Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pembunuh Berantai Paling Sadis Dari Negeri Tirai Bambu China

Pembunuhan bisa terjadi di mana saja, tak terkecuali di Cina yang notabene merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Dibandingkan dengan aksi-aksi pembunuhan yang terjadi di Jepang atau negara-negara Barat, kasus pembunuhan berantai di Cina relatif kurang menyita perhatian masyarakat dunia akibat ketatnya sensor media dan minimnya karya hiburan (misalnya film) yang mengangkat peristiwa tersebut. Berikut ini adalah pembunuh berantai paling sadis dari Negeri Tirai Bambu.

Pemulung Sadis

Pemulung Pembunuh
ilustrasi
Antara bulan Februari hingga Mei 2003, kota Wenzhou di Provinsi Zhejiang diteror oleh pembunuh berantai. Sebanyak 10 orang diketahui tewas dengan kondisi yang amat mengenaskan pada periode tersebut. Pasalnya tubuh korban berada dalam kondisi terpotong-potong dan tersebar di seantero kota.

Chen Yongfeng adalah sosok di balik teror berdarah ini. Ia pada awalnya berprofesi sebagai pemulung yang berkelana dari satu tempat sampah ke tempat sampah lainnya. Namun ketika persaingan antar sesama pemulung menjadi semakin ketat, Chen pun kemudian beralih ke metode sadis.

Untuk menjalankan aksinya, mula-mula Chen mengundang pemulung lain ke rumahnya. Sesudah itu, ia langsung membunuh pemulung tadi, memotong-motong mayatnya, dan kemudian membuang potongan badannya ke berbagai tempat di kota Wenzhou. Ia juga mengambil uang yang sedang dibawa oleh korbannya.

Perbuatan biadab Chen sendiri baru terungkap secara tidak sengaja ketika polisi mendatangi rumahnya untuk memintanya menyingkirkan sepeda yang terparkir di depan rumahnya. Saat Chen membuka pintu, polisi terkejut langsung merasa terkejut begitu bagian dalam rumahnya penuh dengan darah.

Saat kabar penangkapan Chen terungkap ke publik, penduduk Wenzhou sempat dilanda ketakutan massal. Mereka langsung bersikap curiga setiap kali berpapasan dengan orang yang tidak mereka kenal.

Atas petunjuk dari Chen, polisi berhasil mengumpulkan 229 potongan tubuh dari berbagai tempat di kota Wenzhou. Saking banyaknya anggota badan yang berhasil ditemukan, polisi membutuhkan 29 tas untuk menyimpan potongan-potongan anggota badan tersebut. Atas tindakannya ini, Chen kemudian dijatuhi hukuman mati.

Pembunuh Wanita Bergaun Merah

Duan Guocheng

Duan Guocheng adalah pembunuh berantai yang pernah membunuh 13 orang wanita di kota Wuhan, Provinsi Hubei. Aksinya sebagai pembunuh berantai dimulai pada bulan April 1999 ketika ia merampok seorang mahasiswi berusia 24 tahun dan kemudian membunuhnya dengan cara menusuknya. 

Duan kemudian pergi meninggalkan lokasi sambil membawa kunci dan dompet korban. Saat mayat korban ditemukan, tubuh korban memiliki lebih dari 30 luka tusukan. Semua korban Duan adalah wanita berusia 20-an. Ia sempat melakukan pelecehan seksual pada sejumlah mayat korbannya, namun tidak sampai berhubungan badan dengan mereka. 

Pada awalnya Duan hanya mengincar wanita yang sedang sendirian di jalanan gelap. Namun semakin lama, Duan semakin berani dan kini tidak segan-segan melakukan pembunuhan kepada wanita yang sedang sendirian di rumahnya.

Media-media menjuluki Duan sebagai “Pembunuh Gaun Merah” karena adanya gosip kalau Duan mengincar wanita yang memakai pakaian merah. Oleh karena itulah, saat Duan masih belum tertangkap, kaum wanita sempat beramai-ramai memotong rambutnya dan berhenti memakai pakaian berwarna merah.

Saat Duan pada akhirnya berhasil ditangkap, polisi menduga kalau Duan melakukan pembunuhan karena ia memiliki fisik lemah dan masa remaja yang penuh dengan kesendirian. Sebelum ditangkap atas kasus pembunuhan, Duan pernah dipenjara selama 5 tahun akibat merampok.

Pembunuh Kaum Pemuda

Huang Yong

Huang Yong adalah nama dari seorang pembunuh berantai yang mengaku sudah membunuh 25 orang pemuda. Ia mengaku terdorong melakukan aksi pembunuhan berantai karena ingin tahu seperti apa rasanya menjadi pembunuh. 

Huang sengaja mengincar remaja pria sebagai sasaran utamanya karena kaum pria yang sudah berumur bersikap jauh lebih waspada. Ia juga enggan mengincar kaum wanita karena menurutnya itu tidak membanggakan.

Pembunuhan pertama Huang terjadi pada bulan September 2001. Untuk menjalankan aksinya, Huang akan mengajak kaum pemuda di bioskop atau warnet untuk mampir ke rumahnya dengan iming-iming mereka bakal mendapatkan pekerjaan. 

Saat korban Huang sudah sampai di dalam, Huang akan langsung mengikat korban dan kemudian mencekiknya hingga mati dengan memakai kain. Setelah korbannya tewas, Huang akan mengambil ikat pinggang korbannya sebagai kenang-kenangan.

Sepak terjang Huang akhirnya terhenti setelah pada bulan November 2003, korban Huang berhasil melarikan diri dan kemudian melapor kepada polisi. Saat polisi menggeledah apartemennya, polisi menemukan 12 mayat di dalamnya.

Walaupun Huang mengaku sudah membunuh 25 orang, Huang baru terbukti melakukan 17 di antaranya. Pada bulan Desember 2003, hakim menjatuhkan hukuman mati kepada Huang. Kasus pengadilannya dihadiri oleh lebih dari 300 orang yang sampai berkumpul di luar gedung pengadilan.

Membunuh Karena Mirip Pacar Saudaranya

ilustrasi

Song Jinghua memiliki rekam jejak yang akrab dengan dunia kriminal. Ia dan kakaknya kerap melakukan pemalakan kepada supir taksi di sekitar kompleks olah raga Beijing. Saat ada supir taksi yang menolak memberikan uang, Song dan kakaknya kemudian membunuh supir tersebut.

Saat Song dan kakaknya ditangkap, pacar dari kakak Song memberikan kesaksian yang memberatkan mereka berdua. Kakak Song pun kemudian dijatuhi hukuman mati kepada hakim, sementara Song hanya dijatuhi hukuman penjara 8 tahun karena Song pada waktu itu belum berusia 17 tahun. Selama di penjara, Song menyimpan dendam kepada pacar kakaknya tersebut.

Saat Song keluar dari penjara pada tahun 2002, ia bertemu dengan sahabat lamanya yang bernama Yan Jinguang untuk melakukan aksi balas dendam. Karena Song tidak berhasil menangkap pacar kakaknya tersebut, Song kemudian mengincar sembarang wanita yang memiliki penampilan serupa dengannya sebelum kemudian membunuhnya.

Selain membunuh, Song juga merampas harta benda yang dibawa oleh korbannya. Song dan Yan baru ditangkap oleh polisi pada bulan November 2007 setelah tetangga wanitanya memergoki keduanya sedang mengubur kepala perempuan. Sang tetangga sendiri kemudian dibunuh oleh Song dan Yan.

Total, Song sudah membunuh 9 orang wanita antara tahun 2005 hingga 2007. Song sendiri mengaku sadar kalau cepat atau lambat dirinya bakal ditangkap. Nasib yang dulu menimpa kakak Song akhirnya turut menimpa dirinya setelah ia dihukum mati pada tahun 2011.

Supir Taksi Pembunuh

Zhou Wen

Zhou Wen adalah seorang supir taksi asal kota Anshan yang juga menyandang julukan “Setan Taksi” akibat aksi-aksi pembunuhan yang dilakukannya. Korban pertama Zhou adalah istrinya sendiri yang melakukan aborsi tanpa seizin dirinya. Sesudah itu, Zhou malah ketagihan membunuh dan kini mengincar kaum wanita sebagai korban.

Zhou melakukan aksinya pada malam hari. Saat ada wanita yang menaiki taksinya, Zhou akan membunuh korbannya dengan cara mencekiknya atau mengikat lehernya dengan tali. Zhou kemudian menyembunyikan mayat korban dengan cara membuangnya ke dalam sumur atau ke luar kota.

Zhou menjalankan aksinya antara bulan Juli hingga November 2003. Menariknya, Zhou sengaja membuat catatan khusus mengenai tanggal di mana aksi pembunuhan terjadi beserta lokasi di mana ia membuang mayat korbannya.

Saat Zhou akhirnya ditangkap, penduduk kota Anshan menggelar pesta kembang api untuk merayakan penangkapannya. Kegembiraan juga ditunjukkan oleh para supir taksi karena aksi pembunuhan yang dilakukan oleh Zhou menyebabkan mereka sempat kesulitan mendapatkan penumpang di malam hari.

referensi:
http://www.chinawhisper.com/top-10-chinese-serial-killers/
https://listverse.com/2014/09/20/10-vicious-and-insane-serial-killers-from-china/