Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fakta Vladimir Lenin Bapak Pendiri Uni Soviet Yang Tidak Kamu Ketahui

Jika membicarakan soal sejarah Rusia, maka nama Vladimir Lenin pastinya bukanlah nama yang asing bagi anda. Dialah tokoh yang mendirikan Uni Soviet, negara terbesar di dunia yang sayangnya pada tahun 1991 harus mengalami keruntuhan. Adapun selain jasanya dalam merintis berdirinya Uni Soviet, Lenin juga memiliki banyak fakta menarik seputar dirinya.

Vladimir Lenin

1. Lenin Bukanlah Nama Asli
Lenin bukanlah nama asli milik sosok yang bersangkutan. Saat baru lahir, ia menyandang nama Vladimir Ilich Ulyanov. Namun ketika ia mulai aktif dalam gerakan yang menentang pemerintahan monarki Rusia, Vladimir pun mulai menggunakan nama samaran supaya dirinya lebih sulit dikenali oleh aparat. Lenin sendiri bukanlah nama samaran pertama yang digunakan oleh Vladimir. Awalnya ia sempat menggunakan sejumlah nama alternatif seperti “K. Tulin” dan “Petrov”. Baru sejak tahun 1902, ia mantap menggunakan Lenin sebagai nama barunya. Para sejarawan berspekulasi kalau nama Lenin diambil dari Sungai Lena di Rusia. Vladimir bukanlah satu-satunya orang yang menggunakan nama samaran. Tokoh-tokoh pejuang revolusi Rusia yang lain juga menggunakan nama samaran dengan pertimbangan serupa. Joseph Stalin misalnya. Nama tersebut bukanlah nama asli karena nama yang dimilikinya saat baru lahir adalah Iosif Dzhugashvili.

2. Lenin Kehilangan Kakaknya Akibat Dieksekusi Aparat Rusia
Lenin bukanlah satu-satunya orang di keluarganya yang memendam sikap antipati kepada pemerintah Rusia pada masa itu. Kakaknya yang bernama Alexander juga memendam perasaan serupa. Ia bahkan meluapkan pandangannya tersebut dengan cara ikut terlibat dalam upaya pembunuhan kaisar Rusia di bulan Maret 1887. Rencana pembunuhan memakai bom tersebut gagal terwujud dan para anggotanya berhasil ditangkap oleh aparat, tak terkecuali Alexander. Para kolega Alexander yang terlibat dalam rencana ini beramai-ramai menerima keringanan hukum setelah mereka meminta pengampunan.

Namun sikap berbeda awalnya diambil oleh Alexander, yang menganggap tindakan meminta ampun kepada kaisar sebagai tindakan yang tidak tulus. Kendati begitu, ia kemudian sempat mengirimkan surat permohonan kepada pemerintah Rusia supaya dirinya diampuni. Untuk menarik rasa belas kasihan, Alexander juga menulis kalau kondisi kesehatan ibunya tengah memburuk. Sayang tindakan Alexander tersebut berakhir sia-sia. Ia akhirnya benar-benar tewas usai dihukum gantung pada bulan Mei 1887.

3. Lenin Pernah Dikeluarkan dari Kampus
Baik Lenin maupun kakaknya Alexander sama-sama pernah mengenyam bangku perguruan tinggi. Jika Alexander adalah mahasiswa jurusan zoologi, maka Lenin adalah murid jurusan hukum di Universitas Kazan. Ia mulai kuliah pada bulan Agustus 1887 alias hanya beberapa bulan pasca kematian kakaknya. Perjalanan Lenin di bangku Universitas Kazan tidak berlangsung lama setelah pada bulan Desember, ia dikeluarkan sesudah ikut terlibat dalam aksi protes mahasiswa. Namun hal tersebut tidak membuat Lenin patah semangat untuk melanjutkan pendidikannya. Ia diterima sebagai murid luar di Universitas St. Petersburg  dan sukses menamatkan studinya di sana. Sesudah itu, Lenin sempat aktif beberapa lama sebagai pengacara sebelum kemudian mencurahkan hidupnya untuk mewujudkan revolusi di Rusia.

4. Karl Marx Jadi Inspirasi Utama Lenin
Bagi mereka yang pernah membaca soal sejarah komunisme, maka nama Karl Marx tentunya bukanlah sosok yang asing. Ya, dialah pria kelahiran Jerman yang menulis buku Das Kapital, buku yang kelak menjadi pedoman bagi tokoh-tokoh komunis di masa depan. Tak terkecuali bagi Lenin sendiri. Ia bahkan dengan berani menyatakan kalau pemahaman Marxisme versinya adalah yang paling benar. Paham Marxisme versi Lenin ini lantas dikenal dengan istilah Marxisme. Ciri khas dari Leninisme jika dibandingkan dengan aliran Marxisme lainnya adalah Lenin menekankan pentingnya keberadaan golongan intelektual elit untuk memimpin revolusi. Menurut Lenin, dengan adanya keberadaan golongan intelektual, maka golongan kelas pekerja nantinya bisa ikut digerakkan untuk mewujudkan revolusi dan menciptakan komunitas berbasis sosialisme.

5. Lenin Pernah Diasingkan ke Siberia
Lenin pertama kali menerbitkan esainya yang bertema Marxisme pada tahun 1894 sebelum kemudian melanglang buana ke Perancis, Jerman, dan Swiss untuk bertemu dengan orang-orang yang sepemikiran dengannya. Namun setibanya ia kembali ke Rusia, Lenin ditangkap oleh aparat Rusia saat tengah sibuk menyiapkan surat kabarnya yang juga mengangkat isu Marxisme. Lenin menghabiskan waktu selama setahun di balik jeruji besi sebelum kemudian diasingkan ke Siberia hingga tahun 1900. Selama ditahan sebelum dibuang ke Siberia, Lenin bertemu dengan Nadezhda Krupskaya yang kelak bakal menjadi istrinya. Lenin juga tetap giat menulis kendati terkungkung oleh dinding penjara. Ketika masa tahanannya di Siberia berakhir, Lenin kemudian pergi ke luar Rusia dan menetap di sana supaya ia tetap bisa memperjuangkan ide-idenya tanpa khawatir bakal diciduk oleh aparat Rusia. Selama 17 tahun berada di luar negeri, ia sempat kembali sejenak ke Rusia pada tahun 1905 saat terjadi pemberontakan yang gagal pada tahun 1905.

6. Lenin Berharap Supaya Rusia Kalah dalam Perang Dunia I
Saat Perang Dunia I pecah dan turut menyeret Rusia ke dalamnya, hampir semua pihak di Rusia menunjukkan dukungan kepada negaranya supaya bisa memenangkan perang. Namun sikap sebaliknya ditunjukkan oleh Partai Bolshevik milik Lenin. Ia justru berharap agar Rusia kalah dalam perang supaya reputasi kaisar tercoreng dan terpaksa turun tahta. Keinginan Lenin tersebut akhirnya benar-benar terwujud pada bulan Maret 1917. 

Di tengah-tengah kelangkaan bahan pokok, melonjaknya inflasi, dan menurunnya moral tentara, Kaisar Nicholas II terpaksa turun tahta sehingga berakhirlah riwayat Kekaisaran Rusia. Lenin kemudian memanfaatkan momen tersebut untuk melakukan revolusi dan menggulingkan pemerintahan transisi Rusia pada bulan November. Tidak lama sesudah mulai berkuasa, Lenin kemudian meminta perundingan damai kepada Jerman dan sekutunya supaya Rusia tidak perlu lagi terlibat dalam Perang Dunia I. Tawaran Lenin tersebut disetujui oleh Jerman. Namun sebagai gantinya, Lenin harus menyerahkan sebagian wilayah Rusia ke tangan Jerman dan sekutunya.

7. Lenin Nyaris Tewas Akibat Ditembak
Sesudah mengisi pidato di Moskow pada bulan Agustus 1918, Lenin ditembak dan menderita luka parah. Namun peristiwa ini secara tidak langsung ternyata membawa manfaat bagi Lenin. Mereka yang mendengar kasus penembakan Lenin dan keberhasilannya untuk bertahan hidup lantas merasa bersimpati kepadanya. Walaupun sukses bertahan hidup, penembakan tersebut ternyata masih meninggalkan efek jangka panjang bagi Lenin. Pada tahun 1921, Lenin menderita sakit parah yang diperkirakan terjadi akibat keracunan serpihan logam dari peluru yang dulu melukai dirinya. Setahun kemudian, kondisi kesehatannya kian memburuk setelah ia tiga kali menderita stroke. Tanggal 21 Januari 1924, Lenin mengalami koma dan menghembuskan nafas terakhirnya di hari yang sama.

8. Jasad Lenin Diawetkan dan Dijadikan Tontonan Publik
Begitu kabar kematian Lenin tersiar, ribuan orang kemudian berbondong-bondong mendatangi peti mayatnya untuk memberikan penghormatan. Mayat Lenin sendiri sesudah itu tidak dikubur, melainkan diawetkan supaya sosoknya bisa menjadi semacam simbol. Selama berbulan-bulan, proses pengawetan dan pembalseman yang rumit dilakukan supaya tubuhnya bisa awet selama mungkin. Bangunan khusus untuk memajang mayatnya juga didirikan di Lapangan Merah Moskow. Jasad Lenin lantas ditempatkan di dalam gedung makam raksasa dan bisa dilihat oleh masyarakat umum hingga sekarang. Ketika Perang Dunia II meletus, jasad Lenin sempat direlokasi ke Siberia pada tahun 1941 hingga 1945 sebagai antisipasi kalau-kalau pasukan Jerman berhasil mencapai Moskow.

Sumber :
https://www.history.com/news/9-things-you-may-not-know-about-vladimir-lenin
https://www.historyhit.com/facts-about-vladimir-lenin/