Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Metode Keji Eropa Pembuktikan Keberadaan Penyihir

Di Abad Pertengahan hingga permulaan era modern di Eropa, dituduh sebagai penyihir merupakan hal yang amat ditakuti pada kaum wanita pada masa itu. Pasalnya jika seseorang dianggap terbukti sebagai penyihir, ia bakal dihukum mati dengan cara-cara paling mengerikan yang pernah ada. Mulai dari dihukum gantung hingga dibakar hidup-hidup.

Namun mimpi buruk bagi mereka yang dituduh sebagai penyihir bukan hanya dapat ditemukan pada momen eksekusi mati. Selama menjalani pemeriksaan, sang tertuduh juga harus menghadapi aneka macam siksaan supaya mengaku sebagai penyihir. Berikut ini adalah cara-cara menakutkan yang pernah digunakan untuk membuktikan identitas seorang wanita sebagai penyihir.

Diraba dan Ditusuk

Diraba dan Ditusuk

Meraba dan menusuk seorang wanita sempat banyak dipraktikkan sebagai cara untuk mencari tahu apakah wanita yang bersangkutan adalah seorang penyihir atau bukan. Jadi, ketika beredar kabar kalau seorang wanita mungkin secara diam-diam juga berprofesi sebagai penyihir, maka wanita yang menjadi tertuduh tersebut kemudian akan dibawa ke ruang sidang.

Sesampainya di ruang sidang yang penuh sesak dengan orang-orang, ia akan dipaksa menanggalkan seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat. Sesudah itu, seseorang yang bertindak sebagai penusuk penyihir kemudian akan memeriksa sekujur badan sang wanita sambil menusukinya memakai jarum besar.

Menurut keyakinan pada masa itu, jika ada bagian tubuh seorang wanita yang tidak berdarah saat ditusuk, maka bagian tersebut menunjukkan kalau wanita yang bersangkutan pernah melakukan kontrak dengan Setan.

Dalam praktiknya, tidak jarang wanita yang diperiksa memilih untuk mengaku sebagai penyihir sebelum terbukti karena ia tidak kuat menanggung rasa sakit dan malu saat harus diperiksa dengan cara demikian. Singkatnya, jika memakai perspektif masa kini, metode pemeriksaan macam ini tidak ada bedanya dengan pelecehan seksual di muka umum.

Profesi sebagai penusuk penyihir umumnya dilakukan oleh kaum pria. Namun ada pula kaum wanita yang menjalani profesi ini sambil menyamar sebagai pria. Christian Caddell adalah contoh dari wanita tersebut. 

Dengan mengenakan pakaian pria sambil memakai nama palsu John Dickson, Caddell sudah memvonis 10 orang wanita sebagai penyihir. Namun bak mendapat karma, identitas Caddell akhirnya terbongkar dan ia kemudian dihukum dengan cara diasingkan ke Barbados, suatu pulau di Karibia yang pada masa itu terkenal dengan wabah penyakitnya.

Dipegang oleh Orang yang Kejang-Kejang

Rose Cullender dan Amy Denny

Pada tahun 1662, dua orang wanita asal Inggris ditangkap atas tuduhan melakukan guna-guna kepada dua orang gadis muda hingga kejang-kejang. Kedua wanita tersebut bernama Rose Cullender dan Amy Denny. Untuk membuktikan kalau Rose dan Amy memang merupakan pelaku guna-guna, keduanya lalu dibawa ke hadapan gadis yang menderita kejang-kejang tadi.

Menurut pembasmi penyihir, jika seorang penyihir yang melakukan guna-guna memegang tangan korbannya, maka korban akan langsung menunjukkan perubahan kondisi yang mendadak. Jika korban mengalami kejang-kejang misalnya, kejangnya akan langsung berhenti begitu ia memegang tangan orang yang menyihirnya.

Menurut kesaksian orang-orang yang menyaksikan kedua gadis yang kejang-kejang tadi, serangan kejang yang mereka alami begitu hebat sampai-sampai orang dewasa tidak bisa membuka kepala tangan kedua gadis tersebut.

Untuk membuktikan kalau Rose dan Amy adalah penyebab timbulnya kejang-kejang tersebut, keduanya diperintahkan memegang tangan kedua gadis tadi. Ajaibnya, kedua gadis tersebut langsung berhenti terlihat kejang dan bisa membuka kembali kepalan tangannya dengan mudah.

Melihat hal tersebut, Rose dan Amy pun dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Namun hal tersebut tidak serta menunjukkan kalau keduanya memang bersalah dan melakukan guna-guna. 

Pasalnya saat hakim melakukan uji coba dengan cara memakaikan penutup mata pada kedua gadis tadi, mereka menunjukkan reaksi yang sama dengan ketika tangan mereka disentuh oleh Rose dan Amy. Namun hal tersebut tetap tidak membuat Rose dan Amy lolos dari hukuman. Mereka harus kehilangan nyawanya setelah dieksekusi dengan cara digantung.

Direndam Dalam Air

Ducking Stool

Dari sekian banyak metode yang banyak digunakan di Eropa pada masa lampau untuk membuktikan apakah seorang wanita benar-benar merupakan penyihir, merendam wanita dalam air merupakan salah satu metode yang paling banyak digunakan. 

Dalam metode ini, wanita yang dituduh sebagai penyihir akan diikat pada kursi yang terhubung pada semacam katrol. Sesudah itu, kursi beserta wanita tadi akan dicelupkan ke dalam air hingga tenggelam seluruhnya.

Ducking Stool nama metode ini bisa diibaratkan sebagai buah simalakama bagi sang wanita. Pasalnya apapun hasilnya, wanita yang bersangkutan pada akhirnya akan meninggal. Jika ia terapung bersama dengan kursinya, berarti ia dianggap terbukti sebagai penyihir dan dihukum mati. Tetapi jika ia tidak terapung, ia akan mati tenggelam di dasar air.

Mereka yang mendukung metode ini sendiri berkilah dengan menyatakan bahwa kalaupun korban meninggal dalam kondisi tidak terbukti sebagai penyihir, jiwanya kelak akan diterima di surga. Selain untuk membuktikan tuduhan sebagai penyihir, katrol yang digunakan dalam metode ini juga digunakan untuk menghukum wanita yang dianggap mengganggu ketertiban masyarakat, misalnya pekerja seks dan penyebar fitnah.

Ditimbang

Penyihir Ditimbang

Di Oudewater, Belanda, terdapat bangunan yang dulu pernah digunakan sebagai tempat untuk menimbang manusia. Bukan untuk sekedar mengetahui berat badan, lantas ada timbangan raksasa di sana. Timbangan tersebut aslinya adalah alat untuk mencari tahu apakah seorang wanita merupakan penyihir atau bukan.

Metode ini pada masanya begitu terkenal di seantero Eropa, sampai-sampai wanita tertuduh yang menjalani penimbangan di sini juga ada yang berasal dari Hongaria. Dalam metode ini sendiri, wanita tertuduh akan diminta untuk menaiki salah satu piringan neraca.

Piringan neraca yang lain dinaiki oleh wanita yang tidak bersalah. Menurut keyakinan pada masa itu, penyihir tidak memiliki jiwa sehingga bobotnya akan terlihat lebih ringan dibandingkan wanita yang bukan penyihir. 

Selain di Belanda, metode pemeriksaan memakai neraca raksasa juga pernah digunakan di Aylesbury, Inggris. Bedanya adalah yang digunakan sebagai pemberat di neraca yang satu bukan manusia, melainkan kitab Injil yang diikat memakai logam. 

Jika neraca tidak nampak sebagaimana seharusnya, wanita tersebut kemudian akan divonis sebagai penyihir dan terancam dijatuhi hukuman mati. Di luar Inggris, jika wanita pada awalnya nampak lebih berat dibandingkan Injil pada piring neraca yang satu, maka Injil akan ditambahkan lagi pada piringan tadi.

Disiksa Memakai Roda dan Rantai

The Rack

Jerman pada masa lampau merupakan kawasan yang paling banyak menghukum mati penyihir. Pada tahun 1620-an hanya dalam kutun waktu 5 tahun, sudah ada lebih dari 900 orang yang dihukum mati akibat dituduh sebagai penyihir.

Ada beberapa metode penyiksaan yang pernah digunakan oleh orang Jerman pada masa itu untuk mencari tahu apakah seorang wanita aslinya adalah seorang penyihir atau bukan. Namun dari sekian banyak metode yang ada, salah satu paling kejam adalah penyiksaan memakai alat penyiksaan beroda.

Dalam metode ini, tangan dan kaki wanita tertuduh akan diikat memakai rantai yang terhubung pada roda-roda yang terletak di kedua ujung meja penyiksaan. Saat algojo melakukan interogasi kepada penyihir, ia secara bertahap akan menggulung roda-rodanya ke arah yang saling berlawanan supaya tangan dan kaki tertuduh ikut tertarik.

Semakin lama, tarikan yang dirasakan oleh korban terasa semakin kencang dan menyakitkan. Puncaknya adalah ketika tangan dan kaki korban terputus, sementara korban hanya bisa menahan rasa sakit sambil mendengarkan bunyi tulang-tulang berderak. Dengan metode macam ini, bukan hal yang aneh jika mereka yang aslinya bukan penyihir pun terpaksa mengaku sebagai penyihir.

referensi :
https://listverse.com/2018/08/16/10-ways-european-witch-finders-tested-their-victims/