Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bacchus Ladies, Fenomena Prostitusi Lansia Yang Jadi Bukti Kerasnya Hidup Di Korea Selatan

Sahabat anehdidunia.com sebagai salah satu negara termaju di Asia, Korea Selatan dituntut untuk selalu bergerak di lajur ekonomi yang cepat. Maka tak heran jika warga Negri Gingseng ini, dikenal memiliki Etos kerja yang keras. Namun hal ini tak selalu berkonotasi baik, karena itu juga berarti setiap warganya harus bekerja sangat keras untuk dapat setidaknya bertahan hidup. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil survei dari sebuah lembaga independen disana yang menyebutkan jika sebagian besar warga Korsel justru berharap bisa bekerja diluar negeri. Survei yang dilakukan kepada kalangan muda ini menguak jika sebagian besar dari mereka belajar dengan sangat keras agar bisa bekerja di luar negeri karena merasa kehidupan di Korsel sudah terlalu keras. Fenomena ini sendiri bisa kita lihat dari banyaknya kalangan menengah di Korsel yang rela mati-matian untuk menyekolahkan anak mereka ke luar negeri. Bahkan ada yang sampai mengirim seluruh keluarganya keluar negri, dengan harapan anak tersebut akhirnya bisa bekerja di luar dan kelak membawa keluarganya keluar dari Korsel.

via profession-spectacle.com

Lalu bagaimana kabar generasi lanjut Korsel, jika yang muda saja sudah merasa kewalahan dengan kehidupan disana? jawabanya adalah mereka sedang berada di neraka dunia. Para lansia ini harus dihadapkan dengan dunia yang begitu berbeda di masa tua mereka dengan keahlian minim dan juga latar pendidikan yang ala kadarnya. Akibatnya mereka bahkan tetap hars bekerja keras bahkan meski di usia yang telah senja. Hal ini kemudian memuncukan sebuah fenomena bernama "Bacchus Lady" yaitu prostitusi lansia yang mulai menjamur di kota Seoul. Bacchus sendiri sebenarnya merupakan minuman penambah energi yang biasa di jual dalam botol kecil. Minuman inilah yang banyak dijajakan oleh para lansia wanita di kota Seoul, namun kebanyakan itu hanyalah kedok dari layanan seks yang sebenarnya mereka jajakan.

via koreaherald.com

Sisi gelap dari Korsel ini terungkap dalam penelusuran BBC News yang mengangkan fenomena "Bacchus Ladies" ini dalam salah satu penelusuran mereka. Dari penelusuran ini, mereka berhasil bertemu dengan seorang nenek bernama Kim Eun-ja yang merupakan salah satu Bacchus Ladies, yang biasa menjajakan daganganya di sekitar Stasiun Kereta bawah tanah Jongno di kota Seoul. Sahabat anehdidunia.com nenek berusia 71 tahun setiap hari harus berdiri setidaknya 6 jam di dinginya kota Seoul untuk menjajakan minuman Bacchus sambil berharap akan ada pria yang tertarik menggunakan jasa yang "lain" ia tawarkan. Nenek Kim mengaku pekerjaan ini mau tak mau harus ia lakukan karena jika hanya menjual Bacchus dia hanya kan menghasilkan 5.000 Won (Rp. 70.000) dalam satu hari. Julmah yang tentu sangat tak cukup untuk biaya makan satu hari saja di Korsel.

via nypost.com

Nenek Kim sebenarnya memiliki empat orang anak, namun karena kondisi ekonomi anaknya yang pas-pasan di tambah tuntutan hidup yang tinggi di Korsel, membuatnya harus mencari uang untuk makan dan kebutuhanya sendiri. Nenek Kim mengaku semasa muda ia sebenarnya memiliki keluarga yang normal. Namun karena suaminya gila judi, keluarga mereka pun akhirnya kehilangan segalanya. Setelah terlilit utang suaminya kemudian justru meninggalkanya dengan tiga anaknya saat usianya masih 20-an. Untungnya setelah itu ia masih bisa menunmpang di riumah salah satu kerabatnya. Semasa itu dengan latar belakang pendidikan yang minim akhirnya nenek Kim hanya bisa bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga. Penghasilanya pun tak seberapa hingga ia tak mampu menyekolahkan ketida anaknya. Karena itu anak-anak dari nenek Kim, hanya bisa bekerja mengandalkan tenaga mereka dan hanya memiliki penghasilan yang pas-pasan. Alasan inilah yang membuatnya enggan untuk meminta bantuan pada anak-anaknya. Kisah seperti ini nyaris di alami oleh kebanyakan lansia yang menjadi Bacchus Ladies, di sekitaran Seoul.

via noxinfluencer.com

Dengan menjadi Bacchus Ladies, setidaknya ia bisa menghasilkan sekitar 500 - 1.000 dollar dalam sebulan. Uang ini kemudian ia gunakan kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk membiayai pengobatan penyakit arthritis parah yang di idapnya. Penyakit inilah yang membuat nenek Kim meembulatkan tekadnya untuk menjadi Bacchus Ladies, karena jika tidak di obati maka ia akan merasakan rasa nyeri yang luar biasa pada lututnya. Ia sebenarnya merasa malu atas apa yang dilakukanya, terlebih jika sampai tertangkap polisi. Namun di sisi lain tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menjadi Bacchus Ladies, karena kondisi fisiknya yang sudah tak sekuat dulu. Ironi ini bisa kita lihat dalam pernyataan nenek Kim pada BBC yang kurang lebih berbunyi "Bahkan jika saya akan mati, saya perlu obat. Sehari setelah berikutnya, saya akan pergi ke rumah sakit dan mendapatkan suntikan untuk tulang. Hal ini sangat menyakitkan." Karena itu meski nyaris tak kuat lagi untuk berjalan karena nyeri akut yang ia derita, nenek Kim tetap harus setia berdiri hingga berjam-jam lamanya untuk menuggu pelanggan.



Sedangkan di sisi lain kemunculan fenomena Bacchus Ladies, ini juga tak lepas dari adanya para penikmat jasa dari para nenek lansia ini. Para pengguna jasa Bacchus Ladies ini biasanya merupakan orang-orang tua yang berkumpul di sekitar taman Jongmyo, Seoul. Taman kota ini sendiri merupakan pusat bagi para lansia untuk berkumpul sambil bermain catur atau sekedar mengoblrol sambil menghabisakan sore hari. Disela keheningan sore inilah kemudian transaksi antara Bacchus Ladies dan para Kakek ini berlangsung. Menurut penuturan seorang Kakek di taman itu, sebagian besar dari mereka sudah menggunakan jasa Bacchus Ladies. Ia kemudian mengatakan "Kami adalah lelaki, jadi kami penasaran tentang perempuan. Kami beli minuman dan menyelipkan uang ke tangan mereka dan tiba-tiba saja hal itu terjadi!." Selain itu para Bacchus Ladies juga kadang menerima tawaran dari orang yang cukup muda, jadi kadang jika beruntung ia bisa mendapatkan 3-4 pelanggan dalam satu hari.



Menurut Dr. Lee Ho-Sun, seorang peneliti tentang fenomena kemiskinan di usia tua yang melanda Korsel. Para lansia ini merupakan wujud nyata dari kesuksesan ekonomi negara mereka sendiri. Dengan majunya ekonomi tak hanya berarti pendapatan warga yang naik namun juga pengeluaran mereka. Dahulu para lansia ini menganggap bahwa anak yang sukses merupakan tabungan terbaik di masa tua. Karena itu biasanya mereka akan melakukan apapun untuk membuat anaknya bisa mendapat pekerjaan yang layak. Akibatnya mereka re;a menghabiskan nyaris seluruh penghasilnya untuk biaya sekolah anak. Tapi kemudian jaman mulai berubah, anak-anak yang rencanaya akan menjadi sandaran hidup ini, bahkan kini nyaris tak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri akibat tuntutan zaman dan kian cepatnya perputaran uang yang terjadi di negara maju. Hal ini dikemukaan Dr. Lee, setelah ia mewawancarai tak kurang dari 400 lansia yang bekerja sebagai Bacchus Ladies di taman Jongmyo. Salah satu diantaranya bahkan berujar "Saat aku lapar, aku tak lagi butuh rasa hormat dan harga diri, yang aku butuhkan hanyalah makan 3 kali sehari" kata wanita 68 tahun itu.

Grafiti di Korea via bbc.com

Disinilah kemudian dilema terjadi, karena menurut Dr. Lee mereka tak akan mungkin bisa menghentikan fenomena ini, tanpa terebih dulu menjamin ketersediaan kehidupan yang layak bagi para lansia yang ada. Hal ini bisa terlihat dari kurang efektifnya operasi yang dilakukan oleh Pihak Kepolisian untuk meredam keberadaan Bacchus Ladies. Sebagian besar dari Bacchus Ladies ini sudah ditangkap lebih berkali-kali, namun mereka selalu kembali lagi karena memang tak ada pilihan lain untuk bertahan hidup. Selain itu prostitusi lansia ini juga menimbulkan masalah lain yaitu mulai naiknya angka pengidap penyakit kelamin di kalangan lansia. Hal ini dipicu oleh penggunaan suntikan khusus yang biasa digunakan Bacchus Ladies untuk membatu para konsumenya yang sudah berusia lanjut untuk dapat membuat mereka ereksi. Suntikan ini hampir pasti ditemukan di tiap tas yang di bawa oleh para Bacchus Ladies ini, sayangnya biasanya jarum suntik yang ada digunakan hingga 10-20 kali pada orang yang berbeda. Akibatnya menurut survei kesehatan di kota Seoul, ditemukan fakta bahwa sekitar 40% lansia pria di sana memiliki penyakit kelamin.

via bbc.com

Mengetahui hal ini Pemerintah Korsel, khususnya kota Seoul mulai melakukan tindakan dengan melakukan penyulugan tentang sex yang aman pada lansia, guna mencegah perluasan penyebaran penyakit kelamin. Namun rasanya hal ini tak akan berdampak besar mengingat bukan itu masalah yang sebenarnya. Karena sejatinya para lansia ini merupakan korban kemanjuan ekonomi, dimana makanan menjadi mahal sedangkan sex justru menjadi hal yang murah. Dan selama mereka yang "mampu" masih menutup mata akan realita tentang nasib para lansia yang justru menjadi pembangun pondasi kemajuan ekonomi Korsel ini. Maka fenomena Bacchus Ladies akan tetap terus ada atau bahkan mungkin akan berkembang.

Bagi yang penasaran seperti apa fenomena Bacchus Ladies ini, silahkan simak video singkat berikut ini:

Referensi:

http://www.bbc.com/news/magazine-27189951

https://www.brilio.net/duh/sisi-gelap-korea-selatan-nenek-nenek-menjadi-psk-saat-masa-tua-170202m.html