggal, tetapi juga karena para pekerja mengaku kerap diganggu makhluk halus. Lili juga mengaku kalau tubuhnya pernah merasa berat secara tiba-tiba saat ia sedang berjaga pada suatu malam.

Dari sekian banyak ruangan di dalam gedung BMC, kamar mayat dan kamar bayi menjadi ruangan yang dianggap paling angker. Pasalnya di ruangan-ruangan itulah, kerap muncul penampakan dan suara bayi yang asalnya tidak jelas. Mereka yang nekat memasuki ruangan tersebut konon bakal mengalami kerasukan.

Sumber :

https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5309881/mengupas-misteri-rumah-gurita-bandung https://www.liputan6.com/citizen6/read/2364569/4-kisah-mistis-yang-menyelimuti-gedung-sate https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4780294/kampung-gajah-sempat-ramai-pailit-lalu-jadi-rumah-hantu http://jurnalposmedia.com/bandung-medical-centre-dan-kisah-mistis-yang-menghantuinya/