Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Festival dan Upacara Bertema Kematian dari Seluruh Dunia

Bagi banyak kalangan, kematian bukanlah akhir dari perjalanan hidup manusia karena arwah orang-orang yang sudah meninggal diyakini masih ada di suatu tempat yang tidak bisa dijangkau oleh manusia biasa. Hal itulah yang menjadi penyebab munculnya aneka macam festival bertema kematian di seluruh dunia. Berikut ini adalah festival-festival Upacara kematian tersebut. 

Festival Hantu Lapar

Festival Hantu Lapar
Festival Hantu Lapar via ramadan.tempo.co

Festival Hantu Lapar adalah sebutan untuk festival yang diselenggarakan oleh masyarakat Cina bulan ketujuh kalender versi Cina. Kalau dalam kalender Masehi, festival ini biasanya dirayakan pada bulan Juli atau Agustus.

Festival Hantu Lapar biasanya dirayakan pada hari ke-15 pada bulan ketujuh. Namun di Cina selatan, festival bisa digelar sehari awal sebagai antisipasi kalau-kalau musuh menyerang perkampungan mereka saat warganya tengah sibuk merayakan festival.

Menurut keyakinan masyarakat Cina, pada bulan tersebut hantu-hantu yang kelaparan akan bergentayangan. Untuk meredam amarah mereka, festival khusus pun diselenggarakan. Selama berlangsungnya festival, penduduk Cina akan membakar dupa, menyajikan persembahan makanan 3 kali sehari, dan menaruh kepingan papan yang menampilkan nama leluhurnya.

Pada malam hari, mereka yang merayakan festival ini akan makan bersama. Namun mereka sengaja meninggalkan tempat kosong di meja seolah-olah arwah leluhur mereka sedang makan bersama mereka.

Festival Hantu Lapar hanyalah salah satu bagian dari perayaan di bulan ketujuh dalam kalender Cina, bulan yang juga dikenal sebagai Bulan Hantu. Sahabat anehdidunia.com nama itu sendiri diberikan karena banyak hantu-hantu yang bergentayangan di bulan tersebut. 

Pada hari pertama dan terakhir Bulan Hantu, masyarakat Cina akan membakar uang kertas tiruan di depan rumah atau tempat usaha mereka. Tujuannya untuk memberikan uang kepada hantu-hantu yang tengah bergentayangan pada bulan itu. Di hari terakhir Bulan Hantu, pendeta agama Taois juga membacakan doa-doa khusus untuk menghalau para hantu supaya segera meninggalkan dunia manusia,

Tiwah

Tiwah
Tiwah via beritorayapost.com

Inilah festival bertema kematian khas masyarakat Dayak di Kalimantan. Dalam upacara Tiwah, kerangka orang-orang yang sudah dikuburkan akan digali dan dikeluarkan kembali dari liang kuburnya. 

Upacara ini dilakukan sebagai cara bagi keluarga almarhum untuk menghormati arwah jenazah yang bersangkutan. Tujuan dilakukannya Tiwah adalah supaya arwah dari jenazah nantinya bakal mendapat tempat paling mulia dan suci di alam sesudah kematian.

Sebelum melakukan Tiwah, mula-mula keluarga jenazah harus membuat bendera kain yang jumlahnya sama dengan jumlah jenazah yang hendak diikutkan dalam Tiwah. Keluarga juga harus menyiapkan tempat khusus bernama Balai Nyahu untuk menyimpan kerangka jenazah yang sudah dibersihkan.

Keluarga yang mengikuti Tiwah juga akan menyiapkan hewan-hewan kurban yang terdiri dari ayam, babi, hingga sapi. Sahabat anehdidunia.com karena jumlah hewan yang digunakan untuk keperluan Tiwah bisa berjumlah banyak, biaya yang dikeluarkan untuk sekali upacara Tiwah bisa mencapai puluhan juta. Oleh karena itulah, tidak jarang upacara Tiwah bisa diikuti oleh beberapa keluarga sekaligus.

Upacara Tiwah berlangsung selama satu bulan namanya. Upacara ini dilakukan dengan cara memindahkan tulang-tulang jenazah ke dalam Balai Nyahu. Selama berlangsungnya upacara, para peserta juga membunuh hewan-hewan persembahan dengan cara menusuknya sampai mati. Hewan yang sudah mati tersebut selanjutnya bakal dimasak dan dimakan bersama-sama.

Samhain

Samhain
Samhain via kespwriting.blogspot.com

Samhain bukanlah nama yang akrab bagi kebanyakan orang. Padahal festival inilah yang menjadi sumber inspirasi perayaan Halloween yang rutin diperingati setiap tanggal 31 Oktober di seluruh dunia. Samhain adalah festival bertema kematian yang dirayakan oleh orang-orang Kelt, suku bangsa yang menjadi nenek moyang bangsa Skotlandia dan Irlandia.

Samhain dirayakan setiap akhir bulan Oktober yang juga merupakan masa transisi di antara musim gugur dan musim dingin. Saat hari Samhain tiba, orang-orang akan berkumpul bersama druid (semacam pemuka agama) untuk membuat api unggun raksasa. 

Selama berlangsungnya perayaan, para peserta juga melakukan ritual pengorbanan hewan secara massal. Saat api unggun masih berkobar, para peserta akan mengambil sepotong kayu yang membara dari api unggun dan membawanya ke rumah masing-masing untuk menyalakan perapian di rumah mereka.

Menurut keyakinan masyarakat Kelt, pembatas antara dunia manusia dengan dunia gaib menjadi lebih mudah ditembus. Untuk melindungi orang-orang dari gangguan monster dan arwah penasaran, masyarakat Kelt pun melakukan persembahan hewan pada hari Samhain untuk menyenangkan makhluk-makhluk tadi.

Masyarakat Kelt juga memiliki kebiasaan menggelar makan malam bersama di hari Samhain. Bedanya adalah dalam acara makan malam ini, mereka akan bersikap kalau seolah-olah ada tamu tak terlihat yang sedang makan bersama mereka. “Tamu” tersebut adalah arwah dari orang sudah meninggal dan singgah di rumah orang yang masih hidup.

Para peserta festival Samhain juga memiliki kebiasaan berdandan menyerupai monster supaya mereka tidak diculik oleh peri (Sindh). Di kemudian hari, kebiasaan ini menjadi penyebab mengapa orang-orang berdandan menyerupai hantu setiap kali malam Halloween tiba.

Day of the Dead

Day of the Dead
Day of the Dead via nytimes.com

Day of the Dead (Hari Orang Mati) adalah sebutan untuk festival bertema kematian yang dirayakan oleh orang-orang Meksiko. Festival ini biasanya dilangsungkan pada tanggal 2 November atau sekitar 2 hari sesudah perayaan Halloween.

Asal muasal dari perayaan Day of the Dead memiliki kaitan dengan keyakinan tradisional yang dianut oleh penduduk asli Meksiko, khususnya Nahua (suku yang di masa lampau pernah mendirikan Kerajaan Aztek). Menurut keyakinan mereka, orang yang sudah meninggal jiwanya akan pergi ke Chicunamictlan (Tanah Orang Mati).

Sebelum bisa mencapai Mictlan atau tempat peristirahatan terakhir, jiwa orang tersebut harus melewati 9 rintangan. Untuk membantu jiwa tersebut melewati rintangan-rintangan tadi, mereka yang masih hidup pun menggelar festival yang kelak menjadi cikal bakal festival Day of the Dead. 

Saat Day of the Dead tiba, pembatas antara dunia orang hidup dan orang mati diyakini memudar untuk sementara. Sebagai akibatnya, orang-orang yang sudah mati pun bisa pergi sementara ke dunia manusia untuk berpesta atau bercengkerama dengan sanak familinya yang masih hidup. 

Selama berlangsungnya Day of the Dead, orang-orang akan menaruh makanan di tempat khusus menyerupai altar (ofrendas) supaya mereka yang sudah meninggal bisa turut menikmati makanan tersebut. 

Ma’Nene

Ma’Nene
Ma’Nene via infobudaya.net

Satu lagi upacara atau festival bertema kematian dari Indonesia. Ma’Nene adalah festival bertema kematian yang berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan. Seperti halnya Tiwah, Ma’Nene juga dilakukan dengan cara menggali kuburan dan mengeluarkan jenazah yang ada di dalamnya. Namun tidak seperti Tiwah, mayat jenazah yang diikutkan dalam Ma’Nene biasanya masih memiliki kulit dan daging karena pemakaman mayatnya dilakukan dengan memakan zat pengawet.

Setelah jenazah dikeluarkan dari makamnya, jenazah tadi kemudian akan didandani dan diberi pakaian lengkap layaknya orang yang masih hidup. Pakaian yang diberikan disesuaikan dengan jenis kelamin jenazah. 

Jika jenazah berjenis kelamin pria, maka jenazah akan akan dipakaikan setelan jas lengkap dan kacamata. Namun jika jenazahnya adalah wanita, jenazah akan didandani dengan gaun pengantin. Waktu yang diperlukan untuk mendandani jenazah bisa mencapai setengah jam. Sebelum jenazah didandani, jenazah tersebut harus dibersihkan dan didoakan dulu oleh pemuka keagamaan Toraja.

Setelah jenazah selesai didandani, jenazah kemudian diajak makan bersama untuk mempererat tali silaturahmi. Hidangan yang disajikan dalam festival Ma’Nene haruslah berupa sumbangan dari keluarga leluhur. 

Ma’Nene digelar setiap tiga tahun sekali supaya mereka yang sedang merantau memiliki cukup waktu untuk mengatur jadwal saat hendak mengikuti Ma’Nene di kampung halamannya. Ma’Nene biasanya dilaksanakan sesudah panen supaya keluarga leluhur bisa menggunakan uang penjualan hasil panen untuk membiayai proses pelaksanaan Ma’Nene.

referensi:

https://www.chinahighlights.com/festivals/hungry-ghost-festival.htm https://regional.kompas.com/read/2018/12/05/11000061/mengenal-ritual-tiwah-cara-suku-dayak-menghargai-kematian-1- https://www.history.com/topics/halloween/day-of-the-dead https://www.history.com/topics/holidays/samhain https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/11/09/ma-nene-toraja-ketika-mayat-berganti-pakaian-dan-berjalan