Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Unik Desa Berundak Masouleh Jalanannya Dibangun Di Atap Rumah Warga

Di kawasan padat penduduk, keterbatasan tempat untuk mendirikan bangunan menjadi masalah yang lazim dialami. Untuk itulah, masing-masing daerah pun memiliki solusinya untuk mengakali masalah tadi. Di kawasan perkotaan, mendirikan rumah susun dan apartemen yang ditempati oleh banyak orang sekaligus menjadi jalan keluar yang kerap diambil.

Keterbatasan lahan untuk mendirikan tempat tinggal bukan hanya terjadi di kawasan perkotaan yang sudah penuh dengan bangunan buatan manusia. Di desa yang lokasinya berada di lereng gunung, hal serupa juga terjadi. Masalah itulah yang dialami oleh desa Masouleh yang terletak di Pegunungan Alborz, Iran utara. Namun bukannya mendirikan bangunan pencakar langit layaknya yang dilakukan orang-orang di kawasan perkotaan, warga desa Masouleh yang kreatif memiliki solusinya sendiri.

Berundak Masouleh

Desa Masouleh yang sudah berusia 1.000 tahun dibangun di lereng gunung karena itulah tempat paling aman bagi warga setempat. Jika mereka mendirikan desanya di bagian lembah, maka desa mereka bakal rawan terkena banjir. Namun jika mereka mendirikannya di bagian puncak, angin kencang bakal mengobrak abrik desa mereka.

Namun mendirikan desa di lereng gunung juga memunculkan melahirkan masalah baru. Karena tidak banyak ruang kosong yang tersedia di lereng gunung, maka warga desa tidak bisa mendirikan bangunan baru semaunya. Lantas, bagaimana cara mereka mengakalinya? Mereka memanfaatkan atap datar bangunan di bawahnya untuk mendirikan bangunan baru di atasnya.

Saat koresponden BBC yang bernama Shervin Abdolhamidi melakukan kunjungan ke desa ini, ia menyaksikan sendiri bagaimana bangunan-bangunan di desa tersebut dibangun secara berundak-undak layaknya terasering sawah. Masing-masing rumah beserta halaman dan jalan kecil di depannya berdiri di atap rumah lain yang berada di bawahnya.

Tidak seperti rumah konvensional yang atapnya dibuat miring dan relatif lemah saat harus menahan beban berat di atasnya, atap rumah di Masouleh berbentuk datar dan memiliki kemampuan luar biasa dalam menahan beban di atasnya. Rahasianya adalah karena mereka menggunakan bahan-bahan seperti tanah liat, batu, dan kayu untuk membangun rumah beserta atapnya.

Selama berabad-abad, atap bangunan di Masouleh terbukti tahan dalam menahan terpaan hujan serta orang-orang yang berlalu lalang di atasnya. Shervin menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang menjemur pakaian dan menggelar dagangannya di sepanjang jalanan kecil yang berada di atas atap bangunan di bawahnya. Supaya air hujan tidak merembes ke rumah di bawahnya, di antara lapisan tanah liat dan kayu yang digunakan untuk membangun atap, terdapat lapisan kedap air yang terbuat dari jalinan daun pakis kering.

Saat musim dingin tiba, salju bakal menumpuk di atap masing-masing rumah. Untuk membersihkan jalanan di depan rumah, warga pun bakal menggali dan membuang saljunya ke bawah, yang berarti salju tadi dialihkan ke atap rumah warga yang lain. Namun warga Masouleh ternyata sudah memikirkan masalah ini. Karena bagian yang paling dekat dengan gunung merupakan bagian yang paling sering terpapar oleh salju, atap bangunan pada bagian ini sengaja dibuat lebih kuat dibandingkan bagian atap yang lain. Dengan cara ini, timbunan salju tidak akan meruntuhkan rumah yang ada di bawahnya.

Shervin menginap di rumah salah satu warga lokal supaya bisa merasakan sendiri bagaimana rasanya tinggal di desa berundak-undak ini. Di dinding depan rumah tersebut, terdapat jendela besar supaya sinar matahari dan udara hangat bisa masuk ke dalamnya. Konstruksi serupa juga dapat ditemukan pada rumah-rumah lain di Masouleh. Rumah-rumah yang sudah berusia lebih lama juga memiliki ruangan berdinding tebal di bagian belakang rumah di mana ruangan tersebut dimaksudkan sebagai ruang tinggal yang hangat saat musim dingin tiba.

Dengan desain seperti ini, seseorang bisa duduk santai di dekat jendela sambil melihat hiruk pikuk aktivitas warga di bawahnya. “Siapapun tidak akan pernah merasa bosan dengan pemandangan macam ini,” kata Safayee, pemilik rumah tempat Shervin menginap.



Pedagang tradisional menjadi salah satu pemandangan yang paling lazim terlihat dari jendela rumah Safayee. Sebagai desa yang sudah berdiri selama berabad-abad, Masouleh memang memiliki sejarah yang cukup panjang terkait perdagangan. Berkat lokasinya yang strategis, pedagang-pedagang dari kawasan sekitarnya menyemut di desa ini sambil membawa perkakas dagangannya.

Masouleh bukan hanya memiliki peran di bidang niaga. Sebagai akibat dari lokasinya yang lumayan sulit dijangkau namun dekat dengan perbatasan sebelah utara, Masouleh juga memiliki peran strategis di bidang militer. Pada abad ke-20, pasukan Gerakan Jangali menjadikan Masouleh sebagai markasnya. Gerakan Jangali adalah gerakan perlawanan yang memiliki tujuan mengakhiri pendudukan Inggris, Ottoman, dan Rusia di wilayah Iran.

Perumahan yang berundak-undak bukanlah satu-satunya pemandangan yang bisa dinikmati di Masouleh. Berkat lokasinya yang ada di lereng gunung, pemandangan alam seperti air terjun dan sungai kecil juga menjadi pemandangan yang tak kalah menarik sekaligus memberikan ketenangan batin bagi mereka yang melihatnya. Saat malam tiba, kabut akan turun menyelimuti desa ini. Supaya rumah-rumah mereka bisa tetap terlihat jelas di tengah kabut, warga Masouleh pun mewarnai dinding rumahnya dengan warna kuning.

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, Masouleh dilanda gerakan emigrasi. Kaum muda setempat yang ingin mendapatkan taraf hidup dan akses teknologi yang lebih baik berduyun-duyun pergi ke kawasan perkotaan untuk mengadu nasib di sana.

“Saat saya masih kecil, pernah ada sekolah dasar di desa ini. Desa kami tidak pernah memiliki penduduk berjumlah besar, namun kami semua sangat dekat satu sama lain,” kata Safayee. “Sekarang, para kaum muda meninggalkan desa ke kota untuk bekerja. Sekarang desa kami bahkan sudah tidak punya sekolah dasar lagi.”

Tidak semua warga Masouleh menganggap kalau pindah ke luar desa sebagai solusi bagi penghidupan mereka. Mereka yang tetap tinggal di Masouleh kini mengandalkan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatannya. “Dengan cara ini, kami bisa memiliki taraf hidup yang baik, dan bisa memperbaiki rumah kami supaya kondisinya seperti sedia kala,” tutur Safayee.

Berundak Masouleh

Potensi tersebut nampaknya disadari oleh pemerintah Iran sendiri. Sekarang Masouleh menjadi desa tujuan wisata yang populer di Iran. Tata bangunan Masouleh yang terlihat berjubel namun tradisional menjadikan desa ini terlihat seperti gabungan antara desa dan kota. Hotel-hotel besar terlihat berdiri di dekat jalan masuk desa. Jika bagian bawah desa terlihat ramai dengan hiruk pikuk bazaar, maka bagian atas desa terkesan lebih sunyi dan tentram. Jarak antara bagian teratas dan terbawah desa diketahui mencapai 100 m.

Untuk mencapai desa ini, bus pariwisata menjadi salah satu metode yang bisa digunakan oleh para turis. Namun karena jalanan Masouleh tidak menunjang kendaraan bermotor untuk melintas, bus-bus hanya bisa mengantar para pelancong ke bagian bawah desa. Sesudah itu mereka harus melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. Masouleh sekaligus menjadi satu-satunya desa di Iran yang melarang penggunaan kendaraan bermotor di dalam wilayahnya.

Hasil kerajinan tradisional seperti perhiasan, pisau, dan tanduk kambing gunung menjadi komoditas yang paling sering dijajakan di pasar tradisional Masouleh. Bagi para turis yang tertarik menjajal hidangan khas Masouleh, mereka juga bisa membeli buah-buahan kering, selai, dan manisan dari pedagang setempat.

Sumber :
http://www.bbc.com/travel/story/20171206-an-iranian-village-built-on-rooftops
http://www.iranreview.org/content/Documents/Masouleh-Village-On-the-Rooftops.htm