Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Suara Yang Berubah Menjadi Senjata Mematikan

Jika tidak ada suara, maka dunia yang kita tinggali akan terasa jauh lebih sunyi dan mungkin membosankan. Pasalnya berkat suara, manusia bisa berkomunikasi satu sama lain serta menikmati media hiburan seperti lagu dan film. Namun di tangan pihak tertentu, suara juga bisa menjadi senjata yang ampuh untuk melumpuhkan pihak lain. Berikut ini adalah beberapa contoh kasus mengenai bagaimana suara bisa dimanfaatkan menjadi senjata.

Menggulingkan Diktator

Manuel Noriega

Manuel Noriega adalah nama dari pemimpin negara Panama sepanjang dekade 1980-an. Selama berkuasa, Noriega menerapkan gaya pemerintahan tangan besi dan tidak segan-segan menggunakan metode kekerasan untuk menyingkirkan mereka yang tidak sejalan. Hugo Spadafora contohnya, pria yang berprofesi sebagai dokter sekaligus pejuang tersebut ditangkap dan disiksa hingga tewas karena bersikap kritis terhadap Noriega.

Kendati gaya pemerintahannya begitu kontroversial, Noriega ternyata pada awalnya memiliki hubungan dekat dengan pemerintah AS. Saat AS dipimpin oleh Richard Nixon, rezim Noriega membantu memfasilitasi pembebeasan 2 warga negara AS yang sedang ditahan oleh Kuba.

Namun hubungan mesra antara AS dengan Noriega akhirnya berakhir setelah Noriega ketahuan menyelundupkan narkoba ke wilayah AS dan memanipulasi hasil pemilu. Maka, militer AS pun kemudian menginvasi Panama pada tahun 1989. Sahabat anehdidunia.com karena militer AS jauh lebih superior, tidak butuh waktu lama bagi militer AS untuk mengalahkan militer Panama dan menduduki ibukota Panama City.

Noriega sendiri sadar kalau militer negaranya tidak sekuat militer AS. Maka, saat militer AS menginvasi negaranya, Noriega pun mencari perlindungan ke Kedutaan Besar Vatikan di Panama City. Militer AS tidak bisa serta merta menginvasi kedubes tersebut karena berdasarkan hukum internasional, wilayah kedubes berstatus sebagai wilayah berdaulat milik negara asal kedubesnya.

Untuk mengakalinya, militer AS pun membuat barikade di sekeliling Kedubes Vatikan agar Noriega tidak mencoba melarikan diri. Supaya Noriega merasa semakin tidak betah saat berada di dalam kedubes, sejak tanggal 25 Desember 1989 militer AS memainkan lagu rock dan heavy metal dengan volume yang amat tinggi.

Beberapa lagu dengan lirik tertentu sengaja dipilih supaya Noriega merasa tersindir, misalnya lagu dari band Van Halen yang berjudul “Panama”. Sesudah 3 hari, lagu tersebut berhenti dimainkan dan Noriega setuju untuk menyerahkan diri kepada militer AS pada tanggal 3 Januari 1990.

Senjata Pengusir Massa

LRAD 500X-RA

Israel merupakan salah satu negara paling inovatif jika bicara soal senjata. Seringnya Israel terlibat konflik dengan negara-negara sekitarnya menjadi penyebab utama mengapa negara ini sangat giat mengembangkan teknologi persenjataannya. Sampai-sampai pada tahun 2017, surat kabar The New York Times menobatkan Israel sebagai negara dengan teknologi militer tercanggih di Bumi.

Satu dari sekian banyak senjata inovatif yang dikembangkan oleh Israel adalah Scream, senjata berbasis suara yang tidak memiliki efek mematikan pada sasarannya. Scream pertama kali digunakan pada tahun 2011 saat demonstran Arab beramai-ramai melempari batu dan membakar untuk memprotes pendudukan yang dilakukan oleh Israel.

Scream lantas digunakan untuk membubarkan paksa massa yang sedang berkumpul di pos pemeriksaan yang terletak di antara Yerusalem dan Ramallah. Hasilnya, mereka yang terpapar oleh senjata ini merasakan pusing dan mual-mual.

Israel bukanlah satu-satunya negara yang menggunakan senjata berbasis suara. AS juga diketahui pernah menggunakan senjata serupa. Sahabat anehdidunia.com pada tahun 2014 lalu, saat kota Ferguson di negara bagian Missouri dilanda kerusuhan pasca tewasnya seorang warga kulit hitam akibat tertembak oleh polisi, aparat lantas menerjunkan meriam suara untuk menertibkan keadaan.

Meriam suara yang digunakan oleh polisi di Ferguson pada awalnya digunakan untuk mengeluarkan perintah dan himbauan kepada para demonstran. Sesudah itu, meriam suara tadi kemudian mengeluarkan suara yang amat bising sehingga para demonstran merasakan pusing luar biasa.

Meriam suara yang digunakan oleh aparat AS diketahui berjenis LRAD 500X-RA. Senjata ini memiliki jarak tembak mencapai 2.000 meter dan volume maksimal hingga 149 desibel. Sebagai gambaran, suara dengan volume 120 desibel bakal membuat pendengarnya merasa kesakitan, sementara suara 130 desibel bisa membuat seseorang kehilangan pendengaran.

Penangkal Bajak Laut

LRAD

Meriam suara merupakan senjata yang cukup sering digunakan oleh kapal-kapal laut untuk keperluan pertahanan diri dari serangan bajak laut. Peristiwa yang terjadi pada tahun 2005 lalu menjadi contoh bagus mengenai bagaimana efektifnya meriam suara dalam menghalau bajak laut.

Pada bulan November 2005, kapal pesiar Seabourne Spirit diserang oleh kawanan bajak laut di lepas pantai Somalia. Tidak main-main, kawanan bajak laut tersebut dilengkapi dengan aneka persenjataan mematikan seperti senapan serbu dan senjata pelontar roket. Seperti kapal Seabourne Spirit yang dilindungi dengan meriam suara dan pipa air bertekanan tinggi.

Meskipun begitu, petugas keamanan kapal tidak mau menyerah begitu saja tanpa perlawanan. Michael Groves selaku kepala keamanan kapal langsung menembakkan meriam suara ke arah kawanan bajak laut untuk mencegah mereka menaiki kapal. 

Groves beserta satu orang rekannya terluka akibat baku tembak melawan bajak laut. Namun pada akhirnya, upaya kawanan bajak laut tadi untuk menguasai Seabourne Spirit berhasil digagalkan. Sebagai bentuk penghargaan atas tindakan heroiknya, Groves kemudian dianugerahi penghargaan oleh Ratu Inggris.

Meriam suara atau LRAD sendiri tidak selalu efektif dalam menggagalkan serangan bajak laut. Pada tahun 2008, kapal tanker Biscaglia diserang oleh kawanan bajak laut di perairan Somalia. Para awak kapal kemudian menembakkan meriam suara ke arah kawanan bajak laut tersebut. Namun bukannya mundur, kawanan bajak laut tadi hanya tertawa sambil terus melanjutkan pengejaran ke arah kapal. 

Para awak kapal lantas mencoba memberikan perlawanan terakhir dengan cara melempari tiang dan menembakkan pistol suar. Sahabat anehdidunia.com saat upaya mereka kembali berakhir sia-sia, para awak kapal terpaksa melompat ke dalam laut supaya tidak dibunuh oleh kawanan bajak laut.

Menyiksa Tahanan

Menyiksa Tahanan

Pada tahun 2014, Komite Intelijen yang berada di bawah naungan AS merilis laporan kontroversial mengenai metode interogasi dan penyiksaan yang dilakukan oleh CIA. Sahabat anehdidunia.com dari sekian banyak metode yang dirilis dalam laporan tersebut, salah satu metode yang digunakan adalah metode penyiksaan dengan memakai suara.

Dalam metode ini, tahanan akan diikat dan disekap dalam ruangan sel yang gelap. Setiap kali tahanan merasa mengantuk, musik bervolume keras akan langsung dimainkan selama beberapa lama. Akibatnya, seiring berjalannya waktu, tahanan menjadi stress dan takut untuk terlelap sehingga ia kemudian bersedia menuruti keinginan petugas yang menahannya.

Musik yang dimainkan dalam metode ini bukanlah sembarang musik, melainkan lagu-lagu tertentu yang dianggap bisa memberikan tekanan psikologis kepada tahanan. Sebagai contoh, ketika petugas CIA hendak menginterogasi tahanan yang bernama Ramzi bin Al-Shibh, petugas akan memainkan lagu dari Blue Brothers yang berjudul “Rawhide”.

Lagu bergenre metal dan country merupakan lagu yang paling lazim digunakan oleh petugas untuk menyiksa tahanan asal Timur Tengah karena tahanan yang bersangkutan umumnya tidak terbiasa mendengarkan lagu-lagu macam itu. Akibatnya, setiap kali mendengarkan lagu-lagu dari genre tadi, tahanan akan merasakan stress luar biasa.

referensi
https://newatlas.com/lrad-long-range-acoustic-device/11433/
https://listverse.com/2019/06/29/10-times-sound-was-weaponized/