Misteri Manusia Kerdil Dari Kampung Rampasasa Flores
Dusun Rampasasa, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah daerah subur dengan topografi yang berbukit-bukit. Landscape kampung ini dipenuhi pemandangan sawah yang hijau dan aneka pepohonan rindang. Sebagian besar masyarakat kampung ini bekerja sebagai petani. Tanaman andalan masyarakat Rampasasa adalah kopi. Hampir setiap rumah pasti memiliki pohon kopi. Tidak untuk dijual saja, tetapi kopi sudah menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat disana. Ibaratnya, badan tidak segar jika sehari saja tak minum kopi.
Keluarga Pigmi Rampasasa Flores via tempo.co
Namun, cerita unik dari kampung ini bukan mengenai kesuburan tanah atau pemandangan yang indah. Di dusun Rampasasa terdapat masyarakat dengan tubuh kerdil. Tinggi tubuh orang pendek di Rampasasa berkisar sekitar 130-150 cm. Para orang bertubuh pendek disana mengatakan tubuh mereka pendek karena orang tua mereka juga memiliki tubuh yang pendek. Jumlah orang pendek di dusun tersebut sekarang hanya tinggal sekitar 20-an orang. Banyak dari orang bertubuh pendek tersebut kemudian menikah dengan orang di luar dusun, sehingga keturunan mereka memiliki tubuh yang normal.
Situs Liang Bua via southeastasianarchaeology.com
Hal yang menarik dari keberadaan orang bertubuh pendek di Rampasasa adalah dikaitkannya keberadaan mereka dengan penemuan fosil Homo Floresiensis di dusun tersebut. Di Rampasasa terdapat gua yang bernama Liang Bua. Situs Liang Bua merupakan gua yang dibentuk dari endokars. Batuan yang ada di gua ini diperkirakan berasal dari periode Miosen tengh atau sekitar 15 juta tahun yang lalu. Di gua tersebut ditemukan fosil manusia purba yang bertubuh kerdil yang kemudian dikenal dengan Homo Floresiensis.
Homo Floresiensis adalah termasuk manusia purba dari genus Homo. Homo Floresiensis ini biasanya disebut dengan manusia purba kerdil dari Flores, karena ukuran tubuhnya yang sangat kerdil. Homo Floresiensis diperkirakan hidup sekitar 12.000 tahun yang lalu. Saat ditemukan oleh tim gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Indonesia & University of New England, Australia pada tahun 2003, kerangka dari manusia purba ini belum membatu atau belum menjadi fosil. Penemu dari Homo Floresiensis ini mengemukakan dugaan bahwa Homo Floresiensis ini hidup berdampingan atau hidup bersama sama dengan spesies homo sapiens, atau dengan manusia modern lainnya. Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh Homo Floresiensis ini adalah Badan dan kepala memiliki ukuran yang kecil, Memiliki ukuran otak yang sangat kecil, Memiliki volume otak 380cc, Memiliki rahang yang menonjol atau berdahi sempit, Memiliki masa tubuh yang telah diperkirakan sekitar 25kg (55lb), Tinggi badan diperkirakan sekitar 1,06 m (3 ft 6 in).
Pada saat ditemukannya Homo Floresiensis di Liang Bua ini, juga telah banyak ditemukannya kerangka homo sapiens dan berbagai mamalia lainnya, seperti gajah stegodo, biawak, dan tikus besar. Selain itu, juga ditemukan alat-alat batu seperti pisau, tulang yang terbakar, arang, beliung, mata panah.
Banyak perdebatan pendapat dari ditemukannya manusia purba Homo Floresiensis ini, perbedaan pendapatnya yaitu bahwa Homo Floresiensis buka dari spesies manusia, dan akhirnya pada September 2007. Para ilmuan yang meneliti Homo Floresiensis telah menemukan suatu petunjuk baru, yaitu berdasar dari pengamatan di pergelangan tangan fosil homo floresiensis yang telah ditemukan di Liang Bua ini memberikan fakta bahwa ternyata Homo Floresiensis bukan termasuk ke dalam jenis manusia modern, namun termasuk ke dalam jenis manusia yang berbeda.
ilustrasi Homo Floresiensis
Nah, penemuan fosil Homo Floresiensis yang juga bertubuh pendek tersebut kemudian sering dikait-kaitkan dengan keberadaan masyarakat bertubuh pendek di Rampasasa. Banyak peneliti dari luar negeri yang datang ke kampung tersebut untuk meneliti hubungan antara masyarakat bertubuh pendek tersebut dengan Homo Floresiensis. Sampel darah dari para masyarakat diambil dan diuji apakah ada hubungan antara tubuh pendek masyarakat Rampasasa dengan Homo Floresiensis.
Hasil penelitian sendiri menunjukan bahwa tidak ada kaitan antara fosil Homo Floresiensis dengan masyarakat bertubuh pendek. Hasil penelitian tersebut didukung dengan kenyataan bahwa fosil Homo Floresiensis ditemukan dibawah tumpukan abu vulkanik. Berarti di tempat tersebut pernah ada bencana gunung api yang memusnahkan Homo Floresiensis.
Uniknya, masyarakat Rampasasa sendiri malah percaya bahwa mereka merupakan keturunan Homo Floresiensis. Mereka sendiri menjalani kehidupan layaknya manusia biasa. Bekerja di kebun dan menjalani kehidupan di dusun yang kaya akan sumber daya alam dan adat istiadat tanpa merasa minder.
Sumber:
http://travel.kompas.com/read/2013/02/26/12585695/misteri.manusia.kerdil.dari.flores
http://pengayaan.com/6-ciri-ciri-homo-floresiensis/
http://travel.kompas.com/read/2013/02/26/12585695/misteri.manusia.kerdil.dari.flores
http://pengayaan.com/6-ciri-ciri-homo-floresiensis/