Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Penting Dibalik Penemuan Kacamata

Dijaman sekarang kacamata sudah sangat banyak orang memakainya karena asangat membantu dalam meringankan masalah pada penglihtan. Kita perlu mengetahui sejarah dari kacamata itu sendiri karena sampai sekarang sangat sulit membuktikan siapa penemu kacamata yang asli. Banyak yang menunjuk Benjamin Franklin sebagai penciptanya. Namun, sebenarnya ide tentang kacamata sudah ada sekira 400 tahun sebelum 1700-an, ketika Franklin mulai aktif. Kita mulai dari penemuan kacamata di jaman Masehi seperti dikutip dari historia.id

Batu Zamrud Kaisar Nero


Benda yang difungsikan sebagai kacamata yang pertama kali diketahui digunakan oleh Kaisar Nero dari Roma yang berkuasa pada 54 sampai 68 M. Dia menggunakan batu zamrud ketika sedang menyaksikan pertandingan gladiator. Namun, tak diketahui dengan pasti apakah itu artinya sang kaisar memang memiliki masalah dengan penglihatannya atau dia hanya sekadar menghindari silaunya sinar matahari.

Potongan Bola Kaca


Sarjana dan astronom Irak, Ibn al-Haytham (sekitar 965-1040 M) dikenal sebagai orang yang berkutat dalam penelitian mengenai cahaya dan mekanisme penglihatan. Dia mempelajari lensa, bereksperimen dengan cermin yang berbeda: datar, bulat, parabola, silindris, cekung dan cembung. Hasilnya, dia menemukan kalau objek visual yang dilihat melalui pembiasan cahaya, yaitu yang melintasi material tebal seperti air dan kaca, lebih besar dari ukuran sebenarnya.

Pada sekira 1027, al-Haytham menyelesaikan bukunya, Kitab al-Manazir atau Buku Optik. Dia pun menyarankan kaca yang dihaluskan dapat membantu seseorang yang menderita gangguan penglihatan. Namun, idenya itu baru dipraktikkan bertahun-tahun kemudian.

Kaca Pembesar


Pada abad ke-13, sarjana Inggris Roger Bacon (1214-1294) menulis soal kaca pembesar. Dia menjelaskan bagaimana memperbesar objek visual menggunakan potongan bola kaca. Dia menulis: "karena alasan ini, alat ini berguna untuk orang tua dan orang-orang yang memiliki kelemahan dalam penglihatan mereka karena memungkinkan mereka untuk dapat melihat huruf sekecil apa pun.”

Beberapa sejarawan sains berpendapat Bacon mendapatkan gagasannya dari buku Ibn Al-Haytham, Kitab al-Manazir. Pasalnya, gagasan menggunakan bola kaca agar bisa melihat benda kecil sudah dikenal sejak percobaan penelitian Ibn Al-Haytham. Namun, menurut bukti yang tersedia, ide menggunakan kaca pembesar ini untuk membaca pertama kali disebutkan dalam buku Bacon. Kendati tak ada bukti dia menerapkan pengetahuannya itu.

Kacamata Beryl


Kacamata pertama kali dikenal di Eropa pada akhir abad ke-13 M. Lukisan-lukisan mulai memperlihatkannya pada pertengahan abad ke-14 M. Dalam lukisan-lukisan itu digambarkan bentuk kacamata dengan dua lensa bulat dalam bingkai yang disambung dengan poros dan gagang logam berbentuk “V”. Tak ada gagang untuk disangkutkan ke telinga seperti kacamata masa kini. Mereka sudah memakainya untuk membaca. Pada masa itu, lensa bukan terbuat dari kaca, tapi dari mineral Beryl.

Contoh kacamata ini seperti yang dipakai kardinal Hugh of St. Cher dalam lukisan karya Tommaso ad Modena pada 1352 di dinding gereja di Treviso. Ini adalah representasi gambar kacamata tertua yang diketahui hingga kini.

Lorgnette


Lorgnette, yang merupakan sepasang kacamata mungil dengan pegangan. Lorgnette berasal dari kata lorgner dalam bahasa Perancis, yang berarti "melirik" atau "mengawasi secara sembunyi-sembunyi". Lorgnette diyakini telah diciptakan pada 1770 oleh orang Inggris, George Adams I (1709-1772), kemudian diilustrasikan putranya dalam Essay on Vision (1789 dan 1792) di mana lorgnette digambarkan sebagai 'semacam pengganti kacamata ...’.

Kemudian, alat bantu optik ini adalah jawaban bagi perempuan pada abad ke-19 yang membutuhkan kacamata tetapi tidak ingin benar-benar memakainya. Sampai abad ke-17, alat bantu optik lebih banyak dipakai kaum pria. Namun, lorgnette membuat perempuan lebih berminat dalam dunia kacamata. Benda ini pun diyakini menambah kesan elegan bagi kalangan atas. Perempuan memakai lorgnette pun menjadi pemandangan umum selama abad ke-19 di teater serta opera. Lorgnette muncul dalam bentuk yang lain, yaitu kipas lorgnette. Adalah Marie Antoinette, ratu Prancis abad ke-18 merupakan penggagas gaya ini.

Kacamata Bifokal


Kacamata bifokal adalah kacamata dengan dua bagian di lensanya. Bagian atas untuk melihat jarak jauh, bawah untuk membaca. Benjamin Franklin, seorang ilmuan Amerika pada 1784 adalah penciptanya. Kacamata jenis ini biasanya diresepkan untuk orang yang menderita presbiopia, kondisi yang ketika itu diderita Franklin.

Kacamata Berlensa Satu (Monocle)


Kacamata berlensa satu digunakan dengan cara dipasang pada rongga mata pemakai dan biasanya digantung di leher dengan tali, pita, atau rantai. Banyak dari kacamata ini awalnya dibingkai dengan logam, kulit penyu, atau tanduk.

Monocles diperkenalkan pada abad ke-18, tetapi makin mendapat sorotan pada abad ke-19 di Eropa. Ia menjadi bagian umum dari pakaian pria kaya. Kacamata ini sering dipasangkan dengan topi dan mantel.

Salah satu pemakainya yang paling awal yang diketahui adalah penyuka barang antik dari Prusia, Philipp Von Stosch yang mengenakan kacamata berlensa di Roma pada tahun 1720-an. Ia mengenakannya untuk memeriksa ukiran dan permata berukir. Awalnya disebut cincin mata, kacamata ini segera menyebar ke Austria berkat seorang ahli kacamata, JF Voigtlander, yang mulai membuatnya di Wina pada sekira 1814. Mode ini dengan cepat populer di Inggris dan Rusia.

Monocles kemudian menjadi tidak disukai di sebagian besar Eropa barat dan Amerika Serikat selama Perang Dunia I (1914-18). Itu ketika kacamata ini dikaitkan dengan perwira militer Jerman yang sering digambarkan memakainya.

Pince-nez


Kacamata pince-nez menutupi kedua mata. Namanya berasal dari bahasa Prancis, pincer berarti "mencubit" dan nez berarti "hidung.". Kacamata ini memang menjepit pangkal hidung ketika di pasang di depan mata. Mengenakan kacamata ini sangat tidak nyaman bagi sebagian orang yang tidak memiliki bentuk hidung yang pas. Karenanya, kacamata ini sering digantungkan dengan rantai di leher sehingga pengguna tidak perlu memakainya sepanjang hari. Meski kacamata ini sudah mulai dipakai di Eropa sejak abad ke-15, ke-16, hingga ke-17, tetapi menjadi makin popular pada 1880 sampai 1900. Anton Pavlovich Chekhov, penulis besar Rusia, adalah salah satu yang terkenal mengenakan kacamata jenis ini.

Kacamata Warna-wani


Pada 1930-an kacamata hitam menjadi populer untuk pertama kalinya. Diawali pada 1913 oleh Sir William Crookes dari Inggris yang menciptakan lensa berkemampuan menyerap sinar ultraviolet dan inframerah. Pada 1940-an, kemajuan dalam pembuatan plastik membuat berbagai macam kacamata tersedia dalam setiap warna pelangi. Perempuan banyak mengenakan kacamata berbingkai runcing di bagian ujung atasnya, yang sangat populer hingga akhir 1950-an. Sementara pria cenderung menggunakan bingkai kawat emas.

Kacamata Berlensa besar


Pada paruh kedua abad ke-20, kacamata dianggap sebagai bagian dari pakaian seseorang. Mirip dengan pakaian, kacamata perlu terus diperbarui atau seseorang dapat dianggap kuno. Semakin banyak selebritas yang memengaruhi mode kacamata. Misalnya pada 1970-an, Jacqueline Kennedy Onassis, ibu negara AS pada 1961-1963, juga ikut mempopulerkan lensa besar.

Lensa Plastik


Sejak 1980-an inovasi menghasilkan lensa plastik berkualitas tinggi. Bahan plastik dianggap lebih ringan dan lebih aman untuk dipakai dibanding kaca.