Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi Unik Khas Indonesia yang Menggunakan Hewan, No 5 Paling Menyeramkan

Anehdidunia.com - Sepanjang perjalanan sejarahnya, manusia diketahui menjinakkan hewan untuk beragam keperluan. Selain untuk dijadikan sumber makanan dan sarana transportasi, manusia juga menjinakkan hewan untuk keperluan acara-acara tradisional. Berikut ini adalah 5 tradisi khas Indonesia yang menjadi ajang untuk mengadu keterampilan hewan-hewan pesertanya.

Karapan Sapi

Karapan Sapi
Karapan Sapi via adira.co.id

Pulau Madura adalah pulau yang terletak di sebelah timur laut Pulau Jawa. Selain dikenal sebagai penghasil garam, Pulau Madura juga terkenal karena di pulau inilah, terdapat tradisi karapan sapi yang sudah terkenal di seantero Indonesia. Termahsyurnya tradisi ini tidak lepas dari fakta bahwa gambar karapan sapi dapat ditemukan pada uang logam pecahan 100 rupiah.

Karapan sapi sendiri pada dasarnya praktik balapan antar sapi. Ada 2 versi mengenai asal-usul kata karapan. Menurut versi pertama, kata “karapan” berasal dari kata “kirap” yang berarti “dilepas secara bersama-sama”.

Kalau menurut versi kedua, kata “karapan” aslinya berasal dari bahasa Arab “kirabah” yang berarti “persahabatan”.

Tradisi karapan sapi biasanya digelar setiap bulan Agustus hingga Oktober. Dalam tradisi karapan sapi, masing-masing peserta akan menaiki sejenis kereta kecil yang terbuat dari kayu. Kereta tersebut terpasang ada 2 ekor sapi di hadapannya.

Saat perlombaan dimulai, peserta bertugas memacu sapinya supaya berlari secepat mungkin. Peserta yang sapinya berhasil mencapai garis akhir paling awal akan keluar sebagai pemenang. Lintasan balap karapan sapi biasanya memiliki panjang 100 meter.

Supaya sapi yang mengikuti karapan sapi bisa keluar sebagai pemenang, pemilik masing-masing sapi pun berupaya memberikan perawatan terbaik pada sapinya. Setiap harinya, sapi-sapi tersebut diberi jamu dan puluhan butir telur ayam yang bergizi tinggi.

Adu Kuda

Adu Kuda
Adu Kuda via antarafoto.com

Kuda bukan hanya bisa diadu kecepatannya. Di Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara, kuda juga bisa dilombakan dengan cara berkelahi satu sama lain. Dalam bahasa lokal, tradisi adu kuda ini dikenal dengan nama “kapogiraha adhara”.

Seperti halnya praktik adu ayam, praktik adu kuda menggunakan hewan yang berjenis kelamin jantan. Supaya pertarungannya tidak berat sebelah, kuda jantan yang hendak diadu satu sama lain harus memiliki ukuran yang sama.

Sebelum pertandingan dimulai, kuda betina akan diparadekan di depan kuda-kuda yang hendak bertarung. Tujuannya untuk merangsang kuda-kuda jantan tadi supaya menjadi lebih bersemangat dan siap berduel dengan lawannya.

Adu kuda sendiri memiliki peraturan dasar yang sederhana. Selama berlangsungnya, masing-masing kuda akan menyerang lawannya satu sama lain. Namun supaya pertarungannya tidak berjalan di luar kendali, tetap ada peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak.

Selama berlangsungnya pertarungan, masing-masing kuda akan mencoba mengalahkan lawannya dengan cara mengangkat kaki depannya ke udara sambil mendorong lawannya. Namun jika kuda mulai mencoba menggigit lawannya, pemilik masing-masing kuda harus menarik tali kekang supaya kuda lawannya tidak terluka terlalu parah.

Tradisi adu kuda digelar setiap bulan sebagai hiburan bagi warga lokal sekaligus wisatawan. Meskipun terlihat menarik, mereka yang hendak menonton juga harus berhati-hati. Pasalnya saking terlalu bersemangatnya saat bertarung, kuda kadang-kadang malah mencederai penonton secara tidak sengaja.

Adu Kerbau

Adu Kerbau
Adu Kerbau via arenalagaayam.net

Satu lagi tradisi unik bertema hewan dari Sulawesi. Adu kerbau adalah tradisi yang berasal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Dalam bahasa lokal, tradisi adu kerbau dikenal dengan nama “mapasilaga tedong”.

Sesuai dengan namanya, tradisi ini memang menampilkan 2 ekor kerbau yang bertarung satu sama lain di arena khusus. Tradisi ini pada awalnya digelar untuk menghibur keluarga yang sedang berkabung. Namun dalam perkembangannya, tradisi ini menjadi tontonan yang diminati oleh begitu banyak orang.

Tingginya minat warga setempat dalam menyaksikan tradisi adu kerbau menyebabkan sebagian di antara penonton ada yang terdorong untuk berjudi dan mempertaruhkan uangnya untuk mendukung kerbau jagoannya. Namun di lain pihak, praktik perjudian tersebut tidak disukai oleh pihak penyelenggara karena dianggap merusak kesakralan acara.

Besarnya antusias yang ditunjukkan oleh penonton tidak lepas dari fakta bahwa kerbau-kerbau yang diadu dalam tradisi ini bukanlah kerbau biasa, melainkan kerbau-kerbau yang dirawat secara khusus supaya bisa bertarung sebaik mungkin.

Menjelang dimulainya pertarungan, kerbau-kerbau tersebut diberi aneka macam makanan bergizi, jamu, hingga obat kuat. Tidak mengherankan jika kemudian kerbau-kerbau yang mengikuti tradisi ini harganya yang mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Pasola

Pasola
Pasola via suara.com

Pasola adalah tradisi khas warga desa Wainyapu di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Pasola sendiri pada dasarnya adalah semacam atraksi di mana sejumlah penunggang kuda saling melemparkan lembingnya ke arah lawan.

Pasola merupakan tradisi yang digelar setiap tahun. Namun waktu digelarnya pasola tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Untuk menentukan waktu pelaksanaan pasola, warga setempat harus meminta bantuan rato terlebih dahulu.

Rato adalah tetua adat sekaligus pemuka agama Marapu, agama lokal penduduk asli Pulau Sumba. Terkait pasola sendiri, tugas rato adalah melihat tanda-tanda fenomena alam semisal peredaran bulan. Setelah menganalisa fenomena alam tersebut, rato kemudian akan menentukan waktu paling tepat untuk melaksanakan pasola.

Saat hari pelaksanaan pasola sudah tiba, para peserta akan dibagi ke dalam 2 kelompok. Kedua kelompok tersebut kemudian akan saling memacu kudanya ke arah kelompok lawannya. Saat sudah mencapai jarak tertentu, mereka kemudian beramai-ramai melemparkan lembing yang dibawanya.

Di masa lampau, para peserta pasola konon bisa meninggal akibat terjatuh dari kuda atau terkena lembing lawan. Di masa kini selama puluhan terakhir, tidak ada lagi orang yang meninggal akibat mengikuti pasola. Namun peserta harus tetap berhati-hati karena jika mereka sampai terkena lembing di daerah vital, mereka tetap bisa mengalami cedera parah.

Bagi warga lokal, pasola bukan hanya soal menunggang kuda sambil melempar lembing. Momen penyelenggaran pasola juga kerap dimanfaatkan oleh warga dari desa tetangga untuk mengunjungi desa tempat penyelenggaraan pasola dan bersilaturahmi dengan kerabat di desa tersebut.

Rampogan Harimau

Rampogan Harimau
Rampogan Harimau via detik.com

Gladiator adalah praktik dari masa Romawi Kuno di mana peserta diharuskan bertarung sampai mati melawan peserta lain atau hewan buas. Di masa lampau, Nusantara ternyata juga memiliki tradisi gladiatornya sendiri. Rampogan adalah nama dari tradisi tersebut.

Rampogan merupakan tradisi yang digelar oleh Kerajaan Mataram Jawa sejak abad ke-17. Dalam tradisi ini, harimau akan ditangkap dari alam liar dan dipaksa bertarung sampai mati melawan kerbau. Tidak jarang harimau tersebut harus menghadapi beberapa ekor kerbau sekaligus supaya pertarungannya jadi semakin seru.

Memasuki abad ke-18, rampogan hanya menjadi semakin berdarah karena yang diadu melawan harimau bukan lagi kerbau, tetapi juga manusia. Tradisi rampogan harimau melawan manusia biasanya digelar setiap Idul Fitri untuk menyimbolkan kemenangan umat manusia melawan dosa-dosanya. Dan harimau dipilih sebagai penyimbolan dari dosa.

Tradisi rampogan terus digelar hingga berabad-abad tahun berikutnya. Hingga kemudian pada tahun 1905, pemerintah Hindia Belanda mengumumkan kalau rampogan tidak boleh dilaksanakan. Sekarang, rampogan dituding menjadi salah satu penyebab mengapa harimau tidak bisa lagi ditemukan di Pulau Jawa.

referensi:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5517586/mengenal-karapan-sapi-tradisi-khas-masyarakat-madura
https://regional.inews.id/berita/mengenal-tradisi-adu-kuda-di-muna-sultra-satu-satunya-di-indonesia
https://kumparan.com/kumparantravel/gelontorkan-ratusan-juta-demi-tradisi-adu-kerbau-ma-pasilaga-tedong/full
https://kumparan.com/kumparantravel/5-fakta-pasola-atraksi-budaya-warisan-leluhur-sumba-1qsjoXshIdP/full
https://historia.id/kuno/articles/merampog-harimau-vZMVD/page/1