Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fakta Menarik Raden Soekemi Sosrodiharjo Ayah Presiden Soekarno

Nama Soekemi Sosrodiharjo, mungkin masih asing di telinga kebanyakan orang. Padahal sosok guru pada era penjajahan Belanda ini merupakan ayah dari Presiden pertama Indonesia Insinyur Soekarno. Sosok Soekemi sendiri merupakan figur penting dalam membentuk pribadi Soekarno menjadi seorang tokoh nasional.

Dalam biografiya yang berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, karya Cindy Adam, Soekarno bahkan menyebut jika pemikiran terbuka dari sang ayah secara tak langsung telah mempengaruhinya. Berka Soekemi pula, Soekarno bisa mendapatkan pendidikan dari berberapa tokoh penting pada era perjuangan kemedekaan.

Tapi meski begitu sangat sedikit informasi tentang Soekemi yang teetulis dalam buku sejarah. Padahal perjalanan hidup Soekemi sebenarya penuh dengan lika-liku yang sangat sayang untuk dilewatkan. Lalu seperti apa perjalanan hidup Soekemi, berikut sedikit ulasanya..

Keturunan Raja Kediri

Raden Soekemi Sosrodiharjo

Lahir di Wirosari, Grobogan, Jawa Tengah pada 15 Juni 1873, Soekemi merupakan anak dari sebuah keluarga yang masuk dalam golongan "Ndoro" atau Priayi Kecil, sebutan bagi orang terpandang atau yang setidaknya memiliki darah bangsawan. Karena itu bahkan pada masa penjajahan Belanda, Soekemi tetap bisa bersekolah. Dengan status priayi ini Soekemi berhasil menyelesaikan sekolah Kweekschool (sekolah guru) yang ada di Probolinggo dan dianggkat menjadi guru pada bulan Agustus 1893 di Surabaya.

Sejak saat itu Soekemi mulai menjalankan tugasnya sebagai guru di berbagai daerah yang ada di Jawa dan bahkan juga Bali. Tapi sebuah fakta menarik tentang Soekemi belakangan terungkap dalam autobiografi presiden Soekarno yang menyebutkan jika ayahnya sebenarnya masih keturunan raja Kediri. Mungkin hal ini juga yang membuat Ir. Soekarno memiliki darah pemimpin dalam tubuhnya, hingga bisa menjadi presiden.

Pernah Mengajar Di Bali

Pura Di Bali Jaman Dulu via indotravelteam.com

Karena profesinya sebagai guru pemerintah kolonial Belanda, sejak muda Soekemi sudah sering berpindah tempat untuk mengajar di sekolah rakyat. Dan salah satu tempat mengajar pertama bagi Soekmi adalah sekolah rakyat yang ada di kabupaten Singaraja, Bali. Tempat ini kemudian menjadi bagian istimewa bagi Soekemi, karena disinilah ia menemukan pujaan hatinya Ida Ayu Nyoman Rai.

Saat itu Soekemi yang masih muda terpikat dengan kecantikan seorang gadis penjaga pura yang tak sengaja ia lihat. Seperti layaknya anak muda lain, karena rasa suka yang mulai muncul dalam hatinya Soekemi bahkan selalu menyempatkan waktu untuk melihat Ida Ayu sepulang sekolah. Ida Ayu sendiri yang merupakan bagian dari kasta brahmana, saat itu memang bertugas untuk merawat rumah ibadah tiap pagi dan sore. Kesempatan inilah yang biasanya digunakan Soekemi untuk sekedar melihat pujaan hatinya dari jarak jauh. Sampai akhirnya Soekemi memberanikan diri untuk menyatakan cintanya dan kemudian mempersunting Ida Ayu. Dalam pernikahan ini mereka kemudian di anugrahi 2 anak yaitu Soekamini dan Soekarno.   

Kawin Lari

Ida Ayu Nyoman Rai

Meski akhirnya berhasil menikah dengan pujaan hatinya Ida Ayu, namun perjalanan Soekemi untuk mendapatkan restu dari orang tua Ida Ayu sebenarnya penuh lika-liku. Setelah berhasil mengambil hati Ida Ayu, Soekemi sebenarnya sudah memberanikan diri untuk meminta restu dari orang tua Ida Ayu. Dengan sopan Soekemi, meminta dengan resmi untuk mempersunting Ida Ayu, namun sayangnya lamaran ditolak mentah-mentah oleh orang tua Ida Ayu. Mereka menolak lamaaran Soekemi dengan alasan karena Soekemi merupakan orang Jawa dan beragama muslim.

Pada masa itu wanita Bali memang sangat tabu untuk menikah dengan orang luar pulau, hal ini karena pihak keluarga takut akan kehilangan putri mereka jika menikah dengan orang luar pulau. Jika seorang wanita Bali menikah dengan laki-laki dari luar pulau, maka mereka biasanya akan diasingkan. Dan satu-satunya agar Soekami bisa mempersunting Ida Ayu adalah dengan cara "Kawin Lari."

Namun bukan sekedar kawin lari biasa, karena menurut adat Bali ada tata cara sendiri untuk melakukan kawin lari. Dalam adat Bali pasangan yang kawin lari harus bermalam di rumah temanya setelah menikah. Karena itu Soekemi dan Ida Ayu, setelah menikah menginap di rumah kawan baik Soekemi yang berprofesi sebagai polisi. Mengetahui hal ini keluarga Ida Ayu sebenarnya sempat menjemput putrinya dan bahkan menyidang kedua pasangan ini. Namun dalam sidang Ida Ayu membantah kalau dirinya mendapat paksaan untuk kawin lari dan justru mengaku dengan suka rela melarikan diri bersama Soekemi karena sama-sama cinta.

Setelah mendengar pengakuan ini, orang tua Ida Ayu akhirnya tak bsa berbuat apa-apa lagi dan merelakan putrinya untuk menikah dengan Soekemi. Pernikahan ini sendiri terjadi sekitar tahun 1897.

Bersahabat Dengan Tjokroaminoto

H.O.S Tjokroaminoto

Setelah meninggalkan Bali pasangan Soekemi dan Ida Ayu, kemudian menetap di Surabaya bersama putri mereka yang baru lahir Soekamini. Di Surabaya mereka tinggal di daerah Pandean, sebuah wilayah yang dikenal sebagai kampung "bineka" karena menjadi rumah bagi berbagai etnis mulai dari Jawa, Bali, Tionghoa, Arab, dan lainnya. Di tempat ini pula putra kedua Soekemi yaitu Soekarno lahir pada 6 juni 1901. Keberagaman yang ada di kampung ini juga membuat Sokemi yang memang memiliki pemikiran terbuka merasa mendapat tempat yang cocok dan mulai terlibat dalam berbagai kegiatan dan bergaul denga orang-orang berfikiran maju.

Salah satu orang tersebut adalah H.O.S Tjokroaminoto yang kebetulan rumahnya tak berada jauh dari rumah Soekemi. Dua orang berfikiran maju ini tak lama kemudian menjadi sahabat dan sering menghabiskan waktu untuk bertukar fikiran. Soekemi sendiri kemudian menjadi pengagum Tjokroaminoto karena sepak terjang sahabatnya dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Soekemi bahkan kemudian mengirim Soekarno untuk sekolah di pondokan milik Tjokroaminoto karena tak ingin anaknya menjadi kebarat-baratan. Tindakan Soekemi ini dianggap sebagai gerbang lahirnya seorang proklamator, karena berkat didikan Tjokroaminoto, Soekarno muda tumbuh menjadi seorang nasionalis yang anti-belanda. Berkat hal ini Soekarno mulai aktif dalam kegiatan pergerakan nasional untuk memperjuangkan kemerdekaan indonesia.

Meninggal Sebelum Indonesia Merdeka

Keluarga Raden Soekemi Sosrodihardjov via wikitree.com

Meski menjadi ayah presiden pertama Indonesia, sayangnya hingga akhir hayatnya Soekemi tak sempat melihat Indonesia merdeka. Karena pria yang semasa hidupnya mengabdikan diri di berbagai wilayah di tanah air ini harus tutup usia pada umur 71 tahun. Soekemi meninggal hanya beberapa bulan sebelum Indonesia merdeka tepatnya pada 18 Mei 1945.

Saat itu Soekemi yang datang ke Jakarta atas permintaan Soekarno untuk melihat kelahiran cucu pertamanya Guntur, tiba-tiba mendadak sakit saat sedang berjalan-jalan menghirup hangatnya udara Jakarta. Perjalanan ke Jakarta ini akhirnya menjadi perjalanan terakhir Soekemi menyusul penyakit yang bertambah parah dan tak bisa disembuhkan hingga akhinya Soekemi menghembuskan nafas terakhirnya ketika Indonesia masih ada di tangan kekuasaan asing.

Referensi:
https://tirto.id/soekemi-bapaknya-sukarno-orang-tua-berpikiran-terbuka-di-abad-lalu-dtji
https://id.wikipedia.org/wiki/Soekemi_Sosrodihardjo